'cookieChoices = {};' Nasihat Islami, Dan Kesehatan Islami.: Memahami Bersyukur pada Allah

Sunday, September 15, 2019

Memahami Bersyukur pada Allah


Syukur adalah ungkapan kebahagian seseorang pada Allah Swt atas karunia nikmat Allah baik lahir maupun bathin yang dianugerahkan padanya. Orang Islam yang telah beriman dan beramal sholih mempunyai kewajiban buat bersyukur pada nikmat yang diperolehnya. Wujud dari kesyukuran diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam ucapan dan perbuatan. Pribadi-pribadi ummat yang mengamalkan kesyukuran ditandai dengan wajah yang cerah, sederhana, humble disukai dalam masyarakat utama di kalangannya. Dia akan mempunyai wajah penuh yoni dan berwibawa. Orang disampingnya dan sekitarnya akan merasa nyaman dan mengalami ketenangan bersamanya.
Allah akan menjanjikan pahala dan rahmat yang banyak pada orang yang banyak bersyukur pada Allah Swt. Sebaliknya orang yang tidak bersyukur, tidak akan pernah merasakan nikmat apapun yang dikarunia Allah kepadanya, walaupun nikmatnya berlimpah. Dia akan terus menguber mengejar nikmat yang tak berujung sampai datang stempel dia sebagai orang yang ahli tidak bersyukur dari Allah. Janji Allah orang yang tidak bersyukur akan dicabut semua kenikmatan yang diberikan dan dia akan mengalami ganjaran Allah siksa didunia dan sudah pasti di akhirat. 
Kita hidup ditengah-tengah pelbagai macam keyakinan beragama . Sedang dalam satu keyakinan yang sama tingkat kepahamannya juga berbeda beda. Kadang-kadang seorang yang status sosialnya tinggi kepahaman agamanya kurang, sementara dia menjadi idola masyarakat sekitarnya karena status sosialnya, belum paham bersyukur pada Allah. Dan itu akan berpengaruh banyak pada masyarakat sekitarnya. Itu sudah mesti. Sehingga praktek syukur tidak berjalan, sesuai kaidah agama.
Untuk ketentraman bermasyarakat, maka kita tidak bisa memaksakan orang harus bersyukur begini dan begitu. Tapi kita bisa praktek melalui diri kita masing-masing. Dalam keluarga, contoh praktek syukur baik ucapan dan perbuatan, adalah pelajaran yang terbaik. Orang bisa bersyukur karena hidayah Allah. Atau dia sudah di qodar Allah menjadi ahli syukur. Orang tidak bersyukur, dunia dan akhiratnya akan sengsara. Secercah keimanan macam apa pun, manfaatkan untuk meningkatkan kepahaman agama yang diyakini, agar vonis Allah tidak menimpa pada diri. Karena hukum Allah itu akan menjadi kenyataan.



Mencari kepahaman tentang bersyukur.


Adalah sikap yang arif bila mau mencari kepahaman tentang bersyukur pada Allah Swt, apalagi itu orang Islam yang beriman dan beramal solih. Kepahaman bersyukur akan meningkat seiiring bertambahnya kepahaman beragama. Kepahaman agama akan bertambah apabila ilmunya semakin hari semakin bertambah. Sayangnya, kepahaman ilmu agama tidak sama dengan mencari kepahaman ilmu urusan dunia. Ilmu urusan dunia orang bisa mendapatkan dengan otodidak, tidak demikian dengan urusan ilmu agama yang harus ditempuh lewat guru yang ada musnadnya. Apabila tidak demikian orang akan berkata "katanya katanya", yang muncul adalah dosa. Amalannya itu tidak ada yoninya buat dirinya. Dalil-dalil pada Alquran dan Alhadist itu adalah ilmu. Dalil-dalil di dalamnya kalau dipahami di yakini di amalkan lambat laun bisa mendarah daging didalam jiwa yang mengantar kita dekat pada Allah atas izin Allah. Sehingga kepahaman bersyukur pada Allah bukan masalah lagi. Mendapat nikmat itu dari Allah wajib hukumnya untuk bersyukur
وَّاشْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ

Bersyukurlah kamu atas nikmatku (Allah) jika ada kalian orang-orang yang menyembah kepadaku ( Allah ) ( QS.16 :114)
Jadi jika Tuhan kalian adalah Allah, ya bersyukurlah pada Allah atas nikmat yang kalian terima.

Orang kebanyakan takut nikmatnya hilang, sehingga sangat gigihnya mengumpulkan nikmat demi nikmat. Sehingga dirinya bergelimang nikmat yang tiada tara. Namun tidak pernah bersyukur, dia tidak akan pernah merasakan puas dengan nikmatnya. Padahal nikmatnya akan hilang ketika dia tidak mensyukuri nikmat itu. Dia tidak akan pernah merasakan bahagia dengan nikmat itu , sepanjang dia tidak menyadari bahwa nikmat itu semua dari Allah sebagai anugerah Allah padanya.

وَمَا بِكُمْ مِّنْ نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ 

Segala nikmat yang kau dapatkan adalah dari Allah (QS.16:53)
Jadi jangan dikira, nikmat yang diperolehnya sebab upaya dirinya semata , atau  karena keahliannya semata.

Kita tidak syukur akan di hukumi orang yang sombong. Seperti  dicontohkan Allah, bahwa pada waktu dia menderita dia berdoa pada Allah dengan dempe-dempe merendahkan diri dan hatinya pada Allah. Ketika Allah menolong padanya kemelaratan diganti dengan kenikmatan, dia bukannya bersyukur, malah mengucapkan " kenikmatan ini aku peroleh karena kemampuanku karena ilmuku". Padahal itu semua cobaan dari Allah ( QS.39:49 ) 

Jangan seperti itu, segala kenikmatan yang kau dapatkan dari Allah. Seandainya dia paham bahwa kalau dia mau bersyukur pada Allah dengan cara ucapan dan perbuatan, maka Allah menjanjikan nikmatnya akan ditambah, tapi kalau tidak mau bersyukur Allah mengingatkan siksa Allah sangat pedih. Pilih yang mana ?

لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ


Niscaya jika bersyukur kamu sekalian padaku ( Allah ) niscaya menambah aku (Allah ) pada nikmat yang sudah kuberikan, tapi jika tidak bersyukur kamu sekalian padaku ( Allah ) ( kuingatkan ) sesungguhnyaa siksaku ( Allah ) sangatlah pedih. (QS. 14:7)

Kita sebagai orang Islam di beri hidayah oleh Allah sehingga bisa beriman dan bisa beramal solih, kalau sadar lebih lagi kesyukurannya. Karena sebagian dari kita ada yang belum bisa bersyukur, ada yang belum menetapi iman apalagi bisa menetapi amal solih. Terlebih lagi Allah mengingatkan kalau keimanan itu lebih lagi kenikmatannya dari pada harta yang kita kumpul-kumpulkan.

قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ


Katakanlah Muhammad, dengan keutamaan Allah dan Rakhmat-Nya, maka dengan demikian itu ( keutamaan dan rakhmat Allah ) seyogyanyalah orang-orang yang beriman itu bergembira. ( Karena) Dia ( keutamaan dan rakhmat Allah ) itu lebih bagus dari apa-apa yang mereka kumpulkan.(QS.10:58)
Karena itu mau kemana kita berpihak, apakah masih mau semata mata mengikuti perasaan kita, hati kita , hawa nafsu kita. Bayangkan bagaimana beruntungnya kita orang Islam, semua memakai dalil, memakai ilmu bukan angan-angan, bukan kira-kira tapi terukur. Selagi kita mau mengedepankan Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW sebagai petunjuk pedoman hidup Insya Allah hidup akan tenang, kita tidak mengira ngira tentang urusan dunia dan akhirat. Kita punya barometer hidup ukuran yang baik memilah milah mana yang benar mana salah dalam kehidupan. Hidup akan terasa lebih bermakna.


Aplikasi bersyukur dalam kehidupan Ummat Islam



Bagaimana aplikasi syukur dalam kehidupan, itu paling penting. Karena al imanu qaulun wa fiklun, yang disebut dia beriman tergantung pada ucapannya dan juga perbuatannya. Tidak bisa disebut iman kalau hanya ucapan, tapi harus disertai dengan amalan atau perbuatan. Hidup kita perlu mengharap ridho Allah. Kalau kita ridho pada Allah, Allahpun akan ridho pada kita. Kita simak ayat berikut :


وَلَا يَرْضٰى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَۚ وَاِنْ تَشْكُرُوْا يَرْضَهُ لَكُمْۗ


...Dan Allah tidak ridho terhadap hambanya yang kufur, tapi jika kamu sekalian hamba yang bersyukur aku ( Allah ) ridho pada kamu sekalian atas kesyukuran kalian....( QS. 39:7)



Jadi apa yang dimaksud ridho pada Allah? Ridho pada Allah ya ridho apa yang sudah di atur Allah, apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang. Yang diperintahkan langsung dikerjakan, yang dilarang jangan di dekati, jauhi sejauh-jauhnya. Dengan demikian orang akan dekat rakhmat Allah.
Menceritakan nikmat adalah bagian dari syukur dari nikmat yang diperoleh. Sering ditemui dalam masyarakat yang diceritakan hanyalah berita susah saja, nyaris tak ada kebahagiaan sedikitpun. Tapi ketika dia menerima kebahagiaan tak berani menceritakan. Menceritakan nikmat tentunya pada waktu sikon dan keadaan tertentu yang menggiring kita untuk menceritakan nikmat. Dan dalam hal menceritakan tentulah dengan niat hati karena Allah, bukan niat pamer, tapi semata-mata tapi bentuk kesyukuran pada Allah, dan menggugurkan kewajiban sebagai orang yang beriman.
Kepada Nabi saw sendiri Allah perintahkan , " adapun dengan nikmat dari Tuhanmu ( Muhammad ) maka ceritakanlah." Disini artinya Nabi Muhammad diperintahkan bersyukur. Ketika Nabi keadaan anak yatim karena orang tua beliau meninggal, beliau
 diramut pamannya Abu Tholib. Pada waktu sebelum jadi Nabi belum tahu ilmu, kemudian Allah mengangkatnya jadi Nabi. Yang ketiga keadaan melarat Allah memberikan Nabi kecukupan.

وَاَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
Adapun dengan nikmat dari Tuhanmu ( Muhammad ) maka ceritakanlah.(QS.93:11)

Dalam suatu hadist ( Albaihaqi ) Rasul SAW bersabda seperti ini,

ألْحَمْدُ رَأْسُ الشُکْرِ مَا شَکَرَ اللٌٓه عَبٍْدٌ لا يَحْمَدُهُ # رواه البيه‍قى
 Memuji (pada nikmat Allah) adalah puncaknya kesyukuran, seorang hamba yang tidak memuji pada Allah, belum disebut bersyukur kepada-Nya  

Dicontohkan oleh Nabi merasa bersyukur nya pada Allah atas nikmat hidayah yang Allah berikan, beliau meningkatkan amal ibadahnya. Beliau meningkatkan solat lailnya, sampai sampai kakinya bengkak. Sehingga Aisyah istri beliau tidak sampai hati melihatnya, berkata, " mengapa engkau lakukan demikian padahal Allah sudah mengampuni dosa-dosamu baik yang lampau maupun yang akan datang?" Beliau menjawab :

أَفلاَ اکُوْنُ عَبْدًا شَکُوْرًا. # رواه  النسائ
a fala akun 'abdan syakuron
Apakah maka tidak ada aku seorang hamba yang ahli syukur ?

Seorang yang sudah beragama Islam dan beriman dan beramal sholih, tentu terbiasa seperti ini, maksudnya bersyukur teori praktek, baik ucapan maupun perbuatan. Dia tahu ilmunya tidak angan angan atau mereka-reka, dia yakin segala sesuatu nikmat yang dia  terima semata-mata dari Allah bukan yang lain selain Allah.

Umpama memperoleh rezeki dia tahu mana haknya mana bukan haknya. Yang bukan haknya dia infak dia sadaqoh atau yang lainnya. (QS 2:3 )

الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ

( Jadi yang disebut orang beriman ) orang-orang yang beriman mereka dengan barang yang gaib ( umpama kiamat), menetapi solat, dan dari apa-apa memberi rezeki Aku ( Allah ) pada mereka, menginfakkan mereka.

Demikian itu kalau kita membiasakan bersyukur sebagai menetapi yang menjadi perintah Allah, maka akan dijauhkan sifat takabur dan sombong. Membanggakan diri melewati batas ( ujub) . Seperti yang dilakukan Qorun yang hidup pada zaman nabi Musa as. Bahwa katanya, dia diberi kekayaan ini karena kemampuan ilmuku yang kumiliki. Dia tidak yakin semua itu dari Allah. Akhirnya kita semua sudah tahu , dia bersama-sama hartanya sak istananya di ambleskan kedalam bumi terus sampai hari kiamat. Jadi jangan coba-coba mencari harta qorun tidak bakal ketemu, intermezo.

Jadi jadilah kita orang syukur. Orang yang syukur jauh dari sifat tamak, sifat yang tidak pernah puas dengan nikmat yang ada padanya masih ingin nikmat yang dimiliki orang lain. Orang yang syukur hatinya bersih tidak dengki. Dia selalu gembira berapa pun nikmat yang diberikan padanya, dia ridho akan ketentuan Allah. Sehingga biasanya dia jadi orang yang sehat jasmani maupun rohani. Semoga barokah. 









No comments:

Post a Comment

Popular Posts