'cookieChoices = {};' Nasihat Islami Untuk Kesehatan Jiwa dan Raga.

Thursday, May 22, 2025

Hari Jumat: Kesempatan Bertaubat dan Memulai Hal Baru

 



Hari Jumat: Kesempatan Bertaubat dan Memulai Hal Baru

 – Cara menjadikan hari ini sebagai awal perubahan hidup.

Hari Jumat bukan sekadar hari terakhir dalam pekan, tetapi hari di mana langit dibuka, rahmat Allah melimpah, dan doa tak ditolak. Bagi jiwa-jiwa yang merasa jauh, lelah, dan ingin pulang kepada Rabb-nya, Jumat adalah panggilan lembut dari langit untuk memulai kembali.

 Bukankah kita semua pernah tersesat dalam dosa dan kelalaian? Namun Allah tidak pernah menutup pintu taubat-Nya.

Mari kita renungkan kembali hari ini: apakah sudah menjadi pintu perubahan atau hanya rutinitas kosong yang berlalu?


Jumat: Hari yang Diberkahi dan Mulia

Hari Jumat bukan hanya "hari libur" atau hari bersantai, melainkan hari yang Allah pilih sendiri sebagai hari terbaik bagi umat ini. Dalam hadis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ..."

 "Sebaik-baik hari yang matahari terbit padanya adalah hari Jumat..."

 (HR. Muslim)

Pernahkah kita merenung: mengapa Allah memilih hari Jumat sebagai hari terbaik? Karena pada hari inilah Adam diciptakan, diturunkan ke bumi, diterima taubatnya, bahkan hari Kiamat pun akan terjadi pada hari ini. Maka, bagaimana mungkin kita menganggap remeh hari sebesar ini?

Jumat adalah momen untuk menata kembali hati yang kacau, untuk mengambil jeda dari hiruk-pikuk dunia, dan kembali menegakkan tujuan hidup: mengabdi kepada Allah.


2. Pintu Taubat Terbuka Lebar di Hari Ini

Allah tidak hanya menyuruh kita kembali, tapi juga menjanjikan ampunan. Dalam Al-Qur’an:

وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ

 "Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan..."

 (QS. Asy-Syura: 25)

Namun banyak dari kita merasa terlalu kotor untuk kembali, merasa terlalu terlambat. Padahal, Allah tidak peduli seberapa besar dosa kita, selama kita benar-benar ingin kembali.

Hari Jumat mengajarkan bahwa tidak ada kata terlambat untuk memulai kembali. Ambil waktu hari ini untuk berwudu dengan hati yang tunduk, bersujud dengan dada yang hancur, dan ucapkan:

 "Ya Allah, aku kembali. Aku lelah menjauh."

 Itu sudah cukup untuk membuat malaikat menuliskan awal baru.


3. Waktu Mustajab untuk Doa: Jangan Sia-siakan!

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"فِيهِ سَاعَةٌ لا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللَّهَ شَيْئًا، إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ"

 "Pada hari Jumat terdapat suatu waktu, bila seorang Muslim berdoa saat itu, maka Allah pasti mengabulkannya..."

 (HR. Bukhari dan Muslim)

Bayangkan: satu waktu, satu doa, satu permintaan—dan Allah menjanjikan 'pasti dikabulkan'. Tapi banyak dari kita tidak tahu kapan waktu itu, atau bahkan lupa berdoa sama sekali.

Ulama menyebut waktu tersebut ada kemungkinan antara duduknya imam sampai selesainya salat Jumat, atau menjelang magrib saat menjelang berakhirnya hari. Maka, mengapa tidak kita sempatkan sejenak untuk memanjatkan doa terbaik?

Cobalah hari ini. Ambil wudu, temukan tempat yang tenang, dan bisikkan doa yang selama ini hanya tersimpan di dada. Minta ampun, minta hidayah, minta kemudahan… karena tidak ada yang bisa memberi selain Dia.


4. Awali Perubahan dengan Langkah Sederhana

Perubahan tidak harus dimulai dengan langkah besar. Islam mengajarkan perubahan dengan langkah yang konsisten dan tulus. Hari Jumat adalah tempat terbaik memulainya.

Berikut beberapa amalan ringan tapi penuh makna:

Mandi Jumat, mengenakan pakaian terbaik, dan memakai wangi-wangian. Ini bukan hanya sunnah, tapi cara menyiapkan diri lahir dan batin untuk bertemu Allah dalam shalat Jumat.

Shalat Jumat tepat waktu dan dengarkan khutbah dengan hati hadir. Jangan sibuk dengan HP. Duduklah seolah itu khutbah terakhir yang akan kau dengar.

Membaca Surat Al-Kahfi.

 Rasulullah bersabda:

 "مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الجُمُعَتَيْنِ"

 "Barangsiapa membaca Surat Al-Kahfi pada hari Jumat, akan diberikan cahaya antara dua Jumat."

 (HR. Al-Hakim)

 Jika belum bisa membaca seluruh surat, bacalah 10 ayat pertama dan terakhirnya—itu pun sudah menjadi cahaya.

Bershalawat sebanyak-banyaknya.

 Ini adalah cara kita menyambut kasih sayang Allah. Rasulullah bersabda:

 "أَكْثِرُوا الصَّلاَةَ عَلَيَّ يَوْمَ الجُمُعَةِ"

 "Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari Jumat."

 (HR. Abu Dawud)

Konsistenlah, walau satu langkah kecil. Karena Allah melihat keikhlasan, bukan hanya jumlah.


Penutup:

Wahai jiwa yang merasa letih dan terluka, Jumat ini bukan hanya hari biasa. Ini adalah panggilan dari langit untuk pulang.

 Pintu-pintu rahmat terbuka lebar. Doamu sedang dinanti. Taubatmu sedang ditunggu. Perubahanmu sedang dituliskan.

 Jadikan Jumat sebagai momentum untuk memulai kembali, dengan iman yang lebih dalam, amal yang lebih tulus, dan hati yang lebih lapang.


Sunday, May 18, 2025

Tidak Ada yang Abadi di Dunia Ini.




Tidak Ada yang Abadi di Dunia Ini: Sebuah Renungan untuk Hati yang Lupa, Apa yang Kau Cari"


Pernahkah kita berhenti sejenak dari hiruk-pikuk dunia, lalu bertanya: “Apa yang sebenarnya aku kejar selama ini, ( Diri) apa yang kau cari?”
Ada orang yang setiap hari lelah mengejar angka di rekeningnya, tapi tak sempat mengeja satu ayat pun dari Kitab-Nya.
Ada pula yang begitu sibuk menghitung keuntungan, hingga tak sadar bahwa waktu shalat pun terus dikorbankan.

Dunia ini memang memukau, tapi tak ada yang abadi darinya.
Lalu… mengapa kita berpegangan begitu erat pada sesuatu yang pasti akan pergi?

Dalil dan Kehidupan yang Menyadarkan

1. Dunia Ini Hanya Sementara, Tapi Banyak yang Lupa


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ"


"Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu."

(QS. Al-Hadid: 20)

Tak sedikit yang terbuai oleh sorot lampu dunia. Gelar ditumpuk, pujian diburu, dan jabatan diperjuangkan mati-matian. Tapi di saat sendirian dalam gelapnya malam, hati tetap terasa kosong. Karena jiwa bukan butuh pujian manusia, tapi sentuhan kasih Tuhan.

Kadang kita rela menunda kebaikan demi ambisi pribadi. Bahkan ada yang sanggup menyingkirkan orang lain demi posisi. Tapi mereka lupa, bahwa yang dicari hanya akan menjadi debu saat ajal datang tanpa izin.

2. Semua Akan Mati – Kita Akan Ditinggal dan Melupakan
Allah berfirman:
"كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ"
"Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati."
(QS. Ali ‘Imran: 185)

Saat seseorang wafat, hanya beberapa hari namanya disebut dalam obrolan. Setelah itu, semuanya kembali pada urusan masing-masing. Rumah yang dulu dibanggakan jadi sunyi. Pakaian mewah tinggal lipatan tak bernyawa. Dan orang yang paling mencintaimu pun, akan meninggalkanmu di tanah, lalu menutup liang itu dengan pasir.

Namun, mereka yang pernah memberi seteguk air karena Allah, yang pernah menyeka air mata orang lain, yang pernah bersujud dalam gelap malam, akan tersenyum di alam yang kekal.

3. Yang Dibawa Hanya Amal—Itu Pun Jika Kita Punya
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


"يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى وَاحِدٌ: يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ، وَمَالُهُ، وَعَمَلُهُ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ"

"Yang mengiringi jenazah ada tiga: keluarganya, hartanya, dan amalnya. Dua akan kembali, satu akan tetap bersamanya. Keluarga dan hartanya akan pergi, sedangkan amalnya yang tetap bersamanya."

(HR. Bukhari dan Muslim)

Betapa banyak orang mengira bekalnya cukup karena rumahnya besar dan rekeningnya penuh. Tapi Allah tidak menimbang dengan saldo atau sertifikat. Dia menimbang dengan kejujuran, sabar, shalat yang khusyuk, dan sedekah yang ikhlas.

Ada yang hidup sederhana, bahkan dipandang sebelah mata oleh manusia, tapi amalnya harum di langit karena ia selalu ingat pada Tuhan di setiap langkahnya.

4. Dunia Bukan Rumah Kita. Jangan Terlalu Nyaman.
Nabi bersabda:


"كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ، أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ"


"Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau seorang musafir."

(HR. Bukhari)

Bayangkan seorang musafir, ia hanya singgah sebentar, lalu kembali melanjutkan perjalanan. Ia tak repot menghias tempat singgahnya, karena ia tahu itu bukan tempat tinggalnya. Begitulah dunia seharusnya kita pandang.

Orang yang mengerti bahwa dunia hanyalah tempat menanam, maka ia tidak akan berhenti menabur amal. Ia menjaga lidahnya agar tak melukai. Ia menjaga matanya agar tak berkhianat. Ia tak mudah marah karena tahu, amarah itu mengikis pahala.

Hidupnya menjadi ringan. Bukan karena tak punya beban, tapi karena ia tahu bahwa segala luka, segala kehilangan, dan segala ujian… hanyalah bagian dari perjalanan pulang menuju Rabb-nya.

5. Apakah kita mau seperti firman Allah dalam Surat ... 

Surah Al-A'raf ayat 179

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌۭ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا ۖ وَلَهُمْ أَعْيُنٌۭ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا ۖ وَلَهُمْ ءَاذَانٌۭ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ كَٱلْأَنْعَـٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْغَـٰفِلُونَ

“Dan sungguh, Kami telah menciptakan untuk (isi) neraka Jahanam banyak dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata, tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga, tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti hewan ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”

 (QS. Al-A'raf: 179)


Membaca Relung Hati kita

Saudaraku…
Dunia ini akan meninggalkanmu. Bahkan tubuhmu pun akan meninggalkanmu, hancur bersama tanah yang tak peduli siapa kamu dulu. Maka jangan biarkan jiwamu ikut mati bersama jasad.

Mari kita perbanyak amalan yang tidak akan lapuk oleh waktu:

  • Doa-doa yang lirih di sepertiga malam
  • Istighfar yang tulus dari dosa yang terus berulang
  • Senyum yang membangkitkan semangat saudara kita
  • Ucapan lembut yang membuat hati kembali pada Allah

Tangislah jika hati ini terlalu lama jauh dari Allah.
Tangislah bukan karena kita akan mati, tapi karena kita belum cukup siap untuk hidup yang sesungguhnya—di akhirat kelak.

Tidak ada yang abadi di dunia ini… kecuali amal yang dilakukan karena cinta kepada Allah



Popular Posts