'cookieChoices = {};' Nasihat Islami Untuk Kesehatan Jiwa dan Raga.

Sunday, May 18, 2025

Tidak Ada yang Abadi di Dunia Ini.




Tidak Ada yang Abadi di Dunia Ini: Sebuah Renungan untuk Hati yang Lupa, Apa yang Kau Cari"


Pernahkah kita berhenti sejenak dari hiruk-pikuk dunia, lalu bertanya: “Apa yang sebenarnya aku kejar selama ini, ( Diri) apa yang kau cari?”
Ada orang yang setiap hari lelah mengejar angka di rekeningnya, tapi tak sempat mengeja satu ayat pun dari Kitab-Nya.
Ada pula yang begitu sibuk menghitung keuntungan, hingga tak sadar bahwa waktu shalat pun terus dikorbankan.

Dunia ini memang memukau, tapi tak ada yang abadi darinya.
Lalu… mengapa kita berpegangan begitu erat pada sesuatu yang pasti akan pergi?

Dalil dan Kehidupan yang Menyadarkan

1. Dunia Ini Hanya Sementara, Tapi Banyak yang Lupa


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ"


"Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu."

(QS. Al-Hadid: 20)

Tak sedikit yang terbuai oleh sorot lampu dunia. Gelar ditumpuk, pujian diburu, dan jabatan diperjuangkan mati-matian. Tapi di saat sendirian dalam gelapnya malam, hati tetap terasa kosong. Karena jiwa bukan butuh pujian manusia, tapi sentuhan kasih Tuhan.

Kadang kita rela menunda kebaikan demi ambisi pribadi. Bahkan ada yang sanggup menyingkirkan orang lain demi posisi. Tapi mereka lupa, bahwa yang dicari hanya akan menjadi debu saat ajal datang tanpa izin.

2. Semua Akan Mati – Kita Akan Ditinggal dan Melupakan
Allah berfirman:
"كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ"
"Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati."
(QS. Ali ‘Imran: 185)

Saat seseorang wafat, hanya beberapa hari namanya disebut dalam obrolan. Setelah itu, semuanya kembali pada urusan masing-masing. Rumah yang dulu dibanggakan jadi sunyi. Pakaian mewah tinggal lipatan tak bernyawa. Dan orang yang paling mencintaimu pun, akan meninggalkanmu di tanah, lalu menutup liang itu dengan pasir.

Namun, mereka yang pernah memberi seteguk air karena Allah, yang pernah menyeka air mata orang lain, yang pernah bersujud dalam gelap malam, akan tersenyum di alam yang kekal.

3. Yang Dibawa Hanya Amal—Itu Pun Jika Kita Punya
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


"يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى وَاحِدٌ: يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ، وَمَالُهُ، وَعَمَلُهُ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ"

"Yang mengiringi jenazah ada tiga: keluarganya, hartanya, dan amalnya. Dua akan kembali, satu akan tetap bersamanya. Keluarga dan hartanya akan pergi, sedangkan amalnya yang tetap bersamanya."

(HR. Bukhari dan Muslim)

Betapa banyak orang mengira bekalnya cukup karena rumahnya besar dan rekeningnya penuh. Tapi Allah tidak menimbang dengan saldo atau sertifikat. Dia menimbang dengan kejujuran, sabar, shalat yang khusyuk, dan sedekah yang ikhlas.

Ada yang hidup sederhana, bahkan dipandang sebelah mata oleh manusia, tapi amalnya harum di langit karena ia selalu ingat pada Tuhan di setiap langkahnya.

4. Dunia Bukan Rumah Kita. Jangan Terlalu Nyaman.
Nabi bersabda:


"كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ، أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ"


"Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau seorang musafir."

(HR. Bukhari)

Bayangkan seorang musafir, ia hanya singgah sebentar, lalu kembali melanjutkan perjalanan. Ia tak repot menghias tempat singgahnya, karena ia tahu itu bukan tempat tinggalnya. Begitulah dunia seharusnya kita pandang.

Orang yang mengerti bahwa dunia hanyalah tempat menanam, maka ia tidak akan berhenti menabur amal. Ia menjaga lidahnya agar tak melukai. Ia menjaga matanya agar tak berkhianat. Ia tak mudah marah karena tahu, amarah itu mengikis pahala.

Hidupnya menjadi ringan. Bukan karena tak punya beban, tapi karena ia tahu bahwa segala luka, segala kehilangan, dan segala ujian… hanyalah bagian dari perjalanan pulang menuju Rabb-nya.

5. Apakah kita mau seperti firman Allah dalam Surat ... 

Surah Al-A'raf ayat 179

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌۭ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا ۖ وَلَهُمْ أَعْيُنٌۭ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا ۖ وَلَهُمْ ءَاذَانٌۭ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ كَٱلْأَنْعَـٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْغَـٰفِلُونَ

“Dan sungguh, Kami telah menciptakan untuk (isi) neraka Jahanam banyak dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata, tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga, tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti hewan ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”

 (QS. Al-A'raf: 179)


Membaca Relung Hati kita

Saudaraku…
Dunia ini akan meninggalkanmu. Bahkan tubuhmu pun akan meninggalkanmu, hancur bersama tanah yang tak peduli siapa kamu dulu. Maka jangan biarkan jiwamu ikut mati bersama jasad.

Mari kita perbanyak amalan yang tidak akan lapuk oleh waktu:

  • Doa-doa yang lirih di sepertiga malam
  • Istighfar yang tulus dari dosa yang terus berulang
  • Senyum yang membangkitkan semangat saudara kita
  • Ucapan lembut yang membuat hati kembali pada Allah

Tangislah jika hati ini terlalu lama jauh dari Allah.
Tangislah bukan karena kita akan mati, tapi karena kita belum cukup siap untuk hidup yang sesungguhnya—di akhirat kelak.

Tidak ada yang abadi di dunia ini… kecuali amal yang dilakukan karena cinta kepada Allah



Saturday, May 10, 2025

Kisah Keteguhan Iman yang Abadi


Di usia yang sangat tua, Nabi Ibrahim AS masih menyimpan harapan besar yang belum tercapai: memiliki seorang anak. Doanya yang panjang, tangisnya di malam hari, dan harapannya yang tak pernah padam akhirnya dikabulkan. Allah mengaruniakan kepadanya seorang anak yang shalih dan sabar, yakni Ismail AS.

Namun kebahagiaan itu belum lama dirasakan. Justru ketika Ismail mulai tumbuh menjadi anak yang mulai menemani dan menyejukkan hati, turunlah perintah yang paling mengguncang jiwa: menyembelih anaknya sendiri sebagai bentuk ketaatan kepada Allah.

Sungguh ujian yang luar biasa. Dari seorang ayah yang telah lama merindukan anak, kini harus menyerahkan sang buah hati kepada perintah Tuhan tanpa ragu. Dan Ismail AS, yang sejak kecil tumbuh tanpa banyak waktu bersama sang ayah karena perintah Allah juga, kini diminta untuk berserah diri sepenuhnya—bahkan dengan nyawanya. Tetapi keduanya membuktikan: ketaatan kepada Allah lebih utama dari segalanya. Mereka lulus dari ujian itu dengan kemuliaan, dan menjadi simbol pengorbanan dan ketundukan sejati kepada Allah sepanjang zaman.

Kisah ini bukan sekadar sejarah. Ia adalah cermin keimanan. Dalam kehidupan modern, ujian serupa hadir dalam bentuk yang berbeda—mungkin berupa keikhlasan melepaskan harta, waktu, atau kepentingan pribadi demi menaati Allah. Mungkin berupa keputusan sulit untuk tetap jujur saat semua tergoda korupsi, atau tetap sabar saat diuji dengan penyakit dan musibah. Semua itu bisa menjadi bentuk qurban kita.

Dan kini tibalah waktu untuk mengikuti jejak pengorbanan itu dengan menjalankan ibadah qurban di hari yang agung. Karena sejatinya qurban bukan sekadar menyembelih hewan—tetapi menyembelih sifat egois, cinta dunia, dan keengganan untuk patuh kepada Allah.



Qurban, Amalan yang Paling Dicintai di Hari Idul Adha

Sabda Nabi Muhammad SAW:

 “Tidak ada amalan anak Adam pada hari Nahr (Idul Adha) yang lebih dicintai Allah melebihi mengalirkan darah hewan kurban. Ia akan datang di hari kiamat dengan tanduk, kuku, dan rambutnya. Darah itu akan sampai kepada Allah sebelum jatuh ke tanah. Maka ikhlaskanlah niat dan senanglah melakukannya.”

 (HR. Al-Hakim, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)

Sabda lainnya:

 “Ini adalah sunnah ayah kalian, Ibrahim AS.”

 Para sahabat bertanya: “Apa yang akan kami dapatkan?”

 Rasulullah menjawab: “Setiap helai rambut ada satu kebaikan.”

 Mereka bertanya lagi: “Bagaimana dengan bulu domba?”

 Rasulullah menjawab: “Setiap helai bulunya juga ada satu kebaikan.”

 (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)


6. Ancaman Bagi yang Mampu Tapi Tidak Berqurban

Sabda Nabi Muhammad SAW:

 “Barang siapa mendapatkan kelapangan tetapi tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.”

 (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Penjelasan:

 Hadis ini menunjukkan ancaman keras bagi orang yang mampu berqurban namun sengaja meninggalkannya. Hal ini menunjukkan bahwa qurban adalah ibadah sunnah muakkadah (sangat dianjurkan) yang tidak semestinya ditinggalkan oleh orang yang memiliki kemampuan.

DALIL-DALIL PERINTAH BERQURBAN

Allah berfirman:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

 Artinya: "Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)."

 (QS. Al-Kautsar: 2)

Berqurban adalah bentuk taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah dan ekspresi kepatuhan kepada-Nya. Allah menegaskan bahwa penyembelihan hewan qurban telah disyariatkan untuk setiap umat:

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ...

                                                                                                         (QS. Al-Hajj: 34)

 

Bersegeralah, Wahai Jiwa yang Beriman

Ibadah qurban adalah panggilan bagi hati yang sadar, bagi jiwa yang ingin dekat dengan Rabb-nya. Bukan sekadar menyembelih hewan, tapi menyembelih keengganan untuk taat, cinta berlebihan pada dunia, dan kekikiran dalam memberi.

Bayangkan, di Hari Kiamat nanti, hewan yang kita qurbankan datang lengkap dengan tanduk, bulu, dan kuku—semuanya menjadi saksi cinta kita kepada Allah.
Dan kini, saatnya kita berlomba-lomba dalam kebaikan.

Jangan tunggu tua. Jangan tunggu kaya. Jangan tunggu waktu yang 'sempurna'.

Berqurban adalah amalan yang:

  • Berdasarkan perintah langsung dari Al-Qur’an dan hadis Nabi.

  • Mengandung nilai spiritual, sosial, dan ekonomi.


  • Menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, mengikuti jejak Nabi Ibrahim AS dan Rasulullah SAW.


Semoga Allah memberi kita kekuatan dan kelapangan rezeki untuk bisa berqurban tahun ini, di tanggal 10 Dzulhijjah 1446 H nanti.

 Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin.


Mohon agar sudilah kiranya memberi komentar apa yang ada di hati setelah membaca tulisan ini. Semoga Anda semua setelah memberikan partisipasinya mendapat limpahan berkah yang banyak dari  Allah SWT, Aamiin.

Popular Posts