'cookieChoices = {};' Nasihat Islami, Dan Kesehatan Islami.: February 2023

Monday, February 27, 2023

Menyikapi Mimpi Secara Islami




Menyikapi mimpi secara Islami adalah jalan yang terbaik, mengingat ada bermacam-macam pendapat di kalangan masyarakat yang dapat mempengaruhi kejiwaan dan utamanya masalah keimanan Islami itu sendiri. Pendapat-pendapat dikalangan masyarakat ada yang berdasarkan ilmiah, ada juga berdasarkan angan-angan masing-masing. Ada juga dari cerita turun temurun dengan dibumbui bermacam-macam sikap tergantung yang membawa cerita.
Mengambil dari wikipedia, mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra dalam tidur. Lebih jauh dikatakan bahwa para ilmuwan berusaha memecahkan rahasia mimpi manusia. Ada yang mengatakan mimpi terjadi karena adalah motivasi manusia yang tidak disadari. Ia adalah motivasi terselubung dan terendap di alam bawah sadar. Ia menyebutkan bahwa naluri manusia dapat dirasakan oleh kesadaran ( Sigmund Freud). Yang lain berpendapat karena  aktivitas otak dalam REM (tidur nyenyak) memiliki kesamaan dengan aktivitas otak saat kita sedang dalam keadaan tersadar. Sirkuit otak tetap memiliki aktivitas yang normal seperti saat kita terbangun. Oleh sebab itu, kita akan tetap mempunyai respons emosi yang nyata saat bermimpi. Ada juga para ahli menyebutkan bahwa mimpi hanyalah sisa-sisa dari pemrosesan informasi yang kita terima sebelum tidur atau beberapa hari sebelumnya. Beberapa psikolog meyakini mimpi hanyalah bentuk pemrosesan informasi yang dianggap tidak terlalu penting. Tidak mau ketinggalan sebagian ahli terjadinya mimpi karena selama kita tertidur, kita akan mendengar beberapa bunyi. Beberapa bunyi memiliki frekuensi yang mampu ditangkap oleh indra manusia. Saat memasuki fase REM, otak tetap merespons apa yang terjadi di luar tubuh kita. 

Kita mengenal bahwa mimpi itu ada sebagai mimpi buruk dan ada juga mimpi baik, bagi si pemimpi. Tak masalah bila si pemimpi bersikap cuek, ga ambil pusing dengan mimpinya. Lain halnya bagi orang sangat sensitif terhadap mimpinya, bisa bisa itu akan mengganggu kejiwaannya. Sebagian lagi dari mimpinya apakah sebagai mimpi buruk atau mimpi baik menduga duga yang arahnya ke syirik yang dilarang agama.

Kita mengutip dari halodoc, mengatakan mimpi buruk pada orang dewasa bisa dikatakan sudah berbahaya bila sampai menyebabkan gangguan tidur, stres, dan mimpi buruk terjadi secara rutin. Walaupun kebanyakan mimpi buruk tidak mengganggu, tapi bila terlalu sering terjadi, mimpi buruk juga berpotensi menyebabkan gangguan psikologis pada pengidapnya.  Mimpi Buruk Itu dapat berdampak terhadap kesehatan psikologis, bisa stress, kecemasan yang berlebihan.

Bagaimanapun mimpi boleh dikatakan sebagai suatu karunia dalam hidup yang penuh misteri ini, pantas untuk kita syukuri sebagai mahluk kepada Maha Penciptanya.Adapun sebagian orang, mimpi tak lebih hanyalah dari bunga-bunga tidur belaka.

Akan tetapi Mimpi malah menimbulkan rasa ingin tahu dan bikin orang berusaha untuk mengetahui makna di baliknya. Orang yang mengalami mimpi, selau saja berupa teka teki bagi dirinya, bikin penasaran buat tahu. Mungkin semua orang mengalami mimpi, kadang tak terlepas dari aktivitasnya sehari yang dialaminya tadi.

Ada yang berpendapat kalau mimpi tidur tandanya tubuh ada perlu istirahat yang berkualitas. Tidur yang berkualitas adalah waktu yang tepat untuk memulai hal baru buat produktivitas kehidupan Anda. Di sisi lain, mimpi tentang tidur konon merupakan pertanda buruk buat kesehatan yang sering tidak teramut karena kesibukan.

Ada juga yang menafsirkan mimpi tentang tidur melambangkan kabar baik. Serjauh manapun, semua tafsir yang yang disampaikan hanya berupa ramalan angan-angan dan susah bahkan tidak dapat dipastikan kebenarannya.

Dilain pihak ada pula yang membenarkan tafsir-tafsir mimpi yang berbahaya, keluar jalur akidah agama yang mendekati pada syirik, tahayul, yang ini tidak boleh terjadi. Sebab kepahaman agama Islam itu sendiri bagi pemeluknya ada kadarnya masing-masing, kasihan bila kepahaman agamanya masih rendah pasti mudah terpengaruh.
Karena itu karena mimpi bisa mempengaruhi kejiwaan dan keyakinan banyak orang, sebaiknya sebagai orang Islam bersikaplah yang islami. Merujuklah apa yang jadi ketentuan atau  petunjuk Allah Rasul. Karena mimpi itu bukan barang baru, di era Nabi saw, sudah banyak juga sahabat yang sudah pada bermimpi. 
Itulah mengapa, kami mengajak agar perlu menyikapi mimpi secara Islami dalam rangka bersikap bijaksana dalam memaknainya.

Sekarang bagaimana tuntunan Nabi saw, pada waktu sahabat melaporkan mimpinya. Kita ambil dari riwayat hadis Muslim 

juz 4, hal 68 no 2262

dari Jabir Rasul saw bersabda:

Ketika seseorang dari kalian bermimpi pada mimpi yang dia benci mimpi buruk, maka dia supaya meludah sebelah kiri sebanyak tiga kali, dan supaya memohon perlindungan pada Allah dari syaitan sebanyak tiga kali. Lalu pindah bergeser dari tempat tidurnya itu,

juz 4, hal 68 no 2263

Dari Abu Hurairoh bersabda Rasul SAW,Apabila telah dekat waktunya (hari kiamat) hampir saja mimpi orang yang beriman tidak akan berdusta. Yang paling benar mimpinya adalah orang yang paling jujur ucapannya,

Maka adapun mimpi itu ada tiga, mimpi yang baik kegembiraan dari Allah, mimpi yg menyusahkan atau mimpi buruk, dari syaiton, dan mimpi yang bercerita seseorang pada dirinya atau terobsesi angan2nya karena memikirkan sesuatu.

Adapun bila benci dia pada mimpinya, hendaklah dia bangun untuk solat, dan jangan kalian ceritakan dengan mimpi itu kepada orang lain.

Cukup dua hadis itu saja saya kira, sebenarnya ada banyak, tapi itu sudah cukup untuk praktek kehidupan keseharian saudara Islam. 
Praktek minta perlindungan pada Allah mengucapkan ta'awudz.

lafadz ta'awudz:

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

 

Pindah tidur, maksudnya bergeser dari tempat tidurnya, biasanya mereka membalikan bantalnya sudah cukup berubah posisi.
Lakukan solat kalau betul sangat membencikan.
Doa yang baik-baik.
Jangan ceritakan pada orang lain, karena bila diceritakan akan mengarah ke syaudhon billah, malah terkena dalil, aku tergantung persangkaan hambaku, bisa terwujud, jangan dilakukan , itu permainan syaiton agar orang yang beriman berdosa percaya permainan syaiton.

Insya Allah begitu saja, semoga bermanfaat.

 

Sumber:

Hadist Muslim Juz 4,
halodoc.com
merdeka.com
uninus.ac.id
detik.com
islam.nu.or.id
id.wikipedia.org/wiki/Mimpi

 




Responding to dreams in an Islamic way is the best way, bearing in mind that there are various opinions among the public that can affect the psyche and especially the issue of the Islamic faith itself. Opinions among the public are based on science, some are based on their own wishful thinking. There are also stories passed down from generation to generation seasoned with various attitudes depending on who carries the story.

Taking from wikipedia, dreams are subconscious experiences that involve visions, hearing, thoughts, feelings, or senses in sleep. It is further said that scientists are trying to solve the secret of human dreams. Some say dreams happen because it is an unconscious human motivation. It is a hidden motivation and is buried in the subconscious. He mentioned that human instincts can be felt by consciousness (Sigmund Freud). Others argue because brain activity in REM (deep sleep) has similarities to brain activity when we are awake. Brain circuits still have normal activity as when we are awake. Therefore, we will still have a real emotional response when dreaming. There are also experts who say that dreams are just leftovers from processing the information we receive before going to bed or a few days before. Some psychologists believe dreams are just a form of information processing that is considered to be of little importance. Do not want to miss some of the experts on the occurrence of dreams because while we are asleep, we will hear some sounds. Some sounds have frequencies that can be captured by the human senses. When entering the REM phase, the brain continues to respond to what is happening outside our bodies.


We know that dreams exist as bad dreams and there are good dreams, for the dreamer. It doesn't matter if the dreamer is ignorant, doesn't bother with his dreams. It's another case for people who are very sensitive to their dreams, it could disturb their psyche. Another part of his dream, whether it was a bad dream or a good dream, suspects that it leads to shirk which is prohibited by religion.


We quote from halodoc, saying that nightmares in adults can be said to be dangerous if they cause sleep disturbances, stress, and nightmares occur regularly. Although most nightmares are not disturbing, if they occur too often, nightmares also have the potential to cause psychological disorders in the sufferer. Nightmares It can have an impact on psychological health, it can be stress, excessive anxiety.


However dreams can be said as a gift in this mysterious life, we deserve to be grateful as creatures to the Supreme Creator. As for some people, dreams are nothing more than mere sleeping flowers.


However, dreams actually arouse curiosity and make people try to find out the meaning behind them. People who experience dreams, always in the form of a riddle for him, make him curious to know. Maybe everyone has dreams, sometimes they are inseparable from the day's activities that they experienced earlier.


Some argue that sleeping dreams are a sign that the body needs quality rest. Quality sleep is the right time to start new things for the productivity of your life. On the other hand, dreams about sleep are said to be a bad sign for health, which is often not maintained due to busyness.


There are also those who interpret dreams about sleep as symbolizing good news. No matter how far, all the interpretations conveyed are only in the form of wishful predictions and it is difficult to even ascertain the truth.


On the other hand, there are also those who justify dangerous dream interpretations, deviate from religious beliefs that approach shirk, superstition, which should not happen. Because the understanding of the religion of Islam itself for its adherents has its own level, it's a pity if the understanding of the religion is still low, it will definitely be easily influenced.

Because of that, because dreams can affect the psychology and beliefs of many people, it is better if you as a Muslim act in an Islamic manner. Refer to what is the provision or guidance of Allah the Messenger. Because dreams are not new, in the era of the Prophet saw, there were also many friends who had dreams.

That is why, we invite you to address dreams in an Islamic way in order to be wise in interpreting them.


Now what about the Prophet's guidance, when a friend reported his dream. We take from the history of Muslim hadith


juz 4, page 68 no 2262


from Jabir, Rasulullah saw said:

When one of you dreams of a dream that he hates bad dreams, then he should spit on his left side three times, and ask Allah for protection from the devil three times. Then shifted from the bed


Sunday, February 26, 2023

Hidayah Itu Dari Allah.




Secara Islami kita sangat perhatian masalah hidayah, karena secara dalil hidayah itu datangnya dari Allah. Allah telah memberi ketentuan bahwa barang siapa yang Allah menghendaki seseorang mendapat hidayah atau petunjuk, maka Allah akan melapangkan hati nya untuk menerima Islam. Sebaliknya Allah tidak menghendaki seseorang dapat hidayah maka hatinya akan sempit dalam menerima Islam, digambarkan orang itu seakan-akan disuruh naik kelangit.

Hidayah yang dimaksud adalah nikmat berupa keimanan yang diberikan oleh Allah kepada individu manusia.
Semua orang Islam berdoa antara lain yang sangat sering dibaca:

رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ ٢٠١


“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta lindungilah kami dari azab neraka.”

Itu artinya apa, orang yakin kehidupan itu ada di dunia dan ada kehidupan akhirat. 

Secara etimologis, hidayah berarti ar-rasyaad ‘bimbingan’ dan ad-dalaalah ‘petunjuk’. Kata ini bahkan punya keterkaitan yang erat dengan kata hadiah. Bedanya, hidayah bersifat abstrak dan spiritual, sedangkan hadiah bersifat konkret, material. Hidayah secara etimologi (bahasa) lawan dari al-dalālah yang bermakna kesesatan. Hidayah itu sendiri adalah memberi petunjuk. Alquran adalah mukjizat Islam secara etimologi lafaẓ hidayah yaitu bermakna yaitu menunjukkan, menuntun, memberitahu jalan yang benar.

Pada umumnya, hidayah dibagi menjadi dua yakni yang pertama hidayah bayan wal irsyad (penjelasan dan petunjuk). Hidayah ini cenderung dimiliki oleh para nabi dan rasul. Hidayah turun kepada mereka dan mereka punya kewajiban menyampaikan dan menjelaskan hal tersebut kepada umat yang ada bersama mereka pada saat itu.
Kemudian ada hidayah taufiq, yang merupakan hidayah yang Allah turunkan kepada hamba-hamba Allah, siapa saja, dengan syarat punya kemauan dan kesungguhan untuk mendapatkan hidayah Allah.
Allah menjadikan ilham dalam hati manusia untuk mengikuti jalan yang benar dan kelapangan dada untuk menerima kebenaran serta memilihnya. inilah hidayah (sempurna) yang mesti menjadikan orang yang meraihnya akan mengikuti petunjuk Allah SWT. Inilah yang disebutkan dalam firman-Nya:

{فإن الله يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ فَلا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ}

"Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi hidayah (taufik) kepada siapa yang dikehendaki-Nya" (QS Faathir: 8).

Contoh dalam keluarga Nabi, kakeknya, pamannya.

Firman Allah:

 إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Sesungguhnya kamu (hai Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah lah yang memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al-Qashash : 56)

Ayat ini turun saat kematian Abu Thalib dalam keadaan ia musyrik kepada Allah. . Maka ucapan terakhir yang dikatakan oleh Abu Thalib adalah: bahwa ia tetap masih berada pada agamanya Abdul Muthalib, dan dia menolak untuk mengucapkan kalimat: “la ilaha illallah“, kemudian Rasulullah bersabda: “sungguh akan aku mintakan ampun untukmu kepada Allah, selama aku tidak dilarang”, lalu Allah menurunkan firman-Nya:

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَن يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ

“Tidak layak bagi seorang Nabi serta orang-orang yang beriman memintakan ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik.” (QS. Al Bara’ah: 113).

Dan berkaitan dengan Abu Thalib, Allah menurunkan firman-Nya:

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ

“Sesungguhnya kamu (hai Muhammad tak bisa memberikan hidayah (petunjuk) kepada orang-orang yang kamu cintai, akan tetapi Allah lah yang memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al Qashash: 57).

 

Barang siapa yang dikehendaki Allah mendapat hidayah atau petunjuk, Allah akan melapangkan hati nya untuk menerima Islam. Akan tetapi barang siapa yang dikehendaki Allah tidak dapat hidayah maka hatinya akan sempit untuk menerima Islam, seakan-akan dia disuruh naik kelangit. QS. Al-An'am :125


Seperti dalam firman Allah SWT:

{وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ}

"Segala puji bagi Allah yang telah memberi hidayah kami ke (Surga) ini, dan kami tidak akan mendapat hidayah (ke Surga) kalau sekiranya Allah tidak menunjukkan kami" (QS al-A’raaf: 43).

Hidayah tidak dapat dibeli, tapi ini adalah nikmat Allah yang hanya dianugerahkan kepada hamba-Nya yang dikehendaki-Nya. Namun, ada beberapa jalan yang bisa dilakukan manusia untuk mendapatkan hidayah dari Allah SWT.

Firman Allah:

 إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Sesungguhnya kamu (hai Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah lah yang memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al-Qashash : 56)

Maka ucapan terakhir yang dikatakan oleh Abu Thalib adalah: bahwa ia tetap masih berada pada agamanya Abdul Muthalib, dan dia menolak untuk mengucapkan kalimat: “la ilaha illallah“, kemudian Rasulullah bersabda: “sungguh akan aku mintakan ampun untukmu kepada Allah, selama aku tidak dilarang”, lalu Allah menurunkan firman-Nya:

 

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَن يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ

“Tidak layak bagi seorang Nabi serta orang-orang yang beriman memintakan ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik.” (QS. Al Bara’ah: 113).


Karena apabila Nabi Muhammad sebagai makhluk termulia dan yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah, tidak dapat memberi hidayah kepada siapapun yang beliau inginkan, maka tidak ada sembahan yang haq melainkan Allah, yang bisa memberi hidayah kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Allah yang lebih tahu hakikatnya- peristiwa ini adalah peristiwa paling menyedihkan yang dialami Rasulullah dalam hidupnya.
Memang benar, Rasulullah banyak mengalami musibah kehilangan orang-orang yang beliau cintai. Beliau menyaksikan dua orang istrinya wafat sebelum dirinya, Khadijah dan Zainab bin Khuzaimah radhiallahu ‘anhuma. Satu per satu anak-anak beliau wafat mendahului dirinya, kecuali Fatimah. Beliau juga kehilangan sahabat-sahabat dekat semisal Hamzah bin Abdul Muthalib, Abu Salamah bin Abdul Asad, Utsman bin Mazh’un, Saad bin Mu’adz, Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abu Thalib, dll. Radhiallahu ‘anhum. Tapi, musibah kematian Abu Thalib berbeda. Kematian Abu Thalib ini lebih terasa berat. Mengapa? Karena sang paman yang sangat beliau cintai wafat dalam kekufuran. Sedangkan keluarga dan sahabat-sahabatnya tadi wafat dalam keimanan. Beliau -dengan izin Allah- tetap akan berjumpa dengan mereka di telaganya dan di surga kelak. Adapun Abu Thalib, perpisahan dengannya adalah perpisahan untuk selama-lamanya.

Peristiwa wafatnya Abu Thalib ini memberikan pesan yang dalam pada kita bahwa segala perkara itu di tangan Allah. Dia mengetahui yang tidak kita ketahui. Dia mengetahui mata-mata yang khianat dan apa yang tersembunyi di sanubari. Dia tahu, mana orang yang layak mendapat hidayah.

Seseorang itu tak hanya dipandang zahirnya, tapi batinnya jauh lebih penting. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَادِكُمْ، وَلَا إِلَى صُوَرِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ». وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ إِلَى صَدْرِهِ

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada fisik kalian, tidak juga pada tampilan kalian. Akan tetapi ia melihat kepada hati kalian.” Nabi menunjukkan tangannya ke dada.

Orang-orang kafir Quraisy tidak menaruh iba untuk menghormati wafatnya pembesar bani Hasyim ini. Bahkan mereka bergembira dan menampakkan suka cita. Mereka berkumpul mengunakan kesempatan untuk semakin menyakiti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam benak mereka, sekarang Muhammad tanpa perlindungan.

Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha mengatakan,

مَا زَالَتْ قُرَيْشٌ كَاعَّةً حَتَّى تُوُفِّيَ أَبُو طَالِبٍ

“Orang-orang Quraisy senantiasa takut dan lemah hingga wafatnya Abu Thalib.” (HR. Hakim dalam Mustadrak 4243).

Mereka berusaha menumpuk-numpuk derita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Wafatnya Abu Thalib adalah ujian berat yang dihadapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di tahun ke-10 kenabian beliau. Di tahun ini, Nabi mengalami banyak musibah berat. Di awal tahun, orang-orang Quraisy memboikot bani Hasyim. Pemboikotan dimulai dari tahun ke-7 kenabian hingga ke-10. Hingga bani Hasyim tidak memiliki sesuatu untuk dimakan. Baru saja bebas dari pemboikotan, paman beliau wafat. Yang berat adalah, sang paman wafat dalam kekufuran. Tiga hari kemudian, istri beliau, Khadijah, wafat. Ujian terus berdatangan. Beliau semakin ditekan. Dan berturut-turut ujian lainnya. Termasuk ditolak berdakwah di Thaif. Karena itu, wajar tahun ini disebut tahun kesedihan.

 

Nasihat dan saran mengingat hidayah yang diberikan Allah pada masing-masing sebagai manusia, maka bagaimana baiknya kita menyikapi nasehat hidayah, utamanya untuk diri kita masing-masing dan keluarga. Kita orang yakin kehidupan itu dunia dan kehidupan akhirat, itu haq, pasti terjadi. Kita pun meyakini kalau sorga itu haq pasti akan ditemui, dan neraka itu haq, pasti akan keberadaannya. Kehidupan dunia kehidupan yang fana tempatnya cobaan, untuk menentukan kehidupan akhirat kita. Sebagai orang Islam kita selalu berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta lindungilah kami dari azab neraka.”

Untuk mencapai itu semua di dunia bahagia dan akhirat bahagia artinya masuk sorga, cara yang ditempuh dalam mengisi hidup di dunia kita harus berusaha mendekatkan diri pada Allah. Caranya, adalah dengan Taqorrub ilallah, yaitu lewat. Kesungguhan niat mendekatkan diri pada Allah. Mengerjakan kewajiban-kewajiban ibadah dengan tertib. Memperbanyak sholat sunnah, puasa sunnah, dan shodaqoh.  Membaca Al-Quran dengan mengerti maknanya. Berdoa dan sholat pada sepertiga malam yang akhir (qiyamullail). Banyak dzikir kepada Allah. Sabar keporo ngalah , menahan hawa nafsu dan menjadikan syaitan sebagai musuh. Menjauhi dosa besar dan tidak meremehkan dosa kecil. Menjaga pergaulan,  menghindari ahli maksiat. Memperbanyak istighfar dan taubat kepada Allah, tobat berarti berpindah dari hal yang kurang baik menuju ke kehidupan dengan penuh keimanan Allah SWT, dan taubat dalam arti sesungguhnya.

Demikianlah, pemahaman hidayah itu dari Allah, mudah-mudahan saja bermanfaat dan barokah..



Sumber :

ganaislamika.com
bincangsyariah.com
muslim.or.id
kompasiana.com 
quran.kemenag.go.id
youtube.com/watch?v=gQ_d-jLXdLM

QS. Thaha : 50
QS. Al-Baqarah: 5
QS. Fatir :4
QS Al-An'am: 125
QS. Al-A'raf:178
QS Fushshilat: 17
QS Al-A’raaf: 43
QS. Al Qashash: 57
QS Asy-Syura : 52

Monday, February 20, 2023

Kehidupan Yang Sempit



Siapapun tak akan mau mengalami yang namanya kehidupan yang sempit, kehidupan yang terbayang sebagai kehidupan yang serba susah, dimana apapun yang ingin dicapai sangat sulit. Seumpama dalam hal  mencari uang mencari nafkah, hanya dapat sedikit diluar dari kebiasaan orang umumnya. Ingin berkeluarga, bingung siapa yang mau dengan orang pekerjaan serabutan belum mapan seperti saya. Ketika sudah bekeluarga, kepengin punya anak turun, dengan susah payah baru sepuluh tahun baru dapat turunan. Ketika anak sudah hadir, timbul persoalan dari apa susu bayi sampai urusan balita, timbul masalah anak sekolah dimana. Lebih banyak lagi urusan kemasyarakatan, disaat orang tua mencari nafkah yang serabutan, dirumah anak kita entah dengan siapa berinteraksi. Timbul lakon-lakon tidak lazim pada anak sedang tumbuh remaja, sementara ibu juga sibuk cari tambahan buat makan sehari hari. Ini semua kehidupan lumrah dan nyata dalam masyarakat.
Sementara, terjadi sebaliknya pada pihak keluarga yang soal materi tidak ada soal, semua dijalankan dari mulai urusan maisyah urusan mencari nafkah mudah dan berlebih, menurut sudut pandang ukuran manusia normal, tidak tercermin sebagi orang puas, lega, apa yang sudah dimiliki, malah mencari terus dan berusaha terus lebih banyak mengingat permintaan anak pesan istri. Merasa khawatir kurang terus gelisah terus, apa yang dicari apa yang dipikirkan. Terlihat istri aktif kemana mana anak juga sibuk berinteraksi menjaga gengsi gaul, tapi kata tetangga semua mengeluhkan kehidupannya. Ada apa itu semua, apa yang terjadi dengan kedua ilustrasi itu, yang betul ada dikalangan ummat manusia dimanapun, seperti mengalami kehidupan yang sempit. Bahkan lebih ekstrim lagi kalau kita simak berita-berita disemua media ada nyata.

Secara Islami kita melihat, apakah ini dimaksud kehidupan yang sempit, kita coba memakai pendapat para ulama yang berdasarkan kaidah Islami. Dari sana rata-rata menggunakan ayat berikut :

Barang siapa yang berpaling dari peringatan Ku (maksudnya ku nya Allah), maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit. Akan mengumpulkan Aku pada hari kiamat dalam keadaan buta. QS Thoha (20) : 124

Jadi karena engkau mengabaikan peringatanku ayat-ayatku, engkau diberi kehidupan sempit didunia, dan di alam kubur disiksa. Dan pada hari kiamat engkau dikumpulkan dalam keadaan buta juga tidak ada lagi hujjah,

Sebenarnya adanya kamu merasakan kehidupan yang sempit karena kamu telah kedatangan ayat2ku, tapi engkau melupakannya. Padahal sudah ada ayat ayatnya Allah, ada orang yang menyampaikan dan mengajak pada kamu, tapi kamu melupakannya maksudnya mengabaikannya bahkan tidak bisa menerima. Demikian pula hari ini engkau pun dilupakan atau ditinggal didalam siksa. Sangat mengerikan, berdasarkan ayat ini Allah tidak main-main dengan ayat-ayatnya.

Kalau di rangkum beberapa pikiran ulama, jadinya berdasarkan ayat itu, mengatakan, barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu, maksudnya dari petunjuk Allah, tidak menerima, dan tidak mewujudkannya, apa yang diingatkan Allah, yakni dari agama Allah,  serta berpaling dari membaca kitab-Ku dan berpaling dari beramal dengan isi kandungan Alquran, maka sesungguhnya baginya di dunia ini kehidupan sempit lagi sengsara, (walaupun tampaknya dia termasuk orang bermartabat dan berkemudahan) di dunia, dia akan mendapat kehidupan yang menderita dan penuh kesulitan meski secara zahir dia mendapat kenikmatan; kehidupan yang sengsara lagi sempit  di dunia ini dan juga di alam kubur. Dan Allah  akan menghimpunnya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta dan tidak ada hujjah. Dan Allah akan menggiringnya di padang Mahsyar  pada hari Kiamat kelak dalam keadaan buta; tidak bisa melihat dan tidak memiliki hujah. dan pada hari kiamat dia akan dibangkitkan dalam keadaan buta, sehingga dia akan bertanya:

“Ya Tuhanku, mengapa Engkau membangkitkan aku dalam keadaan buta, padahal ketika di dunia aku dapat melihat?”( QS 20: 125 )

َالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِيْٓ اَعْمٰى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيْرًا ١٢٥

Oleh karena itu saudaraku yang Islami, tak tertutup kemungkinan itu terjadi dikalangan kita, tinggal kita introspeksi diri kita masing-masing seberapa jauh kita sudah menunaikan kewajiban kita sebagai hamba Allah. 

Sebab semua kita terlahir, karena sudah menjawab pertanyaan Allah sewaktu alam roh, Alastu birobbikum? Apakah Aku bukan Tuhanmu? Kita menjawab, bala, ya wahai Tuhanku.

وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ ١٧

(Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang punggung anak cucu Adam, keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksiannya terhadap diri mereka sendiri (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami melakukannya) agar pada hari Kiamat kamu (tidak) mengatakan, “Sesungguhnya kami lengah terhadap hal ini,”

Jadi penjelasan lebih jauh, Allah perintah telah kepada Nabi Muhammad. Ceritakan Muhammad ketika itu Tuhanmu, mengambil janji kepada anak-anak Adam, ketika Allah mengeluarkan mereka dari punggung Nabi Adam, (prakteknya yang diusap punggungnya Nabi Adam), keluarlah anak-anak-turun nya semua yang masih berupa arwah. Ketika Allah mengeluarkan anak-turun Adam, dikeluarkan semua (tapi dalam bentuk arwah), oleh Allah dijanji, dan dipersaksikan pada diri mereka, (apa janjinya yang diambil Allah dari mereka?), mereka dijanji sanggup iman, tidak syirik, mereka dijanji untuk menetapi perintah Allah, menjauhi larangan Allah, Iman kepada Allah, iman kepada Rasul- Rasul Allah, termasuk iman kepada Kitab-kitab Allah, mereka berjanji seperti itu dipersaksikan kepada mereka.
Kemudian Allah menanyakan, Bukankah Aku Tuhan Kalian? (apa jawab mereka) , bala , iya, syahidna, bersaksi kami, bahwa Tuhanku hanya Engkau.
Berarti zaman arwah dulu sudah dijanji oleh Allah, sanggup iman kepada Allah, sanggup iman kepada utusan Allah, sanggup iman kepada kitab-kitab Allah.
Disebut sanggup iman pada Allah , otomatis yang berhubungan dengan Allah dipercaya semua, rasulnya, kitabnya, supaya dipercaya semua, (mereka mengakui), agar tidak berkata kalian pada hari kiamat, kami lupa.

Adanya kamu saya minta untuk mempersaksikan ini, supaya kamu nanti pada hari kiamat tidak alasan , wah saya lupa. Apalagi dalam Alquran di ulang lagi, diceritakan lagi. Oleh Nabi Muhammad diingatkan lagi, diceritakan lagi, kita belajar, membaca, mengaji saat ini dingatkan lagi, supaya kalian nanti pada hari kiamat tidak berkata, tidak alasan, bahwa saya lupa dengan janji saya.

Termasuk kalau didalam hadist Abu Daud itu diceritakan, bahwa Allah itu menciptakan Nabi Adam, Allah mengusap punggungmya Nabi Adam dengan tangan kanannya, kemudian Allah mengeluarkan dari Nabi Adam itu anak turunnya, Anak turan yang aku keluarkan dari Nabi Adam ini adalah kami persiapkan menjadi penghuni sorga, mereka itu nanti akan beramal sesuai dengan amalan ahli sorga sampai matinya, kemudian Allah mengusap lagi punggungnya Nabi Adam, kemudian nabi  akan mengeluarkan anak Adam itu, tapi waktu masih berujud arwah, nyawa, mereka itu aku jadikan untuk Neraka, untuk menjadi penghuni neraka, mereka akan beramal sesuai dengan amalan ahli neraka, 
Kemudian ada seorang sahabat setelah mendengar hadist itu, bertanya kepada Nabi, Lha terus untuk apa kita beramal Nabi, kalau sudah memang  ada qodarnya menjadi ahli sorga atau ahli neraka, lantas amalan kita itu untuk apa, 

Nabi menjawab: ketika Allah menjadikan seorang hamba ini menjadi ahli sorga, maka oleh Allah diamalkan, dibuat beramal amalan-amalan ahli sorga sampai dia mati tetap beramal amalan ahli sorga, akhirnya Allah memasukkan hamba tersebut dengan amalannya kedalam sorga.

Demikian juga ketika Allah menjadikan seorang hamba untuk menjadi penghuni neraka, maka untuk didunianya oleh Allah diberi  mengamalkan amalan ahli neraka sampai matinya tetap mengamalkan amalan ahli neraka, ga mau solat, ga mau ibadah, ga mau baca Alquran ga mengaji, sampai matinya, akhirnya Allah memasukkan hamba itu kedalam neraka, sebab amalan itu.

Jadi kalau sekarang kita mengamalkan amalan ahli sorga, supaya disyukuri, minta terus pada Allah supaya tetap beramal amalan ahli sorga sampai mati. sehingga kita mati dalam keadaan husnul khotimah, semoga semua menjadi ahli sorga, Aamiin. Mudah mudahan yang sedikit ini bisa menolong pencerahannya bagi yang memerlukannya.






Anyone would not want to experience what is called a cramped life, a life that is imagined as a difficult life, where whatever you want to achieve is very difficult. For example, in terms of making money, making a living can only be a little out of the ordinary for people in general. If you want to have a family, you are confused about who wants someone with odd jobs that are not yet established. When you have a family, you want to have children down, with great difficulty it is only ten years old that you can have children. More societal affairs when parents make a living odd jobs, at home our children don't know who we interact with. Unusual acts arise in children who are growing up, while mothers are also busy looking for extras for their daily meals. This is all normal and real life in society. On the other hand, on the family side, there are no problems with material matters. Everything is carried out, starting with the business of making a living, making an easy and extravagant living. keep trying and keep trying to remember more requests for children to order from your wife. It can be seen that the wife is active everywhere, the children are also busy interacting, but the neighbors said that everyone was complaining about their life. What is it all about, what happened to the two illustrations, which is true among mankind everywhere. It's even more extreme if we look at the news in all the media.

 

Islamically, we see whether this is meant by a narrow life. We try to use the opinion of the scholars who are based on Islamic principles. From there the average uses the following paragraph:

 

Whoever turns away from My warnings (I mean Allah), then indeed he will have a narrow life. Will gather Me on the Day of Resurrection blind. QS Thoha (20): 124

 

So because you ignored my warnings from my verses, you were given a narrow life on earth and buried in torment. And on the Day of Judgment you will be gathered in a state of blindness and there will be no evidence,

Actually you have come my verses, but you forgot them. Even though there are already verses from Allah, there are people who convey and invite you, but you forget to ignore them and cannot accept them, so today you are also forgotten or left in torment.

 

If we summarize some of the thoughts of these scholars, it will be based on that verse, saying, whoever turns away from My warning, that is, from Allah's guidance, does not accept, and does not make it happen, what Allah reminds him, namely from Allah's religion, and turns away from reading My book and turning away from doing good deeds with the contents of the Qur'an, then actually for him in this world life is narrow and miserable, (even though it seems he is one of the people with dignity and ease) in the world, he will have a life of suffering and full of difficulties even though physically he gets pleasure; a miserable and cramped life in this world and also in the grave. And Allah will collect them on the Day of Resurrection blind and without evidence. And Allah will lead him to the plains of Mahsyar on the Day of Resurrection later in a blind state; unable to see and has no argument. and on the Day of Resurrection he will be raised blind, so he will ask:

 

"O my Lord, why did you raise me blind, when in the world I could see?" (Surah 20: 125)

Therefore, my Muslim brothers and sisters, it is possible that this will happen among us. It remains for us to introspect ourselves, how far we have fulfilled our obligations as servants of Allah.

Because all of us were born, because we answered God's question during the spiritual realm, Alastu birobbikum? Am I not your God? We answer, bala, yes my Lord.



(Remember) when your Lord brought forth from the backbone of Adam's offspring, their descendants and Allah took his testimony against themselves (while saying), "Am I not your Lord?" They replied, "Yes (You are our God), we testify." (We did it) so that on the Day of Judgment you (not) say, "Indeed we were heedless of this,"

 

So a further explanation of Allah's commands has been to the Prophet Muhammad. Tell Muhammad that at that time your Lord, took a promise to the children of Adam, when Allah took them out of the back of Prophet Adam, (the practice that was rubbed on the back of Prophet Adam), all of his children who were still spirits came out. When Allah brought out Adam's children, all of them were issued but in the form of spirits, Allah promised, and witnessed to them, (what promise did Allah take from them?), They were promised to be able to faith, not shirk, they were promised to obey Allah's commands , stay away from Allah's prohibitions, Faith in Allah, faith in Allah's Messengers, including faith in Allah's Books, they promised that way was witnessed to them.

Then Allah asked, Am I not your Lord? (what did they answer) , bala , yes, shahidna, testify us, that my Lord is only You. This means that in the past, the spirit age had been promised by God, capable of faith in God, capable of faith in God's messengers, capable of faith in God's books.

It is called being able to believe in Allah, automatically everything related to Allah is trusted by all, His messengers, His books, so that all are believed, (they admit), so that you will not say on the Day of Judgment, we forgot.

 

I ask you to testify about this, so that you don't have excuses on the Day of Resurrection, wow I forgot. Moreover, in the Koran it is repeated again, it is told again. The Prophet Muhammad reminded him again, told him again, we study, read, recite the Koran at this time, remind him again, so that you will not say on the Day of Judgment, there is no reason, that I forgot my promise.

 

Including that in the hadith of Abu Daud it is narrated that Allah created Prophet Adam, Allah rubbed Prophet Adam's back with his right hand, then Allah took out from Prophet Adam his descendant, the son of Turan that I took out from Prophet Adam is that we prepared him to become the inhabitants of heaven. , they will later do good deeds according to the practices of the experts in heaven until they die, then Allah wipes again the back of Prophet Adam, then the prophet will bring out the children of Adam, but when they are still in the form of spirits, souls, I make them for Hell, to become residents of hell, they will act according to the deeds of the people of hell,

Then there was a friend after hearing the hadith, asked the Prophet, Then what are we doing for the Prophet's charity, if there is already a decision to become an expert in heaven or an expert in hell, then what is our practice for?

 

The Prophet replied: when Allah made this servant a member of heaven, then by Allah he practiced it, made him do good deeds of the experts of heaven until he died, he continued to do the deeds of the experts of heaven, finally Allah put the servant with his deeds into heaven.

 

Likewise, when Allah makes a servant to become an inhabitant of hell, then for his world by Allah he is given to practice the deeds of the experts of hell until his death, he continues to practice the deeds of the experts of hell, he does not want to pray, he does not want to worship, he does not want to read the Koran, he does not recite the Koran, until his death, finally Allah put the servant in hell, because of that practice.

 

So if now we practice the deeds of the experts in heaven, to be grateful, keep asking Allah to keep doing the deeds of the experts in heaven until we die. so that we die in a state of husnul khotimah, may all be members of heaven, Aamiin. Hopefully this little bit can help enlighten those who need it.













Friday, February 17, 2023

Lagi Tentang Qodar Allah




Untuk memahami qodar ini memang suatu kesulitan sendiri, tidak saja orang orang zaman sekarang, para sahabat Rasulullah yang mendengar langsung waktu itu sering mengambil kesimpulan yang salah, diketahui ketika para sahabat itu bertanya kepada Rasul SAW. Kita merasa penting memahamkan dalam masalah qodar Allah ini mengingat cobaan hidup yang silih berganti.

Ibarat kata orang, adakalanya kita dalam keadaan 'dibawah', dan adakalanya kita dalam kondisi 'diatas'. Maksudnya tak selamanya kita hidup kekurangan, sewaktu waktu kita akan bisa saja senang. Sama sama berpangkat jenderal tapi yang satu hidup mewah yang satu hidup pas pasan. Sama sama jualan beras dipasar bersebelahan yang dijual sama harganya sama kualitas sama tapi penghasilannya tetap beda. Jadi apa artinya itu semua. Berikut kita simak suatu hadis dari Rasulullah barangkali bisa menolong pemahaman tentang qodar Allah.

Pada suatu ketika, dari Abu Hurairah, menyampaikan bahwa Nabi SAW bercerita, bahwa saling berdebat antara Nabi Adam dan Nabi Musa, dimana perdebatan itu di menangkan oleh Nabi  Adam.  Cerita nya,  Ketika Nabi Musa bertemu dengan Nabi Adam, Nabi Musa mengatakan terhadap Nabi Adam, bahwa apakah engkau Adam, yang menjerumuskan manusia dan menyebabkan manusia keluar dari sorga, bertanya Musa dengan menunjukkan kekesalan. Jadi Musa, dengan nada kesal berkata pada Adam, Engkau membuat manusia menjadi terlempar di dunia dan menjadi berlumuran dosa.

Walaupun nabi Musa berkata begitu sebagai anak turun nya, Nabi Adam tetap menghormat Nabi Musa.

Menjawab Nabi Adam, "Apakah engkau Musa, orang yang telah mendapat ilmu segala sesuatu dan memilih Allah padamu, mengalahkan manusia yang lain, dengan membawa risalahnya Allah? Dari sekian banyak orang kamu telah dipilih Allah untuk membawa risalah Allah. Musa menjawab, ya.

Maka apakah mencela engkau padaku, atas perkara yang telah diqodarkan Allah, dan perkara itu pasti terjadi,  sebelum aku diciptakan.? Setelah itu Nabi Musa terdiam. Jadi orang bisa berbuat ketaatan atau  berbuat kemaksiatan itu sudah ditakdirkan oleh Allah, sudah ada qodar Allah, garis dari Allah.Sebelum Adam diciptakan takdirnya sudah di tentukan oleh Allah, nanti Adam akan berbuat kemaksiatan.

Maka kalau kita lihat firman Allah dan Sabda Rasulullah SAW dibawah

وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهٗ تَقْدِيْرًا

Allah menciptakan semua makhluknya kemudian Allah membuat qodar masing-masing makhluk

( QS.25 Al-Furqon :2 )

Diperkuat dalam riwayat  ( Muslim ) Rasul SAW bersabda

كَتَبَ الله مَقَادِيرَ الخَلاَءِقِ السَّمَاواتِ والا رضَ بِخَمْسِينَ ألْفَ سَنَةٍ

        Allah telah menulis semua qodar atas seluruh makhluknya lima puluh ribu tahun

        sebelum Allah menciptakan langit dan bumi

Jadi dari riwayat diatas hendaknya kita yang mengisi kehidupannya cara Islami, segera menyadari kita berjalan diatas takdir Allah yang dibuat untuk kita. Apa yang ingin kita sampaikan bahwa hidup di dunia ini bersifat fana, semua berubah, yang awalnya janin, lahir bayi, balita, remaja, dewasa, tua, wafat. Begitu juga awalnya manusia tidak apa-apa, suatu kita bisa jadi orang kaya. Suatu saat kita merasakan bahagia sukses disegala urusan tiba-tiba bisa gagal disegala masalah. Ketika orang dalam situasi keadaan dibawah dalam segala apakah kita harus marah-marah dengan kegagalan kita. Atau harus meratapinya apa yang kita sesalkan.

Oleh karena itu kita harus bijak menyikapi hidup. Pertama kita harus menyadari pada akhirnya hidup kita didunia akan batasnya dan setelah itu kita kembali kepada Allah menjalani hidup di alam akhirat

Kemudian belajar dari pengalaman hidup sendiri dan pengalaman hidup orang lain bahwa, sepanjang hidup tak selamanya orang itu nikmat bahagia, dan tidak juga orang selamanya mendapat cobaan menderita hidup susah. Dilain pihak tidak selamanya orang yang  dalam kebenaran itu benar terus, adalanya dia berbuat salah. Bukan mustahil orang yang selalu berbuat pelanggaran bisa kembali jadi orang baik.

Sampai dalam suatu riwayat mengatakan bahwa Rasul SAW pernah menyampaikan, Andaikata semua manusia sudah jadi orang baik semua, pasti Allah akan mendatangkan kaum yang kaum itu akan berbuat salah dan bertaubat. Allah senang kepada orang yang bertaubat.

Jadi arah pembicaraan kita tentang qodar Allah ini, adalah kita memahami bahwa garis hidup kita sudah ada qodarnya. Maka menghadapi nya harus dengan bijak, ketika kita mengalami musibah jangan terlarut dalam kesedihan. Tidak hina orang dapat musibah karena itu adalah cobaan hidup yang sudah ditakdirkan sudah ada qodarnya. Sebagai orang yang Islami bagaimana yang diajarkan petunjuk dari Allah dan Rasul dalam ketika mengalami musibah, harus sabar. Nabi menuntunnya dengan doa, agar kita dalam keseharian sering-sering berdoa " “Allahummaj-‘alnii syakuuran, waj-‘alnii shabuuran, waj-‘alnii fii ‘ainii shaghii-ran, wafii a’yunin-naasi kabiiran”.

Insya Allah, kalau terus di lazimkan tidak disadari doa itu akan menjadi jiwa kita, cobalah.

Begitu juga bila menghadapi hidup yang selalu sukses, bahagia, kecukupan kita juga sedang menjalani qodar kita seperti, sehingga secara Islami kita terjaga dari sikap sombong, yaitu seolah olah keberhasilan itu sebab kepintaran dan keuletan kita, itu tidak. Semua terjadi karena izin Allah. Jangan sampai kita di takdirkan jadi orang yang tidak bersyukur dan sombong. Begitu saja Insya Allah pembahasan nya kita batasi, semoga yang sedikit ini bisa mendapatkan manfaat bagi kita semua.




To understand this destiny is indeed a difficulty in itself, not only people today, the companions of the Prophet who heard directly at that time often drew the wrong conclusions, it was known when the friends asked the Prophet SAW. We feel it is important to understand in this matter of God's destiny, remembering the trials of life that go one after another.

As people say, sometimes we are 'under', and sometimes we are 'above'. It means that we don't always live in poverty, at any time we will be happy. Both have the rank of general, but one lives a luxurious life, the other lives just barely. It's the same as selling rice in adjoining markets which are sold at the same price, the same quality, but the income is still different. So what does it all mean. Here we look at a hadith from the Messenger of Allah, perhaps it can help an understanding of God's destiny.

 

At one point, from Abu Hurairah, he conveyed that the Prophet SAW told a story, that the Prophet Adam and Prophet Musa had a debate, where the debate was won by Prophet Adam. The story goes, when Prophet Musa met Prophet Adam, Prophet Musa said to Prophet Adam, that are you Adam, who plunged humans and caused humans to get out of heaven, asked Moses with annoyance. So Moses, in an annoyed tone said to Adam, You made man thrown into the world and became covered in sin.

 

Even though the prophet Musa said that as his descendant, Prophet Adam still respected Prophet Musa.

 

Prophet Adam answered, "Are you Musa, the one who has acquired knowledge of all things and chose Allah for you, defeating other human beings, by bringing Allah's message? Of all the people you have been chosen by Allah to carry Allah's message. Musa replied, yes.

 

So do you reproach me for the things that God has ordained, and these things must have happened before I was created? After that the Prophet Musa was silent. So a person can act in obedience or commit disobedience, that was predestined by God, there was a destiny from God, a line from God. Before Adam was created, his destiny was already determined by God, later Adam would commit disobedience.

 

So if we look at the word of Allah and the Word of Rasulullah SAW below

 

وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهٗ تَقْدِيْرًا

 

Allah created all his creatures then Allah made the destiny of each creature

 

( QS. 25 Al-Furqan : 2 )

 

Strengthened in the history of (Muslim) Rasulullah SAW said

 

كَتَبَ الله مَقَادِيرَ الخَلاَءِقِ السَّمَاواتِ والا رضَ بِخَمْسِينَ ألْفَ سَنَةٍ

 

         Allah has written all the destiny of all creatures fifty thousand years before Allah created the heavens and the earth

 

So, from the history above, those of us who fill our lives in the Islamic way should immediately realize that we are walking on the destiny Allah has made for us. What we want to convey is that living in this world is temporary, everything changes, from the beginning it is a fetus, a baby is born, a toddler, a teenager, an adult, an old man, he dies. Likewise, at first it's okay for humans, one day we can become rich people. One time we feel happy, successful in all matters, suddenly we can fail in all problems. When people are in a situation where they are under everything, we have to be angry with our failures. Or have to mourn what we regret.

 

Therefore, we must be wise in dealing with life. First we must realize that in the end our life in this world will be limited and after that we return to Allah to live life in the afterlife

 

Then learn from one's own life experience and the life experiences of others that, throughout life, people are not always happy to be happy, and not people are always going to have trials and suffering in a difficult life. On the other hand, people who are in the truth are not always right, they are always wrong. It is not impossible that people who always commit violations can return to being good people.

 

In a history it was said that the Prophet SAW once said, If all humans had become good people, Allah would surely bring people who would make mistakes and repent. Allah is pleased with those who repent.

 

So the direction of our conversation about God's destiny, is that we understand that our lifeline has a destiny. So we have to deal with it wisely, when we experience a disaster, don't be dissolved in sadness. It's not despicable for people to get into a disaster because it's a trial in life that is predestined to have a destiny. As an Islamic person, what is taught by guidance from Allah and the Messenger when experiencing a disaster, one must be patient. The Prophet guided him with prayer, so that in our daily lives we often pray "Allahummaj-'alnii syakuuran, waj-'alnii shabuuran, waj-'alnii fii 'ainii shaghii-ran, wafii a'yunin-naasi kabiiran".

 

God willing, if we continue to make it a habit, we don't realize that prayer will become our soul, try it.

Likewise, when facing a life that is always successful, happy, sufficient, we are also living our destiny like this, so that Islamically we are protected from being arrogant, that is, as if success is due to our intelligence and tenacity, it is not. Everything happens because of Allah's permission. Don't let us be destined to be ungrateful and arrogant people. Just like that, God willing, we will limit the discussion, hopefully this little bit can benefit us all.

Thursday, February 2, 2023

Berbuatlah Adil Kalian Semua



Berbuat adil  dalam hal sebagai saksi dalam suatu peristiwa, dalam keadaan normal bisa berjalan dengan baik. Tapi dalam situasi dimana orang yang membutuhkan saksi kita, itu bermasalah terhadap kita, orang nya kelakuannya memang buruk pernah pula menyakiti hati kita. Atau yang bermasalah masih ada hubugan kerabat dengan kita, akan timbul konflik kepentingan.

Tapi apapun itu hukum adalah hukum yang harus ditegakkan. Beruntungnya kita orang Islam punya pegangan peraturan dari Allah Swt dan juga hadist hadist seperti kisah Rasulullah SAW dalam menegakkan keadilan harus jadi pegangan umat Islam, khususnya yang menjadi penegak hukum di negeri ini. Karena,dalam agama Islam untuk berbuat adil tidak pernah pandang bulu,

Wahai orang-orang yang beriman jadilah kalian orang yang menetapi karena Allah orang yang menjadi saksi dengan adil. Jangan mendorong dari kalian marahnya kaum kelakuan kaum atas bahwa tidak berbuat adil kamu sekalian. Adapun berbuat adil mendekatkan diri kepada ketaqwaan, dan takutlah pada Allah, Sesungguhnya Allah maha waspada dengan apa-apa mengerjakan kamu sekalian.(QS. Al-Ma'idah Ayat 8)

Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, seandainya Fatimah puteri Muhammad mencuri, aku akan memotong tangannya." (HR. Bukhari )

Dari hadist tersebut kita bisa ikuti riwayatnya. Ketika itu Urwah bin az-Zubair, salah seorang sahabat Nabi, bercerita kepada Az-Zuhri tentang kejadian yang ia saksikan sewaktu Nabi hidup. Pada waktu itu, Urwah melihat bahwa seorang wanita bernama Fatimah al-Makhzumiyyah, putri dari pemimpin suku Al-Makhzumi, pada hari Fathu Mekah, itu kedapatan mencuri.

Kaumnya minta tolong kepada Usamah bin Zaid yang diketahui dekat dengan Nabi.

Ayahnya Usamah, Zaid bin Haritsah, adalah anak angkat Nabi. Karena itu mereka menemui Usamah dan memintanya agar bisa menolong putri kepala suku itu agar nantinya tidak akan dihukum oleh Nabi. Singkat cerita Usamah mau beramal solih sehingga datanglah Usamah menemui Nabi dengan menceritakan maksud dan tujuan kedatangannya. Mendengar apa yang dikatakan Usamah, wajah Nabi berubah marah.

Nabi bersabda, ''Apakah engkau akan mempersoalkan ketentuan hukum yang sudah ditetapkan oleh Allah?'' Usamah kemudian berkata, ''Maafkan aku ya Rasul Allah.''

Rasulullah SAW berdiri di depan para sahabatnya sambil berkhutbah dengan terlebih dahulu memuji Allah karena Dialah pemilik segala pujian: ''Sesungguhnya kehancuran umat-umat sebelum kalian semua adalah disebabkan oleh perbuatan mereka sendiri. Ketika salah seorang yang dianggap memiliki kedudukan dan jabatan yang tinggi mencuri, mereka melewatkannya atau tidak menghukumnya. Namun, ketika ada seorang yang dianggap rendah, lemah dari segi materi, ataupun orang miskin yang tidak memiliki apa-apa, dan orang-orang biasa, mereka menghukumnya. Ketahuilah, demi Zat yang jiwa Muhammad berada di dalam kekuasaan-Nya, seandainya Fatimah putri Muhammad mencuri, aku akan memotong tangannya.'' (HR Bukhari, No. 4.304).

Nabi ingin mengajarkan kepada umat manusia untuk tidak membeda-bedakan satu orang dengan yang lainnya dalam hukum. Semua orang sama, tidak ada yang kebal hukum. Karena, pembedaan dalam hukum merupakan sumber kehancuran umat-umat sebelum kita. Krisis ekonomi berkepanjangan, bangsa yang selalu dirundung persoalan, gejolak sosial yang hebat, merupakan imbas dari adanya hukum yang tidak adil. Hukum harus menjadi hukum, ia harus mengenai siapa pun yang terkait dengannya. Ini yang diterap oleh Nabi Muhammad SAW dengan tujuan mencapai keadilan yang haq senantiasa sesuai petunjuk Allah.


"Sesungguhnya telah membinasakan umat sebelum kalian, ketika di antara orang-orang terpandang yang mencuri, mereka dibiarkan (tidak dikenakan hukuman). Namun ketika orang-orang lemah yang mencuri, mereka mewajibkan dikenakan hukuman hadd. Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, seandainya Fatimah puteri Muhammad mencuri, aku akan memotong tangannya." (HR. Bukhari no. 4304 dan Muslim no. 1688


“Sesungguhnya yang telah membinasakan umat sebelum kalian adalah jika ada orang terhormat dan mulia di antara mereka mencuri, mereka tidak menghukumnya. Sebaliknya jika orang rendahan yang mencuri, mereka tegakkan hukuman terhadapnya. Demi Allah, bahkan seandainya Fatimah putri Muhammad mencuri, niscaya aku sendiri yang akan memotong tangannya!”.

Tidak ada yang berubah pada ketetapan Allah dan Rasul-Nya. Wanita dari keluarga yang terhormat itu tetap harus menjalani hukuman potong tangan.

Aisyah RA istri Rasulullah saw menuturkan, “Wanita itu kemudian bertobat , memperbagus tobatnya, dan menikah. Ia pernah datang dan menyampaikan hajatnya kepada Rasulullah.”

Setelah itu, Nabi menyuruh untuk memotong tangan Fatimah al-Makhzumiyyah tersebut. Dan setelah pelaksanaan hukuman itu selesai, Nabi menyatakan bahwa tobatnya telah diterima oleh Allah. Dan, perempuan itu menjalani hidupnya secara normal, menikah, dan bekerja seperti biasa. Hingga suatu ketika ia datang kepada Aisyah untuk mengajukan suatu kebutuhan pada Nabi dan beliau menerimanya.

 

Kita berkeyakinan andai negeri ini punya pendekar-pendekar hukum yang didalam jiwa terpateri ilmu dari Allah dan RasulNya, tidak nanti mereka menghukumi secara hawa nafsu, Insya Allah negeri kita bisa damai dan tentram. Siapa tahu, mudah mudahan.

 

 Doing justice in terms of being a witness in an event, under normal circumstances can work well. But in situations where people need our witnesses, that's a problem for us, people whose behavior is bad have also hurt us. Or those with problems still have relatives with us, conflicts of interest will arise.


But whatever the law is a law that must be upheld. Luckily we Muslims have a handle on rules from Allah SWT and also hadiths such as the story of Rasulullah SAW in upholding justice must be a guideline for Muslims, especially those who become law enforcers in this country. Because, in Islam, to do justice is never discriminating,


O you who believe, be of you who are faithful, because Allah is a witness in justice. Don't push the anger of the people over the behavior of the people that you don't do justice to all of you. As for doing justice, draw closer to piety, and fear Allah. Indeed, Allah is aware of what you are doing. (QS. Al-Ma'idah Verse 8)


Be ye upholders of justice because of Allah, (when) bear witness fairly. And let not your hatred of a people encourage you to act unjustly. Be fair. Because (fair) is closer to piety. And fear Allah, verily, Allah is Aware of what you do.

For the sake of Muhammad's soul in His hands, if Fatimah the daughter of Muhammad steals, I will cut off her hands." (Narrated by Bukhari no. 4304 and Muslim no. 1688)


From this hadith we can follow its history. At that time Urwah bin az-Zubair, one of the Prophet's companions, told Az-Zuhri about the events he witnessed when the Prophet was alive. At that time, Urwah saw that a woman named Fatimah al-Makhzumiyyah, the daughter of the leader of the Al-Makhzumi tribe, was caught stealing on the day of Mecca's Fathu.

His people asked for help from Usama bin Zaid who was known to be close to the Prophet.

Usamah's father, Zaid bin Harithah, was the adopted son of the Prophet. Because of that they met Usama and asked him to help the daughter of the chief of the tribe so that later the Prophet would not punish him. In short, Usamah wanted to do good deeds so that Usamah came to meet the Prophet by telling him the purpose and purpose of his arrival. Hearing what Usama said, the Prophet's face turned angry.

The Prophet said,''Are you going to question the legal provisions that have been established by Allah?'' Usamah then said,''Forgive me O Messenger of Allah.''

Rasulullah SAW stood in front of his friends while preaching by first praising Allah because He is the owner of all praise: ''Indeed, the destruction of the peoples before you all was caused by their own actions. When someone who is considered to have high rank and position steals, they either skip it or don't punish them. However, when there is someone who is considered lowly, weak from a material point of view, or a poor person who has nothing, and is an ordinary person, they punish him. Know, for the sake of the Substance in whose power Muhammad's soul is in His power, if Fatimah the daughter of Muhammad steals, I will cut off her hands.''


The Prophet wanted to teach mankind not to discriminate between one person and another in law. Everyone is equal, no one is above the law. Because, differences in law are the source of the destruction of the people before us. The prolonged economic crisis, the nation which is always dogged by problems, the great social turmoil, is the result of the existence of unfair laws. Law has to be law, it has to be about whoever is related to it. This was implemented by the Prophet Muhammad SAW with the aim of achieving fair justice always according to God's instructions.

From 'Urwah bin Zubair, he said that the Prophet SAW once preached and said,

"Indeed, it has destroyed the people before you, when among the respected people who steal, they are left unpunished. But when weak people steal, they oblige to be subject to hadd punishment. By the soul of Muhammad who is in His hands, if Fatimah the daughter of Muhammad stole, I will cut off her hand." (Narrated by Bukhari no. 4304 and Muslim no. 1688

There is a woman who has stolen. He came from a respectable and respected family from Bani Makhzum.

Because of his actions, he also had to be punished according to the rules applied at that time, namely by cutting off his hands. However, the woman's people and family objected. Because of that, they made every effort to forgive the woman and cancel the punishment of cutting off her hands.

After that, the Prophet ordered to cut off Fatimah al-Makhzumiyyah's hand. And after the execution of the sentence was completed, the Prophet declared that his repentance had been accepted by Allah. And, the woman lived her life normally, married and worked as usual. Until one day he came to Aisyah to submit a need to the Prophet and he accepted it.


We believe that if this country had legal warriors whose souls were imbued with knowledge from Allah and His Messenger, they would not judge them based on lust, God willing, our country would be peaceful and peaceful. Who knows, hopefully.


 

 

 

 

 


Popular Posts