'cookieChoices = {};' Nasihat Islami, Dan Kesehatan Islami.: Kehidupan Yang Sempit

Monday, February 20, 2023

Kehidupan Yang Sempit



Siapapun tak akan mau mengalami yang namanya kehidupan yang sempit, kehidupan yang terbayang sebagai kehidupan yang serba susah, dimana apapun yang ingin dicapai sangat sulit. Seumpama dalam hal  mencari uang mencari nafkah, hanya dapat sedikit diluar dari kebiasaan orang umumnya. Ingin berkeluarga, bingung siapa yang mau dengan orang pekerjaan serabutan belum mapan seperti saya. Ketika sudah bekeluarga, kepengin punya anak turun, dengan susah payah baru sepuluh tahun baru dapat turunan. Ketika anak sudah hadir, timbul persoalan dari apa susu bayi sampai urusan balita, timbul masalah anak sekolah dimana. Lebih banyak lagi urusan kemasyarakatan, disaat orang tua mencari nafkah yang serabutan, dirumah anak kita entah dengan siapa berinteraksi. Timbul lakon-lakon tidak lazim pada anak sedang tumbuh remaja, sementara ibu juga sibuk cari tambahan buat makan sehari hari. Ini semua kehidupan lumrah dan nyata dalam masyarakat.
Sementara, terjadi sebaliknya pada pihak keluarga yang soal materi tidak ada soal, semua dijalankan dari mulai urusan maisyah urusan mencari nafkah mudah dan berlebih, menurut sudut pandang ukuran manusia normal, tidak tercermin sebagi orang puas, lega, apa yang sudah dimiliki, malah mencari terus dan berusaha terus lebih banyak mengingat permintaan anak pesan istri. Merasa khawatir kurang terus gelisah terus, apa yang dicari apa yang dipikirkan. Terlihat istri aktif kemana mana anak juga sibuk berinteraksi menjaga gengsi gaul, tapi kata tetangga semua mengeluhkan kehidupannya. Ada apa itu semua, apa yang terjadi dengan kedua ilustrasi itu, yang betul ada dikalangan ummat manusia dimanapun, seperti mengalami kehidupan yang sempit. Bahkan lebih ekstrim lagi kalau kita simak berita-berita disemua media ada nyata.

Secara Islami kita melihat, apakah ini dimaksud kehidupan yang sempit, kita coba memakai pendapat para ulama yang berdasarkan kaidah Islami. Dari sana rata-rata menggunakan ayat berikut :

Barang siapa yang berpaling dari peringatan Ku (maksudnya ku nya Allah), maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit. Akan mengumpulkan Aku pada hari kiamat dalam keadaan buta. QS Thoha (20) : 124

Jadi karena engkau mengabaikan peringatanku ayat-ayatku, engkau diberi kehidupan sempit didunia, dan di alam kubur disiksa. Dan pada hari kiamat engkau dikumpulkan dalam keadaan buta juga tidak ada lagi hujjah,

Sebenarnya adanya kamu merasakan kehidupan yang sempit karena kamu telah kedatangan ayat2ku, tapi engkau melupakannya. Padahal sudah ada ayat ayatnya Allah, ada orang yang menyampaikan dan mengajak pada kamu, tapi kamu melupakannya maksudnya mengabaikannya bahkan tidak bisa menerima. Demikian pula hari ini engkau pun dilupakan atau ditinggal didalam siksa. Sangat mengerikan, berdasarkan ayat ini Allah tidak main-main dengan ayat-ayatnya.

Kalau di rangkum beberapa pikiran ulama, jadinya berdasarkan ayat itu, mengatakan, barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu, maksudnya dari petunjuk Allah, tidak menerima, dan tidak mewujudkannya, apa yang diingatkan Allah, yakni dari agama Allah,  serta berpaling dari membaca kitab-Ku dan berpaling dari beramal dengan isi kandungan Alquran, maka sesungguhnya baginya di dunia ini kehidupan sempit lagi sengsara, (walaupun tampaknya dia termasuk orang bermartabat dan berkemudahan) di dunia, dia akan mendapat kehidupan yang menderita dan penuh kesulitan meski secara zahir dia mendapat kenikmatan; kehidupan yang sengsara lagi sempit  di dunia ini dan juga di alam kubur. Dan Allah  akan menghimpunnya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta dan tidak ada hujjah. Dan Allah akan menggiringnya di padang Mahsyar  pada hari Kiamat kelak dalam keadaan buta; tidak bisa melihat dan tidak memiliki hujah. dan pada hari kiamat dia akan dibangkitkan dalam keadaan buta, sehingga dia akan bertanya:

“Ya Tuhanku, mengapa Engkau membangkitkan aku dalam keadaan buta, padahal ketika di dunia aku dapat melihat?”( QS 20: 125 )

َالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِيْٓ اَعْمٰى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيْرًا ١٢٥

Oleh karena itu saudaraku yang Islami, tak tertutup kemungkinan itu terjadi dikalangan kita, tinggal kita introspeksi diri kita masing-masing seberapa jauh kita sudah menunaikan kewajiban kita sebagai hamba Allah. 

Sebab semua kita terlahir, karena sudah menjawab pertanyaan Allah sewaktu alam roh, Alastu birobbikum? Apakah Aku bukan Tuhanmu? Kita menjawab, bala, ya wahai Tuhanku.

وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ ١٧

(Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang punggung anak cucu Adam, keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksiannya terhadap diri mereka sendiri (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami melakukannya) agar pada hari Kiamat kamu (tidak) mengatakan, “Sesungguhnya kami lengah terhadap hal ini,”

Jadi penjelasan lebih jauh, Allah perintah telah kepada Nabi Muhammad. Ceritakan Muhammad ketika itu Tuhanmu, mengambil janji kepada anak-anak Adam, ketika Allah mengeluarkan mereka dari punggung Nabi Adam, (prakteknya yang diusap punggungnya Nabi Adam), keluarlah anak-anak-turun nya semua yang masih berupa arwah. Ketika Allah mengeluarkan anak-turun Adam, dikeluarkan semua (tapi dalam bentuk arwah), oleh Allah dijanji, dan dipersaksikan pada diri mereka, (apa janjinya yang diambil Allah dari mereka?), mereka dijanji sanggup iman, tidak syirik, mereka dijanji untuk menetapi perintah Allah, menjauhi larangan Allah, Iman kepada Allah, iman kepada Rasul- Rasul Allah, termasuk iman kepada Kitab-kitab Allah, mereka berjanji seperti itu dipersaksikan kepada mereka.
Kemudian Allah menanyakan, Bukankah Aku Tuhan Kalian? (apa jawab mereka) , bala , iya, syahidna, bersaksi kami, bahwa Tuhanku hanya Engkau.
Berarti zaman arwah dulu sudah dijanji oleh Allah, sanggup iman kepada Allah, sanggup iman kepada utusan Allah, sanggup iman kepada kitab-kitab Allah.
Disebut sanggup iman pada Allah , otomatis yang berhubungan dengan Allah dipercaya semua, rasulnya, kitabnya, supaya dipercaya semua, (mereka mengakui), agar tidak berkata kalian pada hari kiamat, kami lupa.

Adanya kamu saya minta untuk mempersaksikan ini, supaya kamu nanti pada hari kiamat tidak alasan , wah saya lupa. Apalagi dalam Alquran di ulang lagi, diceritakan lagi. Oleh Nabi Muhammad diingatkan lagi, diceritakan lagi, kita belajar, membaca, mengaji saat ini dingatkan lagi, supaya kalian nanti pada hari kiamat tidak berkata, tidak alasan, bahwa saya lupa dengan janji saya.

Termasuk kalau didalam hadist Abu Daud itu diceritakan, bahwa Allah itu menciptakan Nabi Adam, Allah mengusap punggungmya Nabi Adam dengan tangan kanannya, kemudian Allah mengeluarkan dari Nabi Adam itu anak turunnya, Anak turan yang aku keluarkan dari Nabi Adam ini adalah kami persiapkan menjadi penghuni sorga, mereka itu nanti akan beramal sesuai dengan amalan ahli sorga sampai matinya, kemudian Allah mengusap lagi punggungnya Nabi Adam, kemudian nabi  akan mengeluarkan anak Adam itu, tapi waktu masih berujud arwah, nyawa, mereka itu aku jadikan untuk Neraka, untuk menjadi penghuni neraka, mereka akan beramal sesuai dengan amalan ahli neraka, 
Kemudian ada seorang sahabat setelah mendengar hadist itu, bertanya kepada Nabi, Lha terus untuk apa kita beramal Nabi, kalau sudah memang  ada qodarnya menjadi ahli sorga atau ahli neraka, lantas amalan kita itu untuk apa, 

Nabi menjawab: ketika Allah menjadikan seorang hamba ini menjadi ahli sorga, maka oleh Allah diamalkan, dibuat beramal amalan-amalan ahli sorga sampai dia mati tetap beramal amalan ahli sorga, akhirnya Allah memasukkan hamba tersebut dengan amalannya kedalam sorga.

Demikian juga ketika Allah menjadikan seorang hamba untuk menjadi penghuni neraka, maka untuk didunianya oleh Allah diberi  mengamalkan amalan ahli neraka sampai matinya tetap mengamalkan amalan ahli neraka, ga mau solat, ga mau ibadah, ga mau baca Alquran ga mengaji, sampai matinya, akhirnya Allah memasukkan hamba itu kedalam neraka, sebab amalan itu.

Jadi kalau sekarang kita mengamalkan amalan ahli sorga, supaya disyukuri, minta terus pada Allah supaya tetap beramal amalan ahli sorga sampai mati. sehingga kita mati dalam keadaan husnul khotimah, semoga semua menjadi ahli sorga, Aamiin. Mudah mudahan yang sedikit ini bisa menolong pencerahannya bagi yang memerlukannya.






Anyone would not want to experience what is called a cramped life, a life that is imagined as a difficult life, where whatever you want to achieve is very difficult. For example, in terms of making money, making a living can only be a little out of the ordinary for people in general. If you want to have a family, you are confused about who wants someone with odd jobs that are not yet established. When you have a family, you want to have children down, with great difficulty it is only ten years old that you can have children. More societal affairs when parents make a living odd jobs, at home our children don't know who we interact with. Unusual acts arise in children who are growing up, while mothers are also busy looking for extras for their daily meals. This is all normal and real life in society. On the other hand, on the family side, there are no problems with material matters. Everything is carried out, starting with the business of making a living, making an easy and extravagant living. keep trying and keep trying to remember more requests for children to order from your wife. It can be seen that the wife is active everywhere, the children are also busy interacting, but the neighbors said that everyone was complaining about their life. What is it all about, what happened to the two illustrations, which is true among mankind everywhere. It's even more extreme if we look at the news in all the media.

 

Islamically, we see whether this is meant by a narrow life. We try to use the opinion of the scholars who are based on Islamic principles. From there the average uses the following paragraph:

 

Whoever turns away from My warnings (I mean Allah), then indeed he will have a narrow life. Will gather Me on the Day of Resurrection blind. QS Thoha (20): 124

 

So because you ignored my warnings from my verses, you were given a narrow life on earth and buried in torment. And on the Day of Judgment you will be gathered in a state of blindness and there will be no evidence,

Actually you have come my verses, but you forgot them. Even though there are already verses from Allah, there are people who convey and invite you, but you forget to ignore them and cannot accept them, so today you are also forgotten or left in torment.

 

If we summarize some of the thoughts of these scholars, it will be based on that verse, saying, whoever turns away from My warning, that is, from Allah's guidance, does not accept, and does not make it happen, what Allah reminds him, namely from Allah's religion, and turns away from reading My book and turning away from doing good deeds with the contents of the Qur'an, then actually for him in this world life is narrow and miserable, (even though it seems he is one of the people with dignity and ease) in the world, he will have a life of suffering and full of difficulties even though physically he gets pleasure; a miserable and cramped life in this world and also in the grave. And Allah will collect them on the Day of Resurrection blind and without evidence. And Allah will lead him to the plains of Mahsyar on the Day of Resurrection later in a blind state; unable to see and has no argument. and on the Day of Resurrection he will be raised blind, so he will ask:

 

"O my Lord, why did you raise me blind, when in the world I could see?" (Surah 20: 125)

Therefore, my Muslim brothers and sisters, it is possible that this will happen among us. It remains for us to introspect ourselves, how far we have fulfilled our obligations as servants of Allah.

Because all of us were born, because we answered God's question during the spiritual realm, Alastu birobbikum? Am I not your God? We answer, bala, yes my Lord.



(Remember) when your Lord brought forth from the backbone of Adam's offspring, their descendants and Allah took his testimony against themselves (while saying), "Am I not your Lord?" They replied, "Yes (You are our God), we testify." (We did it) so that on the Day of Judgment you (not) say, "Indeed we were heedless of this,"

 

So a further explanation of Allah's commands has been to the Prophet Muhammad. Tell Muhammad that at that time your Lord, took a promise to the children of Adam, when Allah took them out of the back of Prophet Adam, (the practice that was rubbed on the back of Prophet Adam), all of his children who were still spirits came out. When Allah brought out Adam's children, all of them were issued but in the form of spirits, Allah promised, and witnessed to them, (what promise did Allah take from them?), They were promised to be able to faith, not shirk, they were promised to obey Allah's commands , stay away from Allah's prohibitions, Faith in Allah, faith in Allah's Messengers, including faith in Allah's Books, they promised that way was witnessed to them.

Then Allah asked, Am I not your Lord? (what did they answer) , bala , yes, shahidna, testify us, that my Lord is only You. This means that in the past, the spirit age had been promised by God, capable of faith in God, capable of faith in God's messengers, capable of faith in God's books.

It is called being able to believe in Allah, automatically everything related to Allah is trusted by all, His messengers, His books, so that all are believed, (they admit), so that you will not say on the Day of Judgment, we forgot.

 

I ask you to testify about this, so that you don't have excuses on the Day of Resurrection, wow I forgot. Moreover, in the Koran it is repeated again, it is told again. The Prophet Muhammad reminded him again, told him again, we study, read, recite the Koran at this time, remind him again, so that you will not say on the Day of Judgment, there is no reason, that I forgot my promise.

 

Including that in the hadith of Abu Daud it is narrated that Allah created Prophet Adam, Allah rubbed Prophet Adam's back with his right hand, then Allah took out from Prophet Adam his descendant, the son of Turan that I took out from Prophet Adam is that we prepared him to become the inhabitants of heaven. , they will later do good deeds according to the practices of the experts in heaven until they die, then Allah wipes again the back of Prophet Adam, then the prophet will bring out the children of Adam, but when they are still in the form of spirits, souls, I make them for Hell, to become residents of hell, they will act according to the deeds of the people of hell,

Then there was a friend after hearing the hadith, asked the Prophet, Then what are we doing for the Prophet's charity, if there is already a decision to become an expert in heaven or an expert in hell, then what is our practice for?

 

The Prophet replied: when Allah made this servant a member of heaven, then by Allah he practiced it, made him do good deeds of the experts of heaven until he died, he continued to do the deeds of the experts of heaven, finally Allah put the servant with his deeds into heaven.

 

Likewise, when Allah makes a servant to become an inhabitant of hell, then for his world by Allah he is given to practice the deeds of the experts of hell until his death, he continues to practice the deeds of the experts of hell, he does not want to pray, he does not want to worship, he does not want to read the Koran, he does not recite the Koran, until his death, finally Allah put the servant in hell, because of that practice.

 

So if now we practice the deeds of the experts in heaven, to be grateful, keep asking Allah to keep doing the deeds of the experts in heaven until we die. so that we die in a state of husnul khotimah, may all be members of heaven, Aamiin. Hopefully this little bit can help enlighten those who need it.













No comments:

Post a Comment

Popular Posts