'cookieChoices = {};' Nasihat Islami Untuk Kesehatan Jiwa dan Raga.

Sunday, June 23, 2024

Memahami surat Al Imran ayat 135

 


Berfirman Allah Ta'ala

وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ

(3:135)

Demikian (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka (segera) mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan apa yang mereka kerjakan (perbuatan dosa itu) sedangkan mereka mengetahui(-nya).


Ayat ini, yang terdapat dalam Surah Ali Imran (3:135), memberikan petunjuk yang mendalam tentang bagaimana seharusnya umat Islam menanggapi dosa dan kesalahan yang mereka lakukan. Mari kita bahas lebih mendalam makna dan pesan yang terkandung di dalamnya.

Ayat sebenarnya berhubungan dengan ayat sebelum nya, yang disebut orang yang taqwa, orang yang berbuat baik. Apa yang dilakukan orang yang berbuat baik dan orang yang taqwa. 

 Konteks Ayat


Ayat ini menyoroti perilaku orang-orang yang:


1. Mengerjakan Perbuatan Keji atau Menzalimi Diri Sendiri: Ini merujuk kepada tindakan yang buruk atau dosa yang dilakukan seseorang terhadap dirinya sendiri atau orang lain.


2. Mengingat Allah dan Memohon Ampunan: Meskipun mereka melakukan kesalahan, mereka tidak putus asa atau meninggalkan perhatian terhadap Allah. Mereka segera mengingat Allah dan memohon ampunan atas dosa-dosa mereka.


3. Mengakui Keterbatasan Manusia dalam Mengampuni Dosa: Ayat ini menegaskan bahwa hanya Allah yang memiliki kekuasaan mutlak untuk mengampuni dosa-dosa. Oleh karena itu, mereka secara langsung atau tidak langsung mengakui kebesaran dan keagungan Allah dalam urusan ampunan.


4. Tidak Meneruskan Perbuatan Dosa dengan Sengaja: Mereka tidak berkeras hati atau tetap pada kesalahan mereka dengan sengaja, melainkan mereka bertobat dengan kesadaran penuh akan kesalahan yang mereka lakukan.


 Makna Mendalam


Ayat ini mengajarkan kepada umat Muslim tentang pentingnya respons yang seimbang terhadap dosa:


- Refleksi dan Penyesalan: Mengingat Allah setelah melakukan kesalahan menunjukkan refleksi dan penyesalan yang mendalam. Ini adalah tanda kesadaran spiritual dan moral yang tinggi.

  

- Memohon Ampunan: Langkah selanjutnya setelah refleksi adalah memohon ampunan kepada Allah. Hal ini menunjukkan kerendahan hati dan pengakuan bahwa hanya Allah yang mampu mengampuni dosa-dosa tersebut.


- Taubat dan Perubahan: Tidak hanya berhenti pada permohonan ampunan, tetapi juga berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Ini mencerminkan tekad untuk berubah dan memperbaiki diri.


- Penerimaan Keadilan Ilahi: Dalam mengakui bahwa hanya Allah yang memiliki kekuasaan untuk mengampuni dosa, umat Islam juga menerima keadilan dan hikmah Ilahi dalam urusan ampunan dan penebusan dosa.


 Pesan untuk Umat


Ayat ini tidak hanya memberikan panduan tentang bagaimana individu seharusnya berinteraksi dengan dosa mereka sendiri, tetapi juga menunjukkan pentingnya kesadaran spiritual dalam hidup sehari-hari. Ini mengajarkan umat Islam untuk selalu ingat kepada Allah dalam kebaikan dan kesulitan, serta untuk selalu siap untuk memperbaiki diri dan bertobat dengan tulus.


Dengan memahami dan mengamalkan ajaran yang terkandung dalam ayat ini, umat Islam diharapkan dapat mengembangkan hubungan yang lebih dalam dengan Allah, meningkatkan kesadaran moral mereka, dan menghadapi kehidupan dengan sikap yang penuh kesabaran, keadilan, dan kasih sayang.


Peran Orang Tua dalam Pendidikan Islami

 



Peran orang tua sangat menentukan baik-buruk serta utuh-tidaknya kepribadian anak. Untuk itu orang tua pasti akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah Azza wa Jalla kelak di akhirat tentang anak-anaknya.


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ


Tiada seorangpun yang dilahirkan kecuali dilahirkan pada fithrah (Islam)nya. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. [HR. al-Bukhâri dan Muslim][1]


Hadits ini menunjukkan bahwa orang tua sangat menentukan shaleh-tidaknya anak. Sebab pada asalnya setiap anak berada pada fitrah Islam dan imannya; sampai kemudian datanglah pengaruh-pengaruh luar, termasuk benar-tidaknya orang tua mengelola mereka.


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:


كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ اْلإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا


Setiap engkau adalah pemelihara, dan setiap engkau akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya: Seorang pemimpin adalah pemelihara, ia akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya. Seorang laki-laki juga pemelihara dalam keluarganya, ia akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya. Dan seorang perempuan adalah pemelihara dalam rumah suaminya, ia akan  dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya. [HR. al-Bukhâri][2]

Referensi : https://almanhaj.or.id/3466-orang-tua-bertanggung-jawab.html




 Mengajarkan Anak tentang Keimanan dan Ketaqwaan: Peran Orang Tua dalam Pendidikan Islami


Pendidikan Islam bagi anak merupakan tanggung jawab utama orang tua dalam membentuk karakter dan moral yang kuat sejak usia dini. Islam tidak hanya sekadar agama, tetapi sebuah cara hidup yang mengajarkan nilai-nilai luhur dan etika yang dapat membimbing anak-anak menuju kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat. Sebagai orang tua, peran kita tidak hanya sebagai pengasuh fisik, tetapi juga sebagai pendidik spiritual bagi mereka. Berikut ini beberapa nasehat islami yang bisa diambil sebagai pedoman:


 1. Mendidik dengan Kasih Sayang

   Kasih sayang adalah pondasi utama dalam pendidikan anak dalam Islam. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa kelembutan dalam mendidik anak adalah suatu kebaikan yang harus dimiliki oleh setiap orang tua. Ketika kita mengajarkan agama kepada anak, lakukanlah dengan cara yang lembut, penuh kasih sayang, dan tidak dengan memaksa atau menakut-nakuti mereka.


"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: 'Wahai Tuhanku, sayangilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.'" (Q.S. Al-Isra: 24)


 2. Memberi Contoh yang Baik

   Anak-anak lebih cenderung meniru apa yang kita lakukan daripada apa yang kita katakan. Oleh karena itu, sebagai orang tua, kita harus menjadi teladan yang baik dalam praktek ibadah, akhlak, dan perilaku sehari-hari. Ini termasuk menjaga shalat tepat waktu, berlaku jujur, dan berbuat baik kepada sesama.


"Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu..." (Q.S. At-Tahrim: 6)


 3. Mengajarkan Nilai-nilai Moral dan Etika

   Islam mengajarkan banyak nilai moral seperti jujur, sabar, rendah hati, dan menghormati orang tua serta sesama. Ajarkan anak-anak tentang nilai-nilai ini melalui cerita-cerita Islami, contoh-contoh nyata, dan pengalaman hidup sehari-hari.


 "Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu..." (Q.S. At-Tahrim: 6)


 4. Mendidik dengan Ilmu

   Pendidikan agama tidak bisa lepas dari ilmu pengetahuan. Ajarkan anak-anak tentang ajaran Islam dengan cara yang mereka pahami sesuai dengan usia mereka. Dorong mereka untuk belajar Al-Qur'an, hadits, sejarah Islam, serta ilmu pengetahuan umum yang dapat mendukung pemahaman mereka tentang agama.


 "Dan katakanlah: 'Beramallah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat amalanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.'" (Q.S. At-Tawbah: 105)


 5. Doa dan Taqwa

   Ajarkan anak-anak untuk senantiasa berdoa kepada Allah SWT dalam segala hal dan untuk selalu menguatkan iman mereka dengan amalan-amalan yang baik. Tekankan pentingnya taqwa (ketakwaan) sebagai landasan utama dalam menjalani kehidupan sehari-hari.


 "Dan orang-orang yang beriman serta anak cucunya yang mengikuti mereka dengan keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amalan mereka. Tiap-tiap orang terikat dengan apa yang telah diusahakannya." (Q.S. At-Tur: 21)


 Kesimpulan

Pendidikan Islami bagi anak merupakan warisan yang paling berharga dari seorang orang tua. Dengan memberikan pendidikan yang kokoh dalam iman dan akhlak, kita membantu mereka tumbuh menjadi generasi yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi umat dan bangsa. Semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan dan petunjuk untuk menjalankan tugas suci ini dengan sebaik-baiknya.

Popular Posts