'cookieChoices = {};' Nasihat Islami Untuk Kesehatan Jiwa dan Raga.

Saturday, May 10, 2025

Kisah Keteguhan Iman yang Abadi


Di usia yang sangat tua, Nabi Ibrahim AS masih menyimpan harapan besar yang belum tercapai: memiliki seorang anak. Doanya yang panjang, tangisnya di malam hari, dan harapannya yang tak pernah padam akhirnya dikabulkan. Allah mengaruniakan kepadanya seorang anak yang shalih dan sabar, yakni Ismail AS.

Namun kebahagiaan itu belum lama dirasakan. Justru ketika Ismail mulai tumbuh menjadi anak yang mulai menemani dan menyejukkan hati, turunlah perintah yang paling mengguncang jiwa: menyembelih anaknya sendiri sebagai bentuk ketaatan kepada Allah.

Sungguh ujian yang luar biasa. Dari seorang ayah yang telah lama merindukan anak, kini harus menyerahkan sang buah hati kepada perintah Tuhan tanpa ragu. Dan Ismail AS, yang sejak kecil tumbuh tanpa banyak waktu bersama sang ayah karena perintah Allah juga, kini diminta untuk berserah diri sepenuhnya—bahkan dengan nyawanya. Tetapi keduanya membuktikan: ketaatan kepada Allah lebih utama dari segalanya. Mereka lulus dari ujian itu dengan kemuliaan, dan menjadi simbol pengorbanan dan ketundukan sejati kepada Allah sepanjang zaman.

Kisah ini bukan sekadar sejarah. Ia adalah cermin keimanan. Dalam kehidupan modern, ujian serupa hadir dalam bentuk yang berbeda—mungkin berupa keikhlasan melepaskan harta, waktu, atau kepentingan pribadi demi menaati Allah. Mungkin berupa keputusan sulit untuk tetap jujur saat semua tergoda korupsi, atau tetap sabar saat diuji dengan penyakit dan musibah. Semua itu bisa menjadi bentuk qurban kita.

Dan kini tibalah waktu untuk mengikuti jejak pengorbanan itu dengan menjalankan ibadah qurban di hari yang agung. Karena sejatinya qurban bukan sekadar menyembelih hewan—tetapi menyembelih sifat egois, cinta dunia, dan keengganan untuk patuh kepada Allah.



Qurban, Amalan yang Paling Dicintai di Hari Idul Adha

Sabda Nabi Muhammad SAW:

 “Tidak ada amalan anak Adam pada hari Nahr (Idul Adha) yang lebih dicintai Allah melebihi mengalirkan darah hewan kurban. Ia akan datang di hari kiamat dengan tanduk, kuku, dan rambutnya. Darah itu akan sampai kepada Allah sebelum jatuh ke tanah. Maka ikhlaskanlah niat dan senanglah melakukannya.”

 (HR. Al-Hakim, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)

Sabda lainnya:

 “Ini adalah sunnah ayah kalian, Ibrahim AS.”

 Para sahabat bertanya: “Apa yang akan kami dapatkan?”

 Rasulullah menjawab: “Setiap helai rambut ada satu kebaikan.”

 Mereka bertanya lagi: “Bagaimana dengan bulu domba?”

 Rasulullah menjawab: “Setiap helai bulunya juga ada satu kebaikan.”

 (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)


6. Ancaman Bagi yang Mampu Tapi Tidak Berqurban

Sabda Nabi Muhammad SAW:

 “Barang siapa mendapatkan kelapangan tetapi tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.”

 (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Penjelasan:

 Hadis ini menunjukkan ancaman keras bagi orang yang mampu berqurban namun sengaja meninggalkannya. Hal ini menunjukkan bahwa qurban adalah ibadah sunnah muakkadah (sangat dianjurkan) yang tidak semestinya ditinggalkan oleh orang yang memiliki kemampuan.

DALIL-DALIL PERINTAH BERQURBAN

Allah berfirman:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

 Artinya: "Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)."

 (QS. Al-Kautsar: 2)

Berqurban adalah bentuk taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah dan ekspresi kepatuhan kepada-Nya. Allah menegaskan bahwa penyembelihan hewan qurban telah disyariatkan untuk setiap umat:

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ...

                                                                                                         (QS. Al-Hajj: 34)

 

Bersegeralah, Wahai Jiwa yang Beriman

Ibadah qurban adalah panggilan bagi hati yang sadar, bagi jiwa yang ingin dekat dengan Rabb-nya. Bukan sekadar menyembelih hewan, tapi menyembelih keengganan untuk taat, cinta berlebihan pada dunia, dan kekikiran dalam memberi.

Bayangkan, di Hari Kiamat nanti, hewan yang kita qurbankan datang lengkap dengan tanduk, bulu, dan kuku—semuanya menjadi saksi cinta kita kepada Allah.
Dan kini, saatnya kita berlomba-lomba dalam kebaikan.

Jangan tunggu tua. Jangan tunggu kaya. Jangan tunggu waktu yang 'sempurna'.

Berqurban adalah amalan yang:

  • Berdasarkan perintah langsung dari Al-Qur’an dan hadis Nabi.

  • Mengandung nilai spiritual, sosial, dan ekonomi.


  • Menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, mengikuti jejak Nabi Ibrahim AS dan Rasulullah SAW.


Semoga Allah memberi kita kekuatan dan kelapangan rezeki untuk bisa berqurban tahun ini, di tanggal 10 Dzulhijjah 1446 H nanti.

 Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin.


Mohon agar sudilah kiranya memberi komentar apa yang ada di hati setelah membaca tulisan ini. Semoga Anda semua setelah memberikan partisipasinya mendapat limpahan berkah yang banyak dari  Allah SWT, Aamiin.

Monday, May 5, 2025

Kala Rasulullah Menangis di Tengah Malam





Di saat malam menutup bumi, dan manusia tenggelam dalam lelapnya dunia, seorang manusia paling mulia justru berdiri tegak — sendirian — di hadapan Tuhannya. Tubuhnya bergetar, suaranya lirih, matanya basah oleh tangis yang tulus.

Itulah Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Manusia pilihan yang dosanya telah diampuni — yang seandainya ia tidur sepanjang malam pun, tak seorang pun berani menegurnya. Tapi justru malam baginya adalah saat paling sakral untuk kembali kepada Allah, bukan untuk meminta dunia, melainkan menangis karena takut akan murka-Nya dan rindu pada rahmat-Nya.

Aisyah radhiyallahu ‘anha, istri tercintanya, menyaksikan malam-malam seperti itu.

كَانَ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ يُصَلِّي ... فَإِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا رَحْمَةٌ سَأَلَ،

 وَإِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا عَذَابٌ تَعَوَّذَ

"Jika beliau berdiri shalat malam, dan membaca ayat yang berisi rahmat, maka beliau memohon kepada Allah; dan jika melewati ayat tentang azab, beliau memohon perlindungan."

 (HR. Abu Dawud no. 873 – Hasan)

Bayangkan seorang Nabi, membaca firman Tuhannya, lalu berhenti lama…

 Bukan karena lupa, bukan karena lelah, tapi karena hatinya tergores oleh firman-firman azab, lalu ia berdoa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ النَّارِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَنِقْمَتِكَ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kemurkaan-Mu dan pembalasan-Mu.”

Tangis itu bukan tangis biasa. Tangis itu adalah getaran jiwa yang benar-benar menyaksikan keagungan dan keadilan Allah, sambil tetap berharap pada rahmat-Nya yang luas. Bahkan Hudzaifah bin Al-Yaman pernah berkata:

"Rasulullah membaca satu ayat… diulang-ulang… sampai aku merasa kasihan padanya."

 (HR. Abu Dawud)

Apa yang membuat Nabi menangis?

 Padahal ia adalah kekasih Allah…

 Padahal ia dijamin surga…

 Padahal ia suci dari dosa…

Namun beliau tetap takut pada ayat-ayat siksa, gemetar karena murka Allah, dan berharap pada rahmat-Nya seolah beliau adalah hamba paling berdosa. Hati beliau begitu hidup, lembut, dan penuh kesadaran.


Mengapa Kita Tak Menangis?

Kita membaca ayat yang sama. Tentang neraka. Tentang siksaan. Tentang murka Allah. Tapi kenapa mata kita tetap kering?

 Apa karena kita sudah yakin selamat…?

 Atau karena hati kita sudah terlalu beku…?

Jika Rasulullah — yang paling dicintai Allah — pun tidak merasa aman dari siksa-Nya, bagaimana dengan kita yang penuh dosa?

Jika beliau saja berdiri lama di malam hari, menangis memohon rahmat dan perlindungan, tidakkah kita malu saat justru memilih tidur dan tak sempat bermunajat?


Salat Malam: Cermin Kelembutan Hati

Shalat malam bukan hanya ibadah, tapi cermin kejujuran jiwa. Di sana, tak ada riya. Tak ada pujian manusia. Hanya ada satu hubungan: hamba dan Tuhannya. Rasulullah SAW bersabda:

"أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْمَكْتُوبَةِ، صَلاَةُ اللَّيْلِ"

 "Sebaik-baik shalat setelah yang wajib adalah shalat malam."

 (HR. Muslim)

Karena itu, para sahabat meneladani beliau. Mereka menangis dalam qiyam. Mereka berhenti di satu ayat lama sekali. Bahkan Umar bin Khattab pernah terdengar menangis keras saat membaca ayat:

إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ لَوَاقِعٌ

 "Sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi."

 (QS. Ath-Thur: 7)


Mari Belajar Menangis dalam Doa

Meneladani Nabi bukan hanya dalam bentuk gerakan salat, tapi juga suasana hatinya saat bermunajat.

 Mari kita mulai walau hanya dua rakaat. Mari hadirkan hati. Mari rasakan setiap ayat. Bila sampai pada ayat tentang azab, ucapkan:

اللَّهُمَّ نَجِّنَا مِنَ النَّارِ

“Ya Allah, selamatkan kami dari neraka.”

Dan bila membaca ayat tentang surga dan rahmat, ucapkan:

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِهَا

“Ya Allah, jadikan kami termasuk penghuni surga-Mu.”


Penutup: Hati yang Hidup Akan Menangis


Bila artikel ini dirasa manfaat, maka janganlah berhenti di hati.

 Bangkitlah, lalu amalkan walau hanya dua rakaat dalam sepertiga malam terakhir.

 Jangan tunggu sempurna, jangan tunggu sempat — cukup hadirkan niat dan mulai dari sekarang.

Kami tidak menginginkan pujian atau sanjungan.

 Yang kami harapkan adalah:

 Agar hati-hati yang telah lama kering, kembali lembut oleh dzikir.

 Agar malam-malam yang selama ini sepi, kembali terang oleh munajat.

 Agar kita semua — Anda dan kami — dipertemukan kelak di surga bersama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Karena bukan banyaknya ilmu yang mengangkat derajat,

 Tapi air mata di malam hari, dan bisikan lirih kepada Ilahi,

 Itulah yang menumbuhkan cahaya dalam hati.

Mari, mulai malam ini, kita kembali menjadi hamba.

 Dan semoga setiap ayat yang kita baca, bukan hanya lewat di lidah…

 Tapi menggetarkan jiwa, dan menyelamatkan kita di akhirat.

Dan jika setelah membaca ini, hati Anda tergerak…

 Jika ada air mata yang jatuh, atau sekadar rasa ingin berubah walau sedikit…

 Tulis dan sampaikan isi hatimu.

Tak perlu panjang. Tak perlu sempurna. Cukup jujur.

 Tulislah di kolom komentar, atau di catatan pribadimu…

 Tentang apa yang kamu rasakan,

 Apa yang kamu rindukan,

 Atau doa apa yang ingin kau bisikkan malam ini.

Karena barangkali… saat kamu menuliskan itu,

 Ada orang lain yang juga tergerak dan kembali kepada Allah bersamamu.

Kami membaca dengan hati.

 Dan kami berdoa, semoga setiap kalimat yang ditulis dari hati…

 Akan mengetuk pintu langit dan menjadi cahaya bagi sesama.



Popular Posts