'cookieChoices = {};' Nasihat Islami Untuk Kesehatan Jiwa dan Raga.

Tuesday, April 15, 2025

Wahai Hati yang Tenang



(Renungan untuk Jiwa yang Gelisah dan Pencari Ketenangan)

Di tengah dunia yang penuh kecemasan ini, banyak hati yang gelisah. Ada yang gelisah karena takut akan murka Tuhannya. Ada pula yang gelisah karena kemiskinan, karena perut anak-anak yang belum terisi. Ada yang gelisah karena tamak tak bertepi, dan ada yang terjerembab dalam rasa bersalah yang berlebihan, merasa dosanya terlalu besar untuk diampuni.

Namun wahai jiwa, tidakkah engkau dengar panggilan Allah untukmu?

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً
فَادْخُلِي فِي عِبَادِي
وَادْخُلِي جَنَّتِي

(QS. Al-Fajr: 27-30)

"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dalam keadaan ridha dan diridhai. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku."

Inilah seruan bagi setiap jiwa yang kembali. Allah menyebutnya "nafsun mutmainnah" — jiwa yang tenang. Jiwa yang tak lagi gelisah karena dunia, tak lagi takut karena dosa, sebab ia tahu ke mana ia harus kembali: kepada Rabb yang Maha Pengampun dan Maha Mengasihi.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan doa yang indah:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ نَفْسًا مُطْمَئِنَّةً، تُؤْمِنُ بِلِقَائِكَ، وَتَقْنَعُ بِعَطَائِكَ، وَتَرْضَى بِقَضَائِكَ
"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu jiwa yang tenang, yang beriman kepada pertemuan dengan-Mu, yang ridha dengan pemberian-Mu, dan pasrah terhadap takdir-Mu."
(HR. Ahmad, no. 17815)

Betapa mulianya permintaan ini: bukan minta harta, bukan minta kekuasaan, tapi minta ketenangan jiwa.

Sementara itu, ada yang gelisah karena dosa-dosanya. Ia menangis setiap malam, merasa tak layak lagi di hadapan Allah. Tapi Allah berfirman dengan kasih-Nya:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ
"Katakanlah (wahai Muhammad): Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sungguh, Allah mengampuni dosa-dosa semuanya."
(QS. Az-Zumar: 53)

Maka wahai jiwa yang cemas, jangan engkau tolak rahmat Tuhanmu. Tak ada dosa yang lebih besar dari kasih-Nya.

Allah juga mengingatkan dalam Surat Al-Insyiqaq ayat 6-8 tentang arah pulang kita:

يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَىٰ رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ
فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ
فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا

"Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya. Maka adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah."

Setiap kita sedang berjalan menuju-Nya. Lelahmu, gelisahmu, ujianmu, semuanya bukan sia-sia. Ada pertemuan yang pasti dengan-Nya. Maka tenangkanlah hatimu, dempe-dempe (melekat eratlah) pada Allah. Jangan lepas. Jangan tergoda dunia. Jangan tertipu hawa nafsu. Pegang erat Allah, dan engkau akan temukan kedamaian itu.

Penutup:

Wahai jiwa yang letih, semoga kau dengar panggilan Rabbmu. Jangan menjauh. Jangan ragu. Allah tidak akan pernah menolakmu. Kembalilah dengan hati yang tenang. Dekap Allah dalam sujudmu, dalam dzikirmu, dalam air matamu. Karena hanya dengan mengingat-Nya, hati bisa tenang:

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang." (QS. Ar-Ra'd: 28)


Tag: 



Sunday, April 13, 2025

KALLĀ: Sebuah Teguran yang Terlupakan




Dalam hidup ini, sering kali manusia sibuk dengan dunia:
mencari rezeki, mengejar impian, membangun nama,
namun lupa pada satu hal yang paling utama—untuk apa kita diciptakan.

Terkadang manusia merasa sudah berbuat cukup,
sudah banyak amal, sudah banyak memberi,
padahal Allah menyampaikan satu ayat teguran,
yang jika direnungkan... bisa membuat dada terasa sesak.



Allah berfirman dalam QS. ‘Abasa: 23:
كَلَّا لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ
Kallā, lammā yaqḍi mā amarah

“Jangan begitu! Belumlah ia melaksanakan apa yang diperintahkan kepadanya.”

Kata “Kallā” bukan sekadar “tidak”.
Dalam bahasa Arab Al-Qur’an, “Kallā” adalah bentuk teguran tegas.
Teguran bagi mereka yang mengabaikan kebenaran,
terutama orang-orang kafir yang mengingkari hari kebangkitan.

Tapi apakah hanya untuk mereka?
Ataukah kita pun termasuk yang terkena teguran ini?

Allah berikan kita akal, hati, nikmat hidup, makanan, udara,
tapi adakah kita sungguh-sungguh telah menunaikan perintah-Nya?
Adakah hati ini betul-betul tunduk saat shalat?
Adakah tangan ini menahan dari yang haram?
Adakah lisan ini benar-benar menjaga kehormatan sesama?

Jangan-jangan...
Kita masih sibuk menikmati karunia-Nya,
namun lalai untuk menunaikan kewajiban sebagai hamba-Nya.


Penutup:

Wahai saudaraku,
Hidup bukan hanya soal berlari dan mengejar dunia,
tetapi tentang kembali dengan selamat kepada Dia yang menciptakan kita.

Jangan tunggu ajal datang lalu menyesal.
Jangan sampai ayat ini menjadi saksi bahwa kita telah ditegur… tapi tetap lalai.

“Kallā, lammā yaqḍi mā amarah.”
Jangan begitu...
Belumlah kau laksanakan perintah Tuhanmu.

Mari kita kembali dengan taubat.
Mari kita hidup sebagai hamba, bukan sekadar manusia yang hidup.
Semoga kita tergolong orang yang sadar sebelum terlambat,
dan taat sebelum diseru pulang.


Popular Posts