'cookieChoices = {};' Nasihat Islami Untuk Kesehatan Jiwa dan Raga.

Thursday, March 13, 2025

Surga Menanti Orang yang Menghormati Hari Jumat



 Surga Menanti Orang yang Menghormati Hari Jumat – Hadits dan Janji Allah bagi Mereka yang Memuliakannya

Hari Jumat adalah hari yang paling istimewa dalam Islam. Ia disebut sebagai "Sayyidul Ayyam" (penghulu segala hari) karena pada hari inilah terdapat banyak keutamaan dan keberkahan yang tidak dimiliki hari lain.

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Sebaik-baik hari yang pada hari itu terbit matahari adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu ia dimasukkan ke dalam surga, dan pada hari itu pula ia dikeluarkan darinya."

📖 (HR. Muslim No. 854)


Dengan begitu banyak keutamaan yang dikandungnya, bagaimana cara kita memuliakan hari Jumat agar mendapat janji Allah berupa surga?


1. Memperbanyak Shalawat kepada Nabi ﷺ

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari Jumat, karena shalawat kalian akan diperlihatkan kepadaku."

📖 (HR. Abu Dawud No. 1531, Shahih)


Setiap shalawat yang kita ucapkan akan menjadi syafaat di hari kiamat. Salah satu cara untuk mendapatkan kedekatan dengan Rasulullah ﷺ di surga adalah dengan banyak bershalawat, terutama di hari Jumat.


2. Membaca Surat Al-Kahfi

Membaca Surat Al-Kahfi di hari Jumat memiliki keutamaan luar biasa. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Barang siapa membaca Surat Al-Kahfi pada hari Jumat, maka akan diberikan cahaya baginya di antara dua Jumat."

📖 (HR. Al-Hakim No. 3392, Shahih)


Cahaya ini adalah perlindungan dari fitnah dunia dan akhirat, termasuk fitnah Dajjal yang merupakan ujian terbesar bagi umat manusia.


3. Mandi dan Berpakaian Bersih Sebelum Shalat Jumat

Bagi laki-laki yang wajib menghadiri shalat Jumat, bersuci dan berpakaian terbaik adalah bentuk penghormatan kepada hari yang mulia ini. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Barang siapa mandi pada hari Jumat, memakai pakaian terbaik, memakai wewangian, kemudian berangkat ke masjid, lalu mendengarkan khutbah tanpa berbicara, maka diampuni dosanya antara Jumat itu dengan Jumat sebelumnya."

📖 (HR. Al-Bukhari No. 883, Muslim No. 857)


4. Memperbanyak Doa karena Ada Waktu Mustajab

Hari Jumat memiliki satu waktu mustajab, di mana setiap doa yang dipanjatkan pasti akan dikabulkan oleh Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Pada hari Jumat terdapat suatu waktu, tidaklah seorang hamba Muslim berdoa kepada Allah dengan suatu doa yang baik pada saat itu, melainkan Allah pasti akan mengabulkannya."

📖 (HR. Muslim No. 852)


Waktu mustajab ini disebutkan berada di antara waktu Ashar hingga Maghrib menurut beberapa riwayat.


5. Datang Lebih Awal ke Masjid untuk Shalat Jumat


Bagi laki-laki, semakin awal datang ke masjid, semakin besar pahala yang didapatkan. Rasulullah ﷺ bersabda:


"Barang siapa berangkat ke masjid di awal waktu untuk shalat Jumat, maka seakan-akan dia telah berkurban seekor unta. Barang siapa datang setelahnya, maka seakan-akan dia berkurban seekor sapi, kemudian kambing, lalu ayam, lalu telur."

📖 (HR. Al-Bukhari No. 881, Muslim No. 850)


Semakin awal seseorang datang, semakin besar pahala yang didapatkan.


6. Tidak Melalaikan Shalat Jumat

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ


"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jumat, maka bersegeralah kalian mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui."

📖 (QS. Al-Jumu’ah: 9)

Orang yang meninggalkan shalat Jumat tanpa uzur akan ditutup hatinya dan terhalang dari rahmat Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Barang siapa meninggalkan shalat Jumat tiga kali tanpa uzur, maka Allah akan mengunci hatinya."

📖 (HR. At-Tirmidzi No. 500, Hasan)


Kesimpulan: Surga Menanti Orang yang Memuliakan Hari Jumat

Allah memberikan banyak peluang kepada kita untuk meraih surga melalui amalan-amalan di hari Jumat. Dengan bershalawat, membaca Surat Al-Kahfi, memperbanyak doa, menghadiri shalat Jumat dengan khusyuk, dan tidak melalaikannya, insyaAllah kita akan termasuk dalam golongan orang yang mendapatkan rahmat-Nya di dunia dan akhirat.

Semoga artikel ini bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Mari kita perbanyak amal di hari yang penuh berkah ini agar kelak kita mendapatkan kemuliaan yang dijanjikan oleh Allah. Aamiin. 🤲


Mengendalikan Lisan dan Hawa Nafsu

 



Mengendalikan Lisan dan Hawa Nafsu – Menjaga Lisan dari Perkataan Sia-sia dan Mengendalikan Emosi adalah Bagian dari Hakikat Puasa


Puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga mengendalikan lisan dan hawa nafsu. Rasulullah ﷺ bersabda:


1. Puasa Tidak Sekadar Menahan Lapar dan Dahaga

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:

"مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ."

(رَوَاهُ البُخَارِيُّ، رقم: 1903)


"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengamalkannya, maka Allah tidak butuh terhadap puasanya yang hanya meninggalkan makan dan minum."

(HR. Bukhari, no. 1903)


Hadis ini menunjukkan bahwa puasa yang sempurna bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menjaga lisan dari perkataan sia-sia, dusta, dan ghibah (menggunjing).


1. Menjaga Lisan dari Perkataan Sia-Sia


Rasulullah ﷺ bersabda:


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ:

"مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ."

(رَوَاهُ البُخَارِيُّ، رقم: 6018؛ وَمُسْلِم، رقم: 47)


"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam."

(HR. Bukhari, no. 6018; Muslim, no. 47)


Saat berpuasa, kita harus lebih berhati-hati dalam berbicara. Mengucapkan perkataan yang tidak bermanfaat, mencela, atau menyakiti hati orang lain bisa mengurangi pahala puasa. Sebaliknya, memperbanyak dzikir, membaca Al-Qur’an, dan berkata baik akan menjadikan puasa lebih bermakna.


2. Mengendalikan Hawa Nafsu dan Emosi


Puasa adalah latihan mengendalikan emosi. Rasulullah ﷺ bersabda:


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ:

"الصِّيَامُ جُنَّةٌ، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ، فَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ، فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ، إِنِّي صَائِمٌ."

(رَوَاهُ البُخَارِيُّ، رقم: 1894؛ وَمُسْلِم، رقم: 1151)


"Puasa adalah perisai. Maka apabila salah seorang di antara kalian sedang berpuasa, janganlah berkata kotor dan jangan bertindak bodoh. Jika ada seseorang yang mencaci-maki atau mengajaknya bertengkar, hendaklah ia berkata, 'Sesungguhnya aku sedang berpuasa'."

(HR. Bukhari, no. 1894; Muslim, no. 1151)


Ketika kita diuji dengan kemarahan, ingatlah bahwa menahan emosi adalah bagian dari hakikat puasa. Rasulullah ﷺ memberikan teladan untuk bersabar dan tidak mudah terpancing.


3. Keutamaan Menahan Diri dari Kemarahan


Menahan amarah adalah salah satu ciri orang bertakwa. Allah ﷻ berfirman:


وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ۝ الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

(سورة آلِ عِمْرَان: 133-134)


"Dan bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarah serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan."

(QS. Ali 'Imran: 133-134)


Seseorang yang mampu mengendalikan amarahnya akan mendapat kedudukan tinggi di sisi Allah. Sebaliknya, orang yang terbiasa melampiaskan emosi dengan mudah akan sulit meraih ketakwaan yang sempurna.


Kesimpulan


Puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menjaga lisan dan hawa nafsu. Dengan menahan perkataan sia-sia, menjauhi amarah, serta memperbanyak dzikir dan kebaikan, puasa kita akan lebih bermakna dan bernilai di sisi Allah.


Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang mampu mengendalikan lisan dan hawa nafsu, sehingga puasa kita benar-benar menjadi ibadah yang sempurna.





Popular Posts