'cookieChoices = {};' Nasihat Islami, Dan Kesehatan Islami.: Rumah Tangga yang Islami dan Imani

Monday, September 18, 2017

Rumah Tangga yang Islami dan Imani

Rumah Tangga yang Islami dan Imani adalah rumah tangga yang anggota rumah tangga nya dalam membangun rumah tangga nya atas dasar peraturan peraturan agamanya, beriman dan bertaqwa. Dimana suami mengatur secara adil, rofiq, muhsin dan aris kepada istri dan anak anaknya, dan istri takzim dan taat bil makruf kepada suaminya.
Ini sekedar menyampaikan pikiran dan informasi, yang rujukan nya atau referensi nya  secara Alquran dan Alhadist harus anda cari sendiri kebenaran nya, ada banyak.
Untuk membangun rumah tangga yang Islami dan Imani, anggota keluarga baik suami maupun istri harus punya komitmen yang satu, yaitu sesuai dengan doa nya, rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qina azabbanar. Hidup di dunia bahagia , dan hidup di akhirat bahagia di Surga selamat dari siksaan Neraka. Umumnya muslim doa seperti itu.
Tapi masalahnya, aplikasi doanya sering kita jumpai tidak sesuai dengan yang dia berdoa pada Allah. Apakah satu satunya ummat muslim mengambil perhatian akan hal ini? Allahu Aklam.

Calon pasangan suami istri sebelum menikah kita lihat begitu mesra, tapi setelah menikah rumah tangga sering berselisih. Sehingga kerapkali juga keduanya curhat kepada orang tua masing masing. Masih mending kalau mau curhat kepada orang tua, kalau curhat kepada teman masing masing bagaimana alangkah dosa. Keinginannya curhat tapi malah ngerasani pasangannya atau suami istri masing masing.

Kembali ketugas pokok , suami dalam memberi nafkah lahir batin kepada istrinya harus dengan cara adil rofiq muhsin aris. Sedang istri dalam mengatur rumah tangganya dengan cara takzim dan taat bilmakruf kepada suaminya.
Kalau tugas dan kewajiban ini dipahami, perbedaan perbedaan dalam menjalankan bahtera rumah tangga akan dapat diselesaikan dengan baik cara Islami dan Imani yang diterima masing masing pihak, karena pasangan sudah menjalankan bertaqwa pada Allah Swt , tentu keluarga itu bahagia , rahmat Allah menaungi mereka.

Pasangan yang mau menikah era sekarang hampir boleh dikatakan tidak berbekal masalah ini. Pasti disibukkan urusan dunianya , prestis nya, kemegahan. Yang dipikirkan adalah undangannya berapa orang, siapa yang di undang, menunya apa, hiburan nya , mc nya siapa harus terkenal dan yang mahal, di gedung mana diadakan, banyak lagi lain lain , semua harus kesan wah...
Belakangan kita mendengar, baru bilangan hari menikah sudah pisah, baru saja bilangan bulan menikah sudah pisah , baru saja bilangan tahun menikah sudah pisah. Kita ummat muslim pasti prihatin kejadian seperti itu.
Terlalunya di ekspos lagi di media. Tanpa rasa malu tanpa rasa bersalah masing masing pihak. Padahal Allah tidak menyukai perceraian, Arsy Allah bergoncang pada perceraian orang orang yang beriman.
Karena ketidak tahuan bisa jadi juga tidak punya keyakinan yang kuat tentang pahala dan dosa, atau tidak ambil pusing yang penting menikah.
Seharusnya pasangan yang mau menikah harus mempersiapkan diri , karena cobaan yang terberat dan sangat melelahkan adalah cobaan dalam berumah tangga.

Namanya anak muda umum nya beranggapan semua serba instan begitu juga urusan berumah tangga, kalau sebelum menikah bisa mesra ada kecocokan apalagi kalau sudah berumah tangga. Dia tidak menyangka , kalau prakteknya tidak demikian mudah.
Peranan orang tua terutama harus mengarahkan putra putrinya untuk mempersiapkan diri sebagai kepala rumah tangga atau sebagai ibu rumah tangga.

Suatu kisah nyata, di suatu rumah tangga yang anak gadisnya sudah dilamar, pada hari H akad nikah akan dilangsungkan dimana masing masing mempelai dan anggota keluarga sudah hadir masing masing duduk terpisah di kelompok masing masing menunggu petugas KUA. Sang Ayah dari si gadis masing bertanya kepada anak gadis  nya merasa bentuk tanggung jawab paling akhir terhadap anak perempuannya, dengan terbata bata jelas airmatanya menetes menguatkan diri , menanyakan pada anak gadisnya, " Nak , wewenang calon suamimu sangat besar terhadap dirimu, ayah tidak bisa lagi berbuat apa apa terhadap dirimu setelah kau menjadi istrinya, apakah engkau bisa takzim dan taat bil makruf terhadap suamimu dalam keadaan apapun ? Ayah siap membatalkan acara ini dengan segala resikonya, kalau engkau belum siap nak."
Spontan saja semua yang hadir disitu ikut terharu menangis terisak isak , di suasana yang sakral itu.......... Lama suasana hening hanya suara isak tangis keluarga , ibu dan si gadis yang terdengar lirih. Sehingga sang ayah mengulangi lagi pertanyaan yang sama pada anak gadisnya....
Jauh hampir tak terdengar sang gadis sambil menjatuhkan wajahnya kepangkuan Ayahnya..." Insya Allah Ayah....mohon doa berkahmu ". Ayah dengan mengadahkan kepala nya keatas menahan haru membelai kepala anaknya.
Tak lama kemudian dalam suanasana haru biru itu,  dia mengalihkan anaknya kepada Ibunya dengan lembut.
Tak ada yang tahu si Ayah mau berbuat apa lagi tapi yang jelas dia ber anjak ke kelompok calon besan.
Ternyata si Ayah sang gadis setelah bicara bicara   calon besan, dia beralih ke arah calon mantu. Suasana di kelompok calon besan juga ternyata ikut terpengaruh suasana sakral yang haru juga karena tempatnya hanya berdekatan saja.
Rupanya ayah si gadis dengan wajah yang penuh tanggung jawab juga menghampiri calon mantu. Semua mata tertuju kesana. " Nak", si ayah gadis menyapa calon mantu. " Begini, sebelum acara pernikahan ini dilaksanakan, masih ada waktu kita memikirkan lagi niat kita. Saya ingin bertanya pada mu nak. Wewenangmu sebagai suami nanti sangat besar terhadap anak saya. Apakah nak, dalam memberikan nafkah lahir batin kepada anak saya, siapkah nak melakukannya dengan cara adil rofiq muhsin dan aris? Kalau nak belum siap , kita masih ada waktu membatalkan acara ini."
Calon mantu tertunduk, semua keluarga calon besan pun larut dengan suasana yang menyesakkan itu.
Setelah menarik nafasnya dalam dalam calon mantu menegakkan dada, terlihat mataya merah  sambil berkata , " Insya Allah pak ...mohon doa berkah"

Itu sekilas yang perlu kita mengambil pelajaran dari keluarga yang Islami dan Imani dimana ayah paham benar dengan tanggung jawabnya.
Pendidikan bekeluarga terhadap anak anak yang sudah balig perlu dibina sebelum memasuki jenjang perkawinan.
Muda mudi muslim selayaknya membina kepahaman beragama agar tidak tergerus oleh zaman, dimana akidah akidah tidak menjadi tolok ukur kehidupan. Harus memahami secara teori dan praktek bagaimana itu adil, rofiq muhsin dan aris. Bagaimana yang dimaksud dengan takzim dan toat bilmakruf istri kepada suami. Mudah mudahan manfaat sebagai pemicu anda untuk mencari tahu lebih jauh membina keluarga yang islami dan imani.





















No comments:

Post a Comment

Popular Posts