Untuk memahami qodar ini memang
suatu kesulitan sendiri, tidak saja orang orang zaman sekarang, para sahabat
Rasulullah yang mendengar langsung waktu itu sering mengambil kesimpulan yang
salah, diketahui ketika para sahabat itu bertanya kepada Rasul SAW. Kita merasa
penting memahamkan dalam masalah qodar Allah ini mengingat cobaan hidup yang
silih berganti.
Ibarat kata orang, adakalanya kita
dalam keadaan 'dibawah', dan adakalanya kita dalam kondisi 'diatas'. Maksudnya
tak selamanya kita hidup kekurangan, sewaktu waktu kita akan bisa saja senang.
Sama sama berpangkat jenderal tapi yang satu hidup mewah yang satu hidup pas
pasan. Sama sama jualan beras dipasar bersebelahan yang dijual sama harganya
sama kualitas sama tapi penghasilannya tetap beda. Jadi apa artinya itu semua.
Berikut kita simak suatu hadis dari Rasulullah barangkali bisa menolong
pemahaman tentang qodar Allah.
Pada suatu ketika, dari Abu
Hurairah, menyampaikan bahwa Nabi SAW bercerita, bahwa saling berdebat antara
Nabi Adam dan Nabi Musa, dimana perdebatan itu di menangkan oleh Nabi Adam.
Cerita nya, Ketika Nabi Musa
bertemu dengan Nabi Adam, Nabi Musa mengatakan terhadap Nabi Adam, bahwa apakah
engkau Adam, yang menjerumuskan manusia dan menyebabkan manusia keluar dari
sorga, bertanya Musa dengan menunjukkan kekesalan. Jadi Musa, dengan nada kesal
berkata pada Adam, Engkau membuat manusia menjadi terlempar di dunia dan
menjadi berlumuran dosa.
Walaupun nabi Musa berkata begitu
sebagai anak turun nya, Nabi Adam tetap menghormat Nabi Musa.
Menjawab Nabi Adam, "Apakah
engkau Musa, orang yang telah mendapat ilmu segala sesuatu dan memilih Allah
padamu, mengalahkan manusia yang lain, dengan membawa risalahnya Allah? Dari
sekian banyak orang kamu telah dipilih Allah untuk membawa risalah Allah. Musa
menjawab, ya.
Maka apakah mencela engkau padaku,
atas perkara yang telah diqodarkan Allah, dan perkara itu pasti terjadi, sebelum aku diciptakan.? Setelah itu Nabi
Musa terdiam. Jadi orang bisa berbuat ketaatan atau berbuat kemaksiatan itu sudah ditakdirkan
oleh Allah, sudah ada qodar Allah, garis dari Allah.Sebelum Adam diciptakan
takdirnya sudah di tentukan oleh Allah, nanti Adam akan berbuat kemaksiatan.
Maka kalau kita lihat firman Allah
dan Sabda Rasulullah SAW dibawah
وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهٗ تَقْدِيْرًا
Allah menciptakan semua makhluknya
kemudian Allah membuat qodar masing-masing makhluk
( QS.25 Al-Furqon :2 )
Diperkuat dalam riwayat ( Muslim ) Rasul SAW bersabda
كَتَبَ الله مَقَادِيرَ الخَلاَءِقِ السَّمَاواتِ
والا رضَ بِخَمْسِينَ ألْفَ سَنَةٍ
Allah telah menulis semua qodar atas
seluruh makhluknya lima puluh ribu tahun
sebelum Allah menciptakan langit dan
bumi
Jadi dari riwayat diatas hendaknya
kita yang mengisi kehidupannya cara Islami, segera menyadari kita berjalan
diatas takdir Allah yang dibuat untuk kita. Apa yang ingin kita sampaikan bahwa
hidup di dunia ini bersifat fana, semua berubah, yang awalnya janin, lahir
bayi, balita, remaja, dewasa, tua, wafat. Begitu juga awalnya manusia tidak
apa-apa, suatu kita bisa jadi orang kaya. Suatu saat kita merasakan bahagia
sukses disegala urusan tiba-tiba bisa gagal disegala masalah. Ketika orang
dalam situasi keadaan dibawah dalam segala apakah kita harus marah-marah dengan
kegagalan kita. Atau harus meratapinya apa yang kita sesalkan.
Oleh karena itu kita harus bijak
menyikapi hidup. Pertama kita harus menyadari pada akhirnya hidup kita didunia
akan batasnya dan setelah itu kita kembali kepada Allah menjalani hidup di alam
akhirat
Kemudian belajar dari pengalaman
hidup sendiri dan pengalaman hidup orang lain bahwa, sepanjang hidup tak
selamanya orang itu nikmat bahagia, dan tidak juga orang selamanya mendapat
cobaan menderita hidup susah. Dilain pihak tidak selamanya orang yang dalam kebenaran itu benar terus, adalanya dia
berbuat salah. Bukan mustahil orang yang selalu berbuat pelanggaran bisa
kembali jadi orang baik.
Sampai dalam suatu riwayat mengatakan bahwa Rasul SAW pernah menyampaikan, Andaikata semua manusia sudah jadi orang baik semua, pasti Allah akan mendatangkan kaum yang kaum itu akan berbuat salah dan bertaubat. Allah senang kepada orang yang bertaubat.
Jadi arah pembicaraan kita tentang qodar Allah ini, adalah kita memahami bahwa garis hidup kita sudah ada qodarnya. Maka menghadapi nya harus dengan bijak, ketika kita mengalami musibah jangan terlarut dalam kesedihan. Tidak hina orang dapat musibah karena itu adalah cobaan hidup yang sudah ditakdirkan sudah ada qodarnya. Sebagai orang yang Islami bagaimana yang diajarkan petunjuk dari Allah dan Rasul dalam ketika mengalami musibah, harus sabar. Nabi menuntunnya dengan doa, agar kita dalam keseharian sering-sering berdoa " “Allahummaj-‘alnii syakuuran, waj-‘alnii shabuuran, waj-‘alnii fii ‘ainii shaghii-ran, wafii a’yunin-naasi kabiiran”.
Insya Allah, kalau terus di lazimkan tidak disadari doa itu akan menjadi jiwa kita, cobalah.
Begitu juga bila menghadapi hidup yang selalu sukses, bahagia, kecukupan kita juga sedang menjalani qodar kita seperti, sehingga secara Islami kita terjaga dari sikap sombong, yaitu seolah olah keberhasilan itu sebab kepintaran dan keuletan kita, itu tidak. Semua terjadi karena izin Allah. Jangan sampai kita di takdirkan jadi orang yang tidak bersyukur dan sombong. Begitu saja Insya Allah pembahasan nya kita batasi, semoga yang sedikit ini bisa mendapatkan manfaat bagi kita semua.
To understand this destiny is
indeed a difficulty in itself, not only people today, the companions of the
Prophet who heard directly at that time often drew the wrong conclusions, it
was known when the friends asked the Prophet SAW. We feel it is important to
understand in this matter of God's destiny, remembering the trials of life that
go one after another.
As people say, sometimes we are
'under', and sometimes we are 'above'. It means that we don't always live in
poverty, at any time we will be happy. Both have the rank of general, but one
lives a luxurious life, the other lives just barely. It's the same as selling
rice in adjoining markets which are sold at the same price, the same quality,
but the income is still different. So what does it all mean. Here we look at a
hadith from the Messenger of Allah, perhaps it can help an understanding of
God's destiny.
At one point, from Abu Hurairah, he
conveyed that the Prophet SAW told a story, that the Prophet Adam and Prophet
Musa had a debate, where the debate was won by Prophet Adam. The story goes,
when Prophet Musa met Prophet Adam, Prophet Musa said to Prophet Adam, that are
you Adam, who plunged humans and caused humans to get out of heaven, asked
Moses with annoyance. So Moses, in an annoyed tone said to Adam, You made man
thrown into the world and became covered in sin.
Even though the prophet Musa said
that as his descendant, Prophet Adam still respected Prophet Musa.
Prophet Adam answered, "Are
you Musa, the one who has acquired knowledge of all things and chose Allah for
you, defeating other human beings, by bringing Allah's message? Of all the
people you have been chosen by Allah to carry Allah's message. Musa replied,
yes.
So do you reproach me for the
things that God has ordained, and these things must have happened before I was
created? After that the Prophet Musa was silent. So a person can act in
obedience or commit disobedience, that was predestined by God, there was a
destiny from God, a line from God. Before Adam was created, his destiny was
already determined by God, later Adam would commit disobedience.
So if we look at the word of Allah
and the Word of Rasulullah SAW below
وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهٗ تَقْدِيْرًا
Allah created all his creatures
then Allah made the destiny of each creature
( QS. 25 Al-Furqan : 2 )
Strengthened in the history of (Muslim)
Rasulullah SAW said
كَتَبَ الله مَقَادِيرَ الخَلاَءِقِ السَّمَاواتِ
والا رضَ بِخَمْسِينَ ألْفَ سَنَةٍ
Allah has written all the destiny of
all creatures fifty thousand years before Allah created the heavens and the
earth
So, from the history above, those
of us who fill our lives in the Islamic way should immediately realize that we
are walking on the destiny Allah has made for us. What we want to convey is
that living in this world is temporary, everything changes, from the beginning
it is a fetus, a baby is born, a toddler, a teenager, an adult, an old man, he
dies. Likewise, at first it's okay for humans, one day we can become rich
people. One time we feel happy, successful in all matters, suddenly we can fail
in all problems. When people are in a situation where they are under
everything, we have to be angry with our failures. Or have to mourn what we
regret.
Therefore, we must be wise in
dealing with life. First we must realize that in the end our life in this world
will be limited and after that we return to Allah to live life in the afterlife
Then learn from one's own life
experience and the life experiences of others that, throughout life, people are
not always happy to be happy, and not people are always going to have trials
and suffering in a difficult life. On the other hand, people who are in the
truth are not always right, they are always wrong. It is not impossible that
people who always commit violations can return to being good people.
In a history it was said that the
Prophet SAW once said, If all humans had become good people, Allah would surely
bring people who would make mistakes and repent. Allah is pleased with those
who repent.
So the direction of our
conversation about God's destiny, is that we understand that our lifeline has a
destiny. So we have to deal with it wisely, when we experience a disaster,
don't be dissolved in sadness. It's not despicable for people to get into a disaster
because it's a trial in life that is predestined to have a destiny. As an
Islamic person, what is taught by guidance from Allah and the Messenger when
experiencing a disaster, one must be patient. The Prophet guided him with
prayer, so that in our daily lives we often pray "Allahummaj-'alnii
syakuuran, waj-'alnii shabuuran, waj-'alnii fii 'ainii shaghii-ran, wafii
a'yunin-naasi kabiiran".
God willing, if we continue to make
it a habit, we don't realize that prayer will become our soul, try it.
Likewise, when facing a life that
is always successful, happy, sufficient, we are also living our destiny like
this, so that Islamically we are protected from being arrogant, that is, as if
success is due to our intelligence and tenacity, it is not. Everything happens
because of Allah's permission. Don't let us be destined to be ungrateful and
arrogant people. Just like that, God willing, we will limit the discussion,
hopefully this little bit can benefit us all.