'cookieChoices = {};' Nasihat Islami Untuk Kesehatan Jiwa dan Raga.

Wednesday, December 11, 2024

Mengapa memahami agama sebaiknya perlu dengan ilmu agama yang bersanad.

 


Dalam Islam, menjaga kemurnian ajaran agama adalah tugas besar yang hanya dapat dilakukan dengan berpegang teguh pada ilmu yang bersumber jelas, yaitu ilmu mangkul. Ilmu ini ditransmisikan melalui sanad yang terpercaya, menghubungkan para ulama hingga Rasulullah SAW. Dengan prinsip ini, ajaran Islam terpelihara dari penyimpangan seperti bid’ah, pendapat pribadi yang tidak berdasar, dan interpretasi yang keliru. Artikel ini mengulas pentingnya ilmu mangkul dalam menjaga integritas agama, melestarikan tradisi keilmuan Islam, dan menghindarkan umat dari kesalahan dalam memahami Al-Qur’an dan Hadis.


BAJU KOKO TANGAN PANJANG JASCO EXCLUSIV AL MULK Baju Muslim Pria Modern TERLARIS// OUTFIT STYLE Bahan Katun Toyobo Premium Model Jasko Semi Jass



Sesuai dengan prinsip dalam Islam bahwa dalam hal agama, khususnya dalam memahami Al-Qur'an dan Hadis, penekanan pada ilmu mangkul—yaitu ilmu yang bersanad, berpindah dari guru kepada murid secara otentik—merupakan fondasi utama untuk menjaga kemurnian ajaran.

Allah memerintahkan kita untuk bertanya kepada orang-orang yang berilmu:


فَاسْأَلُوا أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

"Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui."

(QS. An-Nahl: 43)

وَاِنَّكَ لَتُلَقَّى الْقُرْاٰنَ مِنْ لَّدُنْ حَكِيْمٍ عَلِيْمٍ ( QS. An-Naml:6 ) 

" Sesungguhnya engkau ( Muhammad) diberi ( dimangkuli ) Al-Quran dari sisi Allah Yang Maha Menghukumi lagi Maha Mengetahui "

Sabda Rasulullah SAW :

تَسْمَعُونَ وَيُسْمَعُ مِنْکُمْ وَيُسْمَعُ مِمَنْ سَمِعَ  مِنْکُمْ

( رواه أبو داود  )

"Kalian (Sahabat ) mendengarkan (ilmu dariku), kemudian ( ilmu ) didengarkan ( oleh tabi'in) dari kalian  ( sahabat ) , lalu (ilmu) didengarkan  ( oleh tabi'it-tabi'in) dari orang-orang (tabi'in)  yang telah mendengar dari kalian."


Pentingnya Ilmu Mangkul dalam Agama


Menjaga Kemurnian Ajaran:


Ilmu yang diterima dari sanad yang jelas (sampai kepada Rasulullah SAW) memastikan bahwa ajaran tersebut tidak dicampuri dengan pendapat pribadi, hawa nafsu, atau interpretasi yang tidak sesuai dengan maksud aslinya.


Pendapat yang keluar dari kerangka ini, walaupun secara logika tampak benar, tetap dihukum salah karena tidak memiliki dasar dari sanad yang shahih.


Larangan Berdasarkan Pendapat Pribadi:

Dalam Islam, Rasulullah SAW telah melarang menyampaikan ajaran agama berdasarkan pendapat atau logika semata tanpa ilmu.

Rasulullah SAW bersabda:


> مَنْ قَالَ فِي ٱلْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَأَصَابَ فَقَدْ أَخْطَأَ

"Barang siapa berbicara tentang Al-Qur'an dengan pendapatnya sendiri, maka dia telah bersalah, meskipun apa yang dia katakan benar."

(HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan An-Nasa'i).


Hadis ini menegaskan bahwa memahami agama harus dengan dasar ilmu yang jelas, bukan sekadar pendapat atau kemampuan berbahasa.



Menghindari Bid'ah:


Bid'ah, yaitu penambahan atau pengurangan dalam agama, menjadi ancaman besar jika ajaran tidak disampaikan dengan sanad yang benar.


Dalam hadis Rasulullah SAW bersabda:

*وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ ٱلْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ*

"Jauhilah perkara-perkara yang baru (dalam agama), karena setiap perkara yang baru adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat."

(HR. Muslim).



Keunggulan Ilmu Mangkul


Ketersambungan dengan Rasulullah SAW:

Ilmu mangkul memiliki isnad (rantai periwayatan) yang menghubungkan guru, murid, hingga Rasulullah SAW. Sebagaimana disebutkan oleh Abdullah bin Mubarak:



الْإِسْنَادُ مِنَ الدِّينِ وَلَوْلَا الْإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ

"Sanad adalah bagian dari agama. Tanpa sanad, siapa saja bisa mengatakan apa saja."



Kehati-hatian dalam Menyampaikan Ilmu:

Para ulama terdahulu sangat berhati-hati dalam menyampaikan ilmu agama. Mereka tidak akan mengatakan sesuatu kecuali mereka mengetahuinya dari guru mereka, yang juga mendapatkan dari guru sebelumnya.


Keselamatan dari Penyimpangan:

Ilmu yang bersanad menjamin bahwa setiap ajaran telah diverifikasi kebenarannya, sehingga umat Islam terhindar dari pemahaman yang keliru atau menyimpang.



Tanggung Jawab Penyampai Ilmu Agama


Mengikuti Tradisi Keilmuan yang Sahih:

Mubaligh, ustaz, atau siapa pun yang menyampaikan agama harus memastikan bahwa ilmu yang disampaikan berasal dari sumber yang bersanad, baik itu dalam tafsir, hadis, maupun fiqih.


Menghindari Tafsir Berdasarkan Akal Semata:

Menafsirkan Al-Qur'an atau Hadis tanpa dasar ilmu yang bersanad adalah tindakan yang berbahaya, karena dapat menyesatkan diri sendiri dan orang lain.



Berpegang pada Ulama yang Muktabar:

Dalam memahami agama, kita harus merujuk kepada para ulama yang diakui keilmuannya dan memiliki sanad ilmu yang jelas.


Berikut adalah ucapan Imam Syafi'i rahimahullah : 


> مَنْ تَعَلَّمَ مِنَ ٱلصُّحُفِ ضَيَّعَ ٱلْأَحْكَامَ  

> "Barang siapa belajar hanya dari buku tanpa guru, maka ia akan menyia-nyiakan hukum."  


Ucapan ini menekankan pentingnya belajar dari lisan para ulama, bukan hanya dari tulisan semata. Hal ini selaras dengan tradisi keilmuan Islam yang menekankan sanad keilmuan agar ilmu yang dipelajari tidak menyimpang dari ajaran Rasulullah SAW.


Kesimpulan


Agama Islam harus disampaikan dengan ilmu yang bersanad (mangkul), tanpa dicampuri oleh pendapat pribadi, bid'ah, atau interpretasi bebas. Prinsip ini menjamin kemurnian ajaran Islam hingga akhir zaman. Tugas kita adalah memastikan bahwa kita belajar dan menyampaikan agama dari sumber-sumber yang terpercaya, serta menghindari segala bentuk penyimpangan.


Alhamdulillah, semoga penyampaian  yang penuh manfaat ini, penuh barakallah. Dan Semoga Allah SWT selalu membimbing kita untuk tetap berada di jalan yang lurus dan menjaga kemurnian ilmu agama. Barakallahu fiikum.

Tuesday, December 10, 2024

Tiga golongan orang beriman yang perlu Anda paham : Anda berada dimana.

 




Mukena Bordir Songket Dewasa Jumbo Katun Mikro Premium  -  BUKA


Masuklah kalian dalam Islam secara keseluruhan , demikian sebagian firman  Allah. Di ayat lain Allah berfirman bila kita beriman pada sebagian ayat, dan tidak iman sebagian ayat Allah menghukum itu kafir haq. Maka itu dalam praktek nya, memang sebagian manusia itu ada yang terang terangan tidak menerima Alquran dan Alhadis sebagai kitab suci disebut orang tidak beriman atau bahasa agama nya kafir, atau ada yang lebih parah lagi musyrik dan ada lagi munafikun. Tiga terakhir ini mereka kekal di neraka. Sementara sebagai orang beriman pada kenyataannya ,ada yang menganiaya diri sendiri,ada yang sedang sedang saja dalam menjaga keamanan nya dan yang mempersungguh. Tiga golongan orang beriman yang perlu Anda paham : Anda berada dimana. 

Coba kita memahami ada apa penjelasan Surat Fatir Ayat 34.

 Uraian tentang tiga golongan orang beriman dalam Surat Fatir adalah penjelasan yang sangat mendalam dan relevan. Berikut adalah uraian lebih lanjut untuk memperjelas:

Allah menyebutkan bahwa orang-orang yang mewarisi Al-Qur'an, yaitu umat Islam, terbagi menjadi tiga kelompok:

Zhalimun li nafsihi (orang yang menganiaya dirinya sendiri):

Mereka adalah orang beriman tetapi melakukan pelanggaran terhadap perintah Allah, seperti meninggalkan kewajiban, melakukan dosa besar, atau maksiat yang terus diulang.

          Namun, iman mereka tetap ada, walaupun sangat lemah.

Mereka akan menghadapi hisaban berat, bahkan dihukum di neraka untuk waktu yang lama.


Muqtashid (orang yang moderat):

Mereka menjalankan kewajiban agama dan menjauhi dosa besar, tetapi masih mungkin melakukan dosa kecil.
Mereka bertobat dan memperbaiki diri sebelum wafat.

Hisab mereka akan mudah, karena amal baik mereka lebih dominan.


Sabiqun bil khairat (orang yang berlomba-lomba dalam kebaikan):

Mereka adalah orang-orang yang mendekatkan diri kepada Allah dengan amal ibadah yang sempurna, menjaga sunnah, dan menjauhi dosa sepenuhnya.

Mereka termasuk golongan yang akan langsung masuk surga tanpa hisab.


Proses Hisab dan Kesengsaraan di Neraka

Golongan pertama (zhalimun li nafsihi) disebutkan akan mengalami azab di neraka. Dalam hadis disebutkan bahwa:

Mereka akan merasakan siksaan sesuai kadar dosa mereka.

Disebut jahanamiyyin, yaitu orang-orang yang beriman tetapi harus melewati neraka sebagai konsekuensi pelanggaran mereka. Yang lamanya dineraka, tidak ada  cerita yang sebentar. Bila sehari di akhirat sama dengan 1000 tahun atas bilangan didunia, tak terbayang kan siksa neraka yang menimpa nya. Bila siksanya selama masa hisaban dan masa hisaban umpama sehari masa akhirat, apa jadi nya, sementara kita hidup di dunia cuma seratus tahun dunia, kita masih tergoda sehingga tidak sungguh beribadah. Suatu bayaran yang amat mahal dan sia-sia. 

Dengan rahmat Allah SWT, 

Rasulullah SAW bersabda, "Akan dikeluarkan dari neraka orang yang di dalam hatinya ada iman seberat biji sawi." (HR. Bukhari dan Muslim).

Proses Pengangkatan dari Neraka ke Surga

Setelah waktu yang sangat lama, atas rahmat Allah, mereka yang masih memiliki iman sekecil apa pun akan dikeluarkan dari neraka. Proses ini dijelaskan dalam banyak riwayat, antara lain:

Pengangkatan oleh Malaikat:

Dalam hadis riwayat Bukhari, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa malaikat diperintahkan untuk mencari di neraka orang-orang yang masih memiliki sedikit iman. Mereka diangkat dan dibawa ke tepi sungai di surga.

Disiram dengan Air Kehidupan:

Dalam riwayat lain, disebutkan bahwa mereka disucikan dengan air kehidupan, sehingga tubuh mereka kembali seperti tanaman yang tumbuh subur setelah tersiram air hujan.

Mengarahkan Pandangan ke Surga:

Mereka tidak dapat melihat surga hingga Allah mengarahkan pandangan mereka ke sana. Ini adalah bentuk penghormatan terakhir sebelum mereka masuk ke dalamnya.

Ucapan Syukur di Surga (Fatir: 34)

Setelah masuk surga, mereka mengucapkan:

"Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun, Maha Mensyukuri."

Ucapan ini mencerminkan:
Hilangnya segala penderitaan:
Kesedihan di dunia, termasuk kesulitan hidup, ujian, dan dosa-dosa, sudah tidak ada lagi.
Kesengsaraan di neraka telah berakhir.
Kesadaran akan rahmat Allah:

Mereka masuk surga bukan semata karena amal, tetapi karena ampunan dan rahmat Allah yang Maha Besar.

Allah bahkan menghargai amal kecil yang dilakukan di dunia.

Rasa syukur yang mendalam:

Mereka memuji Allah atas nikmat terbesar, yaitu keselamatan di akhirat.


Pelajaran dari Ayat Ini


Keselamatan tergantung pada rahmat Allah:

Meski manusia berusaha beramal, rahmat Allah adalah kunci utama keselamatan di akhirat. Oleh karena itu, kita harus memperbanyak doa dan tawakal

Pentingnya menjaga iman:

Iman, sekecil apa pun, akan menjadi penyelamat. Namun, iman harus diperkuat dengan amal soleh dan taubat.


Surga adalah tempat penuh syukur:

Penghuni surga akan terus memuji Allah atas nikmat yang diberikan, mengajarkan kita untuk membiasakan syukur sejak di dunia.

Disamping itu hendak nya kita adalah orang memahami agama ini memahami Alquran dan Alhadis lewat Ilmu mangkul. Ilmu Mangkul yang kami maksudkan disini —pemindahan ilmu dari guru ke murid melalui sanad yang tersambung hingga Rasulullah SAW—adalah tradisi keilmuan Islam yang sangat penting. Ini memastikan ajaran agama tetap otentik dan tidak terdistorsi oleh opini atau interpretasi bebas yang tidak memiliki dasar.


Kesimpulan

Kisah penghuni surga yang bersyukur dalam ayat 34 Surat Fatir adalah bukti betapa besar rahmat Allah. Disini orang iman yang tergolong jahanamiyin sebab pelanggaran, ketika diangkat dengan rakhmat Allah dimasukkan ke surga, mengucapkan syukur pada Allah dengan ucapan

وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْٓ اَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَۗ اِنَّ رَبَّنَا لَغَفُوْرٌ شَكُوْرٌۙ

"Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun, Maha Mensyukuri."

Tidak terbayang betapa syukur nya  mereka , setelah melalui proses penyiksaan tiada tara, dengan keimanan yang sedikit bisa dimasukkan ke surga Allah berkat rahmat Allah SWT. 

Pemahaman ini harus disampaikan dengan sanad ilmu yang sahih (mangkul), agar umat Islam memahami bahwa agama tidak sekadar logika, tetapi memiliki akar yang jelas hingga Rasulullah SAW. Maka, ilmu ini harus terus diajarkan dengan benar agar tidak hilang dari generasi ke generasi.

Dengan keterangan diatas semoga kita waspada menjaga keimanan kita semua jangan sampai tergolong orang iman yang menganiaya dirinya sendiri, sehingga masuk surga lewat proses siksa neraka beratus ratus tahun, gara gara hanya menguber kesenangan yang sedikit di dunia umpama bahagiapun sejak lahir sampai ajal hanya dinikmati kurang lebih seratus tahun. Barakallahu fikuum.

Popular Posts