Di usia yang sangat tua, Nabi Ibrahim AS masih menyimpan harapan besar yang belum tercapai: memiliki seorang anak. Doanya yang panjang, tangisnya di malam hari, dan harapannya yang tak pernah padam akhirnya dikabulkan. Allah mengaruniakan kepadanya seorang anak yang shalih dan sabar, yakni Ismail AS.
Namun kebahagiaan itu belum lama dirasakan. Justru ketika Ismail mulai tumbuh menjadi anak yang mulai menemani dan menyejukkan hati, turunlah perintah yang paling mengguncang jiwa: menyembelih anaknya sendiri sebagai bentuk ketaatan kepada Allah.
Sungguh ujian yang luar biasa. Dari seorang ayah yang telah lama merindukan anak, kini harus menyerahkan sang buah hati kepada perintah Tuhan tanpa ragu. Dan Ismail AS, yang sejak kecil tumbuh tanpa banyak waktu bersama sang ayah karena perintah Allah juga, kini diminta untuk berserah diri sepenuhnya—bahkan dengan nyawanya. Tetapi keduanya membuktikan: ketaatan kepada Allah lebih utama dari segalanya. Mereka lulus dari ujian itu dengan kemuliaan, dan menjadi simbol pengorbanan dan ketundukan sejati kepada Allah sepanjang zaman.
Kisah ini bukan sekadar sejarah. Ia adalah cermin keimanan. Dalam kehidupan modern, ujian serupa hadir dalam bentuk yang berbeda—mungkin berupa keikhlasan melepaskan harta, waktu, atau kepentingan pribadi demi menaati Allah. Mungkin berupa keputusan sulit untuk tetap jujur saat semua tergoda korupsi, atau tetap sabar saat diuji dengan penyakit dan musibah. Semua itu bisa menjadi bentuk qurban kita.
Dan kini tibalah waktu untuk mengikuti jejak pengorbanan itu dengan menjalankan ibadah qurban di hari yang agung. Karena sejatinya qurban bukan sekadar menyembelih hewan—tetapi menyembelih sifat egois, cinta dunia, dan keengganan untuk patuh kepada Allah.
Qurban, Amalan yang Paling Dicintai di Hari Idul Adha
Sabda Nabi Muhammad SAW:
“Tidak ada amalan anak Adam pada hari Nahr (Idul Adha) yang lebih dicintai Allah melebihi mengalirkan darah hewan kurban. Ia akan datang di hari kiamat dengan tanduk, kuku, dan rambutnya. Darah itu akan sampai kepada Allah sebelum jatuh ke tanah. Maka ikhlaskanlah niat dan senanglah melakukannya.”
(HR. Al-Hakim, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)
Sabda lainnya:
“Ini adalah sunnah ayah kalian, Ibrahim AS.”
Para sahabat bertanya: “Apa yang akan kami dapatkan?”
Rasulullah menjawab: “Setiap helai rambut ada satu kebaikan.”
Mereka bertanya lagi: “Bagaimana dengan bulu domba?”
Rasulullah menjawab: “Setiap helai bulunya juga ada satu kebaikan.”
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
6. Ancaman Bagi yang Mampu Tapi Tidak Berqurban
Sabda Nabi Muhammad SAW:
“Barang siapa mendapatkan kelapangan tetapi tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.”
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Penjelasan:
Hadis ini menunjukkan ancaman keras bagi orang yang mampu berqurban namun sengaja meninggalkannya. Hal ini menunjukkan bahwa qurban adalah ibadah sunnah muakkadah (sangat dianjurkan) yang tidak semestinya ditinggalkan oleh orang yang memiliki kemampuan.
DALIL-DALIL PERINTAH BERQURBAN
Allah berfirman:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Artinya: "Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)."
(QS. Al-Kautsar: 2)
Berqurban adalah bentuk taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah dan ekspresi kepatuhan kepada-Nya. Allah menegaskan bahwa penyembelihan hewan qurban telah disyariatkan untuk setiap umat:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ...
(QS. Al-Hajj: 34)
Bersegeralah, Wahai Jiwa yang Beriman
Ibadah qurban adalah panggilan bagi hati yang sadar, bagi jiwa yang ingin dekat dengan Rabb-nya. Bukan sekadar menyembelih hewan, tapi menyembelih keengganan untuk taat, cinta berlebihan pada dunia, dan kekikiran dalam memberi.
Bayangkan, di Hari Kiamat nanti, hewan yang kita qurbankan datang lengkap dengan tanduk, bulu, dan kuku—semuanya menjadi saksi cinta kita kepada Allah.
Dan kini, saatnya kita berlomba-lomba dalam kebaikan.
Jangan tunggu tua. Jangan tunggu kaya. Jangan tunggu waktu yang 'sempurna'.
Berqurban adalah amalan yang:
- Berdasarkan perintah langsung dari Al-Qur’an dan hadis Nabi.
- Mengandung nilai spiritual, sosial, dan ekonomi.
- Menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, mengikuti jejak Nabi Ibrahim AS dan Rasulullah SAW.
Semoga Allah memberi kita kekuatan dan kelapangan rezeki untuk bisa berqurban tahun ini, di tanggal 10 Dzulhijjah 1446 H nanti.
Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin.
Mohon agar sudilah kiranya memberi komentar apa yang ada di hati setelah membaca tulisan ini. Semoga Anda semua setelah memberikan partisipasinya mendapat limpahan berkah yang banyak dari Allah SWT, Aamiin.