'cookieChoices = {};' Nasihat Islami Untuk Kesehatan Jiwa dan Raga.: 2025

Saturday, October 11, 2025

Rahasia di Balik Kesabaran atas Cobaan

Temukan Abaya Hitam Hana Jetblack Lace Elegan Nyaman seharga Rp202.500. Dapatkan sekarang juga di Shopee!   KLIK  DISINI


🌿 Rahasia di Balik Kesabaran atas Cobaan

✨ Pengantar

Setiap manusia pasti diuji. Tidak ada seorang pun yang hidup tanpa cobaan — entah berupa kesulitan yang menyesakkan dada, atau keberhasilan yang menguji kesyukuran.
Namun di balik setiap ujian, tersembunyi kasih sayang Allah yang sangat dalam.
Karena Allah tidak pernah menimpakan musibah untuk menyakiti, melainkan untuk menyucikan dan meninggikan derajat hamba-Nya.


🌸 1. Cobaan adalah Tanda Cinta Allah

Rasulullah ﷺ bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
"مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ."
(رواه البخاري)

Artinya:
“Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya.”
(HR. Bukhari)

Cobaan adalah tanda perhatian dan kasih sayang Allah, karena hanya hamba pilihan yang diberi kesempatan untuk membersihkan diri melalui ujian.


🌸 2. Dalam Kesulitan Ada Kemudahan

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ۝ إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sungguh, bersama kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah: 5–6)

Setiap kesulitan membawa serta kemudahan, meski kadang tak langsung tampak.
Allah menegaskan dua kali agar kita tidak putus asa — karena tidak ada ujian tanpa hikmah, dan tidak ada penderitaan tanpa akhir yang indah.


🌸 3. Ujian Datang dari Dua Arah: Nikmat dan Musibah

وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً
“Kami menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan.”
(QS. Al-Anbiya: 35)

Kekayaan, jabatan, kesehatan, dan keberhasilan juga ujian — apakah kita bersyukur dan tunduk, atau justru lalai dan sombong.
Begitu pula kesulitan, menjadi ujian apakah kita sabar dan tetap berprasangka baik kepada Allah.


🌸 4. Pahala Sabar Tanpa Batas

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang sabar akan diberi pahala mereka tanpa batas.”
(QS. Az-Zumar: 10)

Hanya sabar yang dijanjikan pahala tanpa batas.
Karena sabar bukan sekadar menahan diri, tapi menyerahkan seluruh jiwa kepada Allah dengan penuh keyakinan dan ketenangan.


🌸 5. Kesabaran Adalah Cahaya

Rasulullah ﷺ bersabda:

"وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ."
(رواه مسلم)

Artinya:
“Kesabaran adalah cahaya.”
(HR. Muslim)

Cahaya inilah yang menerangi hati di tengah gelapnya ujian.
Orang sabar tidak buta arah, sebab ia yakin setiap langkah hidupnya dalam genggaman Allah.


🌸 6. Ujian Adalah Jalan Para Nabi

عَنْ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟
قَالَ: "الْأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ..."
(رواه الترمذي)

Artinya:
Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat cobaannya?”
Beliau menjawab: “Para nabi, kemudian yang semisalnya, lalu yang setelahnya.”
(HR. Tirmidzi)

Semakin tinggi derajat iman seseorang, semakin berat pula ujiannya.
Karena Allah ingin mengangkatnya lebih tinggi di sisi-Nya.


🌸 7. Pahala Besar di Balik Musibah

Rasulullah ﷺ bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ:
"مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ نَصَبٍ، وَلَا وَصَبٍ، وَلَا هَمٍّ، وَلَا حُزْنٍ، وَلَا أَذًى، وَلَا غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ."
(رواه البخاري ومسلم)

Artinya:
“Tidaklah seorang mukmin tertimpa kelelahan, penyakit, kesedihan, kesusahan, gangguan, atau kegundahan — bahkan duri yang menusuknya — melainkan Allah akan menghapus sebagian dari kesalahannya karenanya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dan dalam hadis lain:

"لَوْ يَعْلَمُ الْمُؤْمِنُ مَا لَهُ عِنْدَ اللَّهِ مِنَ الْأَجْرِ فِي الْمَصَائِبِ، لَتَمَنَّى أَنْ يُقَرَّضَ بِالْمَقَارِيضِ."
(رواه الترمذي وقال حديث حسن غريب)

Artinya:
“Seandainya seorang mukmin mengetahui pahala yang disediakan Allah baginya atas musibah, niscaya ia akan berharap agar tubuhnya digunting (karena musibah)!”
(HR. Tirmidzi)

Hadis ini menggambarkan betapa luasnya rahmat dan pahala di balik ujian, sampai-sampai manusia yang diuji di dunia akan berharap di akhirat agar bisa diuji lagi jika ia tahu betapa besarnya ganjaran itu.


🌸 8. Allah Bersama Orang yang Sabar

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 153)

Bersama — bukan hanya berarti menolong, tetapi menyertai dengan rahmat, kasih, dan perlindungan.
Orang sabar tidak pernah benar-benar sendiri, sebab Allah selalu bersamanya.


🌷 Penutup

Sabar bukan berarti diam tanpa usaha, melainkan teguh dalam iman, tenang dalam ujian, dan yakin pada janji Allah.

وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ۝ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ۝
“Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.”
(QS. Al-Baqarah: 155–156)

Siapa pun yang sabar, sesungguhnya ia sedang berjalan menuju kedekatan dengan Allah, menuju ketenangan yang abadi di sisi-Nya.


🕊️ 

Tuesday, September 23, 2025

Para Syuhada Uhud: Hidup Bahagia di Surga


 




🌿

Di tengah derasnya arus dunia, kita sering lupa bahwa kemuliaan sejati bukanlah pada panjangnya usia, melainkan pada bagaimana kita mengisinya. Kisah para syuhada Perang Uhud yang diabadikan Allah dalam QS. Âli ‘Imrân ayat 170 adalah pengingat yang menggugah: mereka yang gugur di jalan Allah bukanlah mati, melainkan hidup di sisi-Nya, diberi rezeki dan kenikmatan yang tidak pernah kita bayangkan.

Rasulullah ﷺ menggambarkan keadaan ruh mereka berada dalam burung-burung hijau yang bebas menikmati sungai-sungai surga, buah-buahannya, dan bernaung di bawah ‘Arsy. Mereka berharap kita yang masih di dunia tahu kemuliaan ini, agar tidak ragu berjuang menegakkan kebenaran.

Pengantar ini mengajak kita berhenti sejenak, merenungi perjalanan hidup: adakah kita siap mengorbankan diri demi iman, ataukah kita masih berat melangkah? Kisah para syuhada ini bukan sekadar sejarah, tetapi cermin bagi setiap hati yang rindu pada ridha-Nya.


Temukan Alcavella - Zaura Koko Series | Baju Pria Dewasa Muslim Premium Lengan Panjang Ied Lebaran seharga Rp584.550. Dapatkan sekarang juga di Shopee! ) 






(Renungan QS. Âli ‘Imrân:170)

Allah ﷻ berfirman:

فَرِحِينَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِٱلَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا۟ بِهِم مِّنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Mereka (para syuhadâ’) bergembira dengan karunia yang Allah berikan kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang mereka (yang belum menyusul mereka) bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Âli ‘Imrân:170)

Ayat ini turun berkenaan dengan para syuhada Perang Uhud. Dalam sebuah hadits 


Sahih Muslim no. 1887 tentang ruh para syuhada yang berada dalam burung hijau dan keistimewaan mereka. :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ
أَرْوَاحُهُمْ فِي جَوْفِ طَيْرٍ خُضْرٍ لَهَا قَنَادِيلُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَسْرَحُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ شَاءَتْ ثُمَّ تَأْوِي إِلَى تِلْكَ الْقَنَادِيلِ فَاطَّلَعَ إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ اطِّلاَعَةً فَقَالَ هَلْ تَشْتَهُونَ شَيْئًا قَالُوا أَيَّ شَيْءٍ نَشْتَهِي وَنَحْنُ نَسْرَحُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ شِئْنَا فَفَعَلَ ذَلِكَ بِهِمْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَلَمَّا رَأَوْا أَنَّهُمْ لَنْ يُتْرَكُوا مِنْ أَنْ يُسْأَلُوا قَالُوا يَا رَبِّ نُرِيدُ أَنْ تَرُدَّ أَرْوَاحَنَا فِي أَجْسَادِنَا حَتَّى نُقْتَلَ فِي سَبِيلِكَ مَرَّةً أُخْرَى بِاللهِ اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

(Sahih Muslim 1887)

Terjemahan ringkasnya:

“Ruh mereka berada dalam perut-perut burung hijau yang memiliki lampu-lampu gantung di bawah ‘Arsy, mereka bebas berkeliaran dari surga di mana saja mereka suka, kemudian mereka kembali ke lampu-lampu tersebut. Tuhannya memandang mereka dan bertanya: Apakah kalian menginginkan sesuatu? Mereka menjawab: ‘Apa yang kami inginkan—kami bebas berkeliaran dari surga ke mana kami mau.’ Allah bertanya tiga kali. Setelah mereka menyadari bahwa mereka tidak akan dibiarkan tanpa diberi pertanyaan, mereka berkata: ‘Ya Rabb, kami ingin agar Engkau kembalikan ruh kami ke badan kami supaya kami bisa terbunuh di jalan-Mu sekali lagi.’ Maka Allah melihat bahwa mereka tidak butuh apa pun lagi, lalu dibiarkan dalam kegembiraan mereka.”


Hadits ini memberi gambaran indah: para syuhada hidup dalam kebahagiaan, ruh mereka berada dalam burung-burung hijau yang bebas menjelajahi sungai-sungai dan buah-buahan surga, lalu kembali ke lentera emas di bawah naungan ‘Arsy. Mereka berharap kaum mukminin yang masih di dunia mengetahui kemuliaan mereka agar tidak berat membela agama Allah.

Renungan ini menjadi pengingat bahwa mati syahid bukanlah akhir, melainkan kehidupan yang penuh kemuliaan. Ayat ini juga menjadi motivasi bagi orang beriman untuk tetap teguh membela kebenaran, tidak takut dan tidak bersedih hati, sebab balasan Allah jauh lebih agung dari pengorbanan kita.


Pesan yang Bisa Diambil

  1. Orang yang gugur di jalan Allah bukanlah mati dalam pengertian kita; mereka hidup di sisi Allah.
  2. Para syuhada merasakan kenikmatan surga bahkan sebelum kiamat tiba.
  3. Keinginan para syuhada agar kita tidak takut berjuang membela agama menjadi motivasi bagi kita untuk tetap teguh di atas iman.






Friday, September 5, 2025

Kematian: Peringatan Abadi bagi Setiap Jiwa

 









Kematian: Peringatan Abadi bagi Setiap Jiwa

Pengantar

Kematian adalah sebuah kepastian. Tidak ada seorang pun yang mampu menghindarinya, baik ia raja maupun rakyat, kaya maupun miskin, muda maupun tua. Dunia ini hanyalah persinggahan sementara, tempat kita diuji apakah kita benar-benar tunduk kepada Allah atau justru terpedaya oleh gemerlap dunia.

Allah ﷻ telah menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa kematian adalah keniscayaan yang tidak bisa ditunda barang sedetik pun. Kesadaran akan hal ini seharusnya menjadi pengingat agar kita tidak terlena oleh harta, kedudukan, atau kesenangan dunia yang fana.


Kepastian Kematian

Allah ﷻ berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia itu hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali Imran: 185)

Ayat ini menegaskan bahwa kemenangan sejati bukanlah banyaknya harta, tingginya jabatan, atau panjangnya usia, melainkan selamat dari api neraka dan masuk ke dalam surga Allah.


Harta Bukan Jaminan

Sering kali manusia terjebak dalam ilusi harta. Mereka mengira bahwa dengan harta yang bertumpuk, hidup akan selamat. Padahal Allah ﷻ mengingatkan:

وَمَا أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا زُلْفَىٰ إِلَّا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا
“Dan harta-hartamu serta anak-anakmu itu, sekali-kali tidaklah mendekatkan kamu kepada Kami, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih.” (QS. Saba’: 37)

Harta hanyalah ujian. Bagi yang kaya, apakah ia bersyukur, berzakat, dan berinfak? Bagi yang miskin, apakah ia tetap bersabar, tidak berputus asa, dan menjaga kehormatan dirinya?

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ
“Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau. Allah menjadikan kalian sebagai khalifah di dalamnya, lalu Dia akan melihat bagaimana kalian berbuat.” (HR. Muslim no. 2742)


Hidayah Lebih Berharga dari Harta

Apa arti harta jika tanpa hidayah? Berapa banyak orang kaya yang tersiksa batinnya, kehilangan arah hidup, dan mati dalam keadaan lalai dari Allah.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 

قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ

Katakanlah (Nabi Muhammad kepada Ummat mu yang sudah beriman ), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya itu ( hidayah Allah), hendaklah mereka bergembira. Itu ( hidayah Allah) lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.”

(Yūnus ayat:58)



Allah ﷻ berfirman:

وَمَن يُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُۥ
“Dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.” (QS. At-Taghabun: 11)

Petunjuk Allah adalah cahaya yang lebih berharga dari segala harta. Tanpa hidayah, harta hanya menjadi beban yang menyeret pemiliknya ke dalam siksa.

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah akan memahamkannya tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71, Muslim no. 1037)


Penutup 

Saudaraku, hidup ini hanyalah perjalanan singkat menuju akhirat. Harta, jabatan, dan dunia yang kita kejar mati-matian hanyalah titipan. Sementara itu, amal shalih, dzikir, doa, dan ketundukan hati kepada Allah lah yang akan menemani kita di alam kubur.

Ingatlah, kematian tidak pernah mengetuk pintu. Ia bisa datang kapan saja, tanpa peringatan. Maka berbekallah dengan hidayah, amal shalih, dan hati yang selalu rindu bertemu Allah.

Semoga Allah ﷻ menjadikan kita hamba-hamba yang selalu sadar bahwa dunia hanyalah ujian, dan kemenangan sejati adalah ketika kelak kita dipanggil dengan kalimat penuh kemuliaan:

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً فَادْخُلِي فِي عِبَادِي وَادْخُلِي جَنَّتِي
“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai. Maka masuklah ke dalam (golongan) hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. Al-Fajr: 27–30)






Monday, September 1, 2025

Pelajaran Syukur dari Jin dalam Surah Ar-Rahman, sebagai Makhluk Allah

 




Temukan Aghnisan Long Lite Classy Baju Olahraga Muslimah Syari seharga Rp378.000. Dapatkan sekarang juga di Shopee


Temukan kisah unik tentang jawaban jin saat Rasulullah ﷺ membacakan Surah Ar-Rahman. Dalil lengkap dalam bahasa Arab, tafsir ulama, serta pelajaran syukur yang mendalam dari ayat ‘Fabi ayyi alaa rabbikuma tukadzdziban’.”



Pelajaran Syukur dari Jin dalam Surah Ar-Rahman, sebagai Makhluk Allah

Pendahuluan

Surah Ar-Rahman adalah salah satu surah Al-Qur’an yang paling indah dan penuh dengan pengulangan ayat “فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ”Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu berdua ( jin dan manusia) yang kamu berdua dustakan ( kamu tidak percaya itu dariku ( Allah) ?”. Ayat ini diulang sebanyak 31 kali, sebagai pengingat bagi manusia dan jin agar selalu menyadari betapa banyak nikmat Allah yang diberikan.

Namun, ada sebuah kisah menarik ketika Rasulullah ﷺ membacakan Surah Ar-Rahman kepada para sahabat. Beliau mengungkapkan bahwa jin justru lebih baik dalam memberikan jawaban dibanding manusia. Mari kita simak dalil dan pelajarannya.


Hadits tentang Jawaban Jin

Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia berkata:

«قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ سُورَةَ الرَّحْمَنِ عَلَى أَصْحَابِهِ فَسَكَتُوا، فَقَالَ: لَقَدْ قَرَأْتُهَا عَلَى الْجِنِّ لَيْلَةَ الْجِنِّ فَكَانُوا أَحْسَنَ مَرْدُودًا مِنْكُمْ، كُنْتُ كُلَّمَا أَتَيْتُ عَلَى قَوْلِهِ: ﴿فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ﴾ قَالُوا: لَا بِشَيْءٍ مِنْ نِعَمِكَ رَبَّنَا نُكَذِّبُ، فَلَكَ الْحَمْدُ»
(HR. at-Tirmidzi no. 3291, al-Bayhaqi dalam Syu’ab al-Iman)

Artinya:
“Rasulullah ﷺ membacakan Surah Ar-Rahman kepada para sahabat, lalu mereka terdiam. Beliau bersabda: ‘Sungguh aku telah membacakannya kepada para jin pada malam jin, maka mereka lebih baik jawabannya daripada kalian. Setiap kali aku sampai pada firman Allah: ﴿فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ﴾, mereka menjawab: ‘Tidak ada sedikit pun dari nikmat-Mu, wahai Rabb kami, yang kami dustakan; bagi-Mu segala puji.’


Tafsir Ulama tentang Hadits Ini

  1. Tafsir Al-Qurṭubī
    Menukil hadits di atas dan menekankan bahwa jin menjawab dengan penuh syukur, berbeda dengan manusia yang sering diam dan lalai.

  2. Tafsir Jalalayn
    Menyebutkan bahwa jin memberi respon yang benar: mengakui nikmat Allah dan memuji-Nya.

  3. Ad-Durr al-Manthūr (As-Suyūṭī)
    Menghimpun riwayat dari banyak sanad yang menegaskan respons jin setiap kali mendengar ayat tersebut.


Pelajaran yang Bisa Diambil

  1. Syukur adalah jawaban terbaik
    Ketika Allah mengingatkan tentang nikmat-Nya, seharusnya manusia menjawab dengan pengakuan dan rasa syukur, bukan diam.

  2. Jin bisa lebih taat dibanding manusia
    Kisah ini menunjukkan bahwa sebagian jin beriman dan tunduk kepada Allah. Bahkan mereka langsung menjawab dengan kalimat penuh pengakuan:

لَا بِشَيْءٍ مِنْ نِعَمِكَ رَبَّنَا نُكَذِّبُ فَلَكَ الْحَمْدُ

  1. Peringatan bagi manusia yang lalai
    Jika jin bisa mengakui nikmat Allah, bagaimana mungkin manusia yang melihat dan merasakan nikmat itu setiap hari justru mendustakannya?

Penutup

Surah Ar-Rahman bukan hanya bacaan yang indah, tetapi juga dialog terbuka antara Allah dengan manusia dan jin. Respons jin yang penuh syukur menjadi teladan bagi kita: setiap kali mendengar atau membaca ayat “فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ”, hendaknya hati kita menjawab dengan ikhlas:

“Tidak ada sedikit pun nikmat-Mu, ya Allah, yang kami dustakan; segala puji hanya untuk-Mu.”

Semoga kita menjadi hamba yang lebih peka dalam mensyukuri nikmat Allah, dan tidak kalah dengan jin dalam merespons ayat-ayat-Nya.






Menemukan Ketenangan Jiwa Lewat Shalat Lima Waktu

 




(   Temukan Jubah Gamis Pria slimfit ALIF jubah gamis pria muslim jubbah thobe busana muslim kurta jubah alfaan gamis alzan gamis jubah hitam jubah putih lengan panjang seharga Rp145.425. Dapatkan sekarang juga di Shopee!  ) 


🕌 Menemukan Ketenangan Jiwa Lewat Shalat Lima Waktu

Pendahuluan

Di era modern ini, banyak orang merasa hidup penuh tekanan, gelisah, dan kehilangan arah. Hati manusia mendambakan ketenangan, namun rutinitas dunia seringkali membuatnya jauh dari kedamaian. Dalam Islam, Allah telah memberikan jawaban sederhana namun agung: shalat lima waktu.

Shalat bukan hanya kewajiban, melainkan hadiah spiritual yang menenangkan pikiran, menyejukkan hati, dan menguatkan jiwa. Setiap kali seorang Muslim mendirikan shalat, ia sedang memperbarui hubungan dengan Allah sekaligus menata ulang ketenangan batinnya.


Shalat sebagai Sumber Kedamaian Batin

Shalat adalah momen percakapan hamba dengan Rabb-nya. Setiap takbir merupakan jeda dari hiruk-pikuk dunia, dan setiap sujud adalah pelepasan beban. Pada posisi paling rendah itulah seorang Muslim justru merasakan kekuatan terbesar—yaitu dengan berserah diri sepenuhnya kepada Allah.

Para pakar psikologi saat ini mendorong praktik mindfulness untuk mengurangi stres. Menariknya, Islam sudah mengajarkan bentuk mindfulness ini sejak lebih dari 14 abad yang lalu melalui shalat. Dengan khusyuk dalam shalat, seorang Muslim melatih fokus, kesadaran diri, dan sekaligus menenangkan jiwanya.


Landasan Qur’ani: Shalat Membawa Ketenangan

Al-Qur’an berulang kali menegaskan fungsi shalat sebagai penuntun dan penenang hati:

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya).”
(QS. Al-‘Ankabut: 45)

“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa shalat bukan semata ritual, melainkan juga terapi ruhani yang menenangkan jiwa.


Manfaat Shalat dalam Pandangan Ilmiah

Selain dimensi spiritual, shalat juga terbukti bermanfaat secara ilmiah. Penelitian modern menunjukkan bahwa ibadah rutin seperti shalat mampu:

  • Menurunkan tingkat stres.
  • Menyeimbangkan emosi.
  • Memperbaiki kualitas tidur.
  • Menguatkan daya tahan tubuh.

Gerakan shalat—berdiri, rukuk, sujud—mendorong sirkulasi darah lebih baik, melatih fleksibilitas, sekaligus memberikan relaksasi alami. Tidak heran bila banyak Muslim merasakan keseimbangan jiwa-raga setelah menjaga shalat dengan disiplin.


Tips Agar Shalat Lebih Menenangkan

Agar shalat benar-benar menghadirkan kedamaian, kita perlu menjaganya dengan penuh kesadaran. Beberapa langkah sederhana berikut bisa membantu:

  1. Hadirkan niat sebelum shalat – tarik napas dalam, ingat bahwa Anda sedang berdiri di hadapan Allah.
  2. Baca dengan perlahan – biarkan setiap ayat menyentuh hati.
  3. Gunakan sujud sebagai curhat kepada Allah – ceritakan keluh kesah, doa, dan harapan.
  4. Shalat tepat waktu – menjaga waktu shalat membantu hati lebih tenteram sepanjang hari.
  5. Lanjutkan dengan dzikir dan doa – panjangkan ibadah setelah salam, agar hati tetap lembut.

Renungan Sehari-hari

Cobalah perhatikan perbedaan hari ketika shalat dijaga tepat waktu dengan hari ketika ditunda. Banyak Muslim merasakan hidup lebih ringan, hati lebih tenang, dan pikiran lebih teratur saat shalat ditegakkan dengan baik.

Seorang sahabat pernah berkata:

“Ketika aku menjaga shalatku, hatiku terasa aman. Tapi saat aku menunda atau melalaikannya, hidupku terasa kacau.”

Itulah bukti nyata janji Allah: shalat menghadirkan perlindungan dan ketenangan.


Penutup

Kedamaian sejati bukan berarti hidup tanpa masalah, melainkan hati yang senantiasa merasa ditemani Allah. Shalat lima waktu adalah kunci untuk memperoleh ketenangan itu—bukan beban, melainkan rahmat.

Setiap adzan yang berkumandang adalah undangan untuk kembali kepada Allah. Sambutlah dengan hati yang hadir, dan rasakan kedamaian yang mengalir dalam jiwa.



Thursday, August 28, 2025

Saat Dosa Membuatmu Terluka, Jangan Putus Asa dari Rahmat Allah"


Saat Dosa Membuatmu Terluka, Jangan Putus Asa dari Rahmat Allah"



(Lanjutan dari: "Hidup Itu Pasti Diuji")


🌫️ Pengantar: Saat Dosa Membuat Jiwa Guncang

Dalam kenyataan hidup, banyak manusia yang akhirnya terjerumus dalam dosa—baik disengaja maupun tidak disengaja.

Ada yang tergelincir karena hawa nafsu…
Ada yang jatuh karena tekanan dan keputusasaan…
Ada pula yang terlahir dalam lingkungan jauh dari agama, lalu tidak tahu arah pulang.

Dan yang paling menyakitkan adalah, ketika seseorang sudah beriman, tetapi masih terjebak dalam dosa besar…
Mereka tahu itu salah…
Mereka sadar, dan di situlah syaitan mulai memainkan peran keji:
mendramatisir dosa, membisikkan rasa malu, menyulut rasa takut berlebihan kepada Allah.


🔥 Saat Syaitan Menjadikan Dosa Sebagai Jerat Putus Asa

Setan tidak hanya menjerumuskan orang ke dalam maksiat,
tetapi juga berusaha menutup jalan taubat setelahnya.

Ia berbisik:

“Engkau sudah terlalu kotor… tak akan diterima taubatmu.”
“Engkau sudah tahu itu haram, kenapa masih dilakukan? Sudah… percuma bertobat.”
“Allah pasti murka padamu. Kau lebih baik mati saja…”

⚠️ Inilah mengapa banyak orang yang merasa hancur oleh dosanya sendiri:

  • Ada yang sampai ingin mengakhiri hidup, karena merasa telah menodai dirinya di hadapan Allah.
  • Ada yang melanjutkan dosanya lebih jauh, karena merasa dirinya tidak bisa lagi kembali.
  • Ada yang memilih menyendiri, menangis tiap malam, tapi tak berani berdoa, merasa tak layak.

Dan di sinilah peranan ayat agung itu muncul, seperti pelita di tengah malam yang gelap:

قُلْ يَـٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ
"Katakanlah (wahai Nabi): Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah..."
إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
(QS Az-Zumar: 53)


💔 Mengapa Ayat Ini Turun?

Ibnu Abbas berkata bahwa ayat ini turun berkenaan dengan sekelompok orang musyrik di Makkah.
Mereka telah membunuh, berzina, dan mencuri.
Lalu mereka bertanya kepada Rasulullah ﷺ:

“Apa yang kamu serukan ini sungguh baik… Tapi apakah ada harapan bagi kami yang telah berbuat begitu banyak dosa?”
Mereka sungguh ingin kembali kepada Allah, tetapi takut dosa mereka terlalu besar.

Lalu Allah turunkan ayat ini untuk membuka pintu:

"Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya."

Itu bukan hanya bagi mereka…
Itu juga untuk kita semua.


🌧️ Kesalahan Bukan Akhir Segalanya

Sahabatku, tidak ada seorang pun dari kita yang suci.
Semua orang pasti pernah berdosa.
Tapi dosa tidak seharusnya menjadi akhir kisah, melainkan awal perubahan.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Setiap anak Adam pasti pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat."
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
(HR. Tirmidzi, no. 2499)


⚖️ Takut kepada Allah Itu Baik, Tapi Jangan Lupakan Harap

Sebagian orang merasa malu dan takut kepada Allah secara berlebihan, sampai merasa tidak pantas mendekat.

Padahal agama ini dibangun atas dua sayap: takut (khouf) dan harap (raja’).
Jika hanya takut, maka seseorang bisa putus asa.
Jika hanya berharap, maka seseorang bisa sembrono.

🔑 Imam Ibnu Qayyim rahimahullah mengatakan:

“Seorang mukmin itu berjalan menuju Allah dengan dua sayap: rasa takut dan harapan. Dan cinta adalah penggerak utama yang mendorong ia terus melangkah.”


💡 Maka, Apa yang Harus Dilakukan?

  1. Jangan biarkan bisikan putus asa itu tumbuh.
    Ingatkan diri dengan ayat dan hadis yang memberi harapan.
  2. Mulailah dari langkah kecil: istighfar setiap hari, salat tepat waktu, bangun malam meski satu rakaat.
  3. Datangi majelis ilmu dan berteman dengan orang-orang yang salih.
  4. Percaya bahwa Allah tidak pernah jenuh menerima taubat.

"Sesungguhnya Allah akan menerima taubat seorang hamba selama nyawanya belum sampai di tenggorokan."
إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ
(HR. Tirmidzi, no. 3537, sahih)


🌺 Penutup: Jalan Pulang Selalu Terbuka

Jika hari ini kamu masih hidup, itu bukan karena kebetulan.
Itu adalah undangan dari Allah, bahwa masih ada waktu untuk kembali.

Rahmat-Nya lebih luas dari langit dan bumi.
Bahkan jika dosamu setinggi langit, dan sedalam samudra…

“Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemurkaan-Ku.”
إِنَّ رَحْمَتِي سَبَقَتْ غَضَبِي
(HR. Bukhari dan Muslim)

Jangan putus asa. Kembalilah. Allah masih menunggumu.

Thursday, August 21, 2025

Tangisan yang Menggetarkan: Saat Nabi Muhammad ﷺ Wafat



Tangisan yang Menggetarkan: Saat Nabi Muhammad ﷺ Wafat

Kehidupan Rasulullah ﷺ adalah cahaya bagi umat manusia. Beliau bukan hanya seorang nabi dan rasul, tetapi juga teladan yang membawa kasih sayang, pengorbanan, dan kebenaran. Tidak ada manusia yang lebih dicintai oleh para sahabat dibandingkan beliau. Maka, ketika kabar wafatnya Rasulullah ﷺ tersiar, seluruh Madinah diliputi kesedihan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Kesedihan yang Menggetarkan Hati

Hari Senin, 12 Rabiul Awal tahun ke-11 Hijriah menjadi hari yang paling kelam bagi umat Islam. Rasulullah ﷺ menghembuskan napas terakhir di pangkuan istrinya, ‘Aisyah r.a. Saat itu, beliau mengucapkan kalimat:

"اللَّهُمَّ الرَّفِيقَ الأَعْلَى"
"Ya Allah, (pertemukan aku dengan) Ar-Rafiq Al-A‘la (teman yang Maha Tinggi)."

Tangisan pun pecah di rumah Rasulullah ﷺ. Para sahabat terdiam, sulit menerima kenyataan bahwa utusan Allah yang mereka cintai kini telah tiada.

Umar bin Khattab yang Tak Percaya

Umar bin Khattab r.a. yang dikenal tegas dan pemberani bahkan sempat tak percaya dengan kabar wafatnya Rasulullah ﷺ. Ia berkata dengan suara lantang:

"Barang siapa berkata Muhammad telah wafat, akan kupenggal dengan pedangku! Sesungguhnya beliau hanya pergi menemui Tuhannya, sebagaimana Musa bin Imran yang pergi dan kembali setelah empat puluh malam."

Begitu besar cinta dan rasa kehilangan hingga Umar tak sanggup menerima kenyataan tersebut.

Abu Bakar Menenangkan Umat

Namun, Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a., sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah ﷺ, segera menenangkan umat. Ia masuk ke kamar ‘Aisyah r.a., membuka kain penutup wajah Rasulullah ﷺ, lalu menciumnya seraya berkata:

"Demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, engkau indah saat hidup dan indah pula saat wafat."

Kemudian Abu Bakar keluar menemui kaum Muslimin yang diliputi kebingungan, lalu berkata dengan suara yang tegar namun penuh air mata:

"Barang siapa di antara kalian yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah wafat. Tetapi barang siapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tidak akan pernah mati."

Lalu beliau membaca firman Allah ﷻ:

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ ۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِيْن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ انقَلَبْتُمْ عَلٰى أَعْقَابِكُمْ ۗ وَمَن يَنقَلِبْ عَلٰى عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ اللَّهَ شَيْـًٔا ۗ وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ
(Ali ‘Imran: 144)

Artinya:
"Muhammad itu hanyalah seorang rasul. Sungguh, telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kalian akan berbalik ke belakang? Barang siapa berbalik ke belakang, maka dia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun. Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."

Ayat ini meneguhkan hati para sahabat. Mereka tersadar bahwa perjuangan Islam tidak berhenti dengan wafatnya Rasulullah ﷺ.

Hikmah di Balik Tangisan

Tangisan pada hari wafatnya Rasulullah ﷺ adalah tangisan cinta, kehilangan, dan kerinduan. Namun sekaligus menjadi pengingat bahwa kehidupan dunia ini sementara, sedangkan Allah ﷻ adalah Zat yang kekal.

Wafatnya Rasulullah ﷺ juga menegaskan bahwa agama ini tidak bergantung pada sosok, tetapi mo pada ajaran yang beliau bawa. Islam   terjaga hingga akhir zaman.

Penutup

Setiap kali kita mengenang wafatnya Rasulullah ﷺ, hati ini bergetar. Kita seakan mendengar tangisan para sahabat yang ditinggalkan. Namun, dari peristiwa itu kita belajar untuk meneguhkan iman: bahwa hanya Allah ﷻ yang kekal, dan tugas kita adalah melanjutkan risalah Nabi dengan amal saleh.

Semoga Allah ﷻ mengaruniakan kita hati yang selalu rindu kepada Rasulullah ﷺ, hingga kelak bisa berkumpul bersama beliau di surga-Nya.

اللَّهُمَّ اجْمَعْنَا بِرَسُولِكَ فِي الْجَنَّةِ
"Ya Allah, kumpulkanlah kami bersama Rasul-Mu di surga."


Saturday, August 16, 2025

Pahami mengapa Solat harus dengan benar



Bismillahirrahmanirrahim


Saudara,.. Sudah berapa tahun kita menunaikan salat? Lima kali sehari, paling sedikit. Berulang-ulang. Tapi pernahkah kita merenung: Apakah salat kita diterima oleh Allah?

Apakah kita yakin, benar-benar yakin, bahwa salat yang kita lakukan selama ini sesuai dengan yang dikehendaki-Nya?


Salat bukan sekadar gerakan. Bukan rutinitas tanpa rasa. Salat adalah pengakuan bahwa kita hamba dan Allah adalah Tuhan yang Maha Mulia. Maka, bila salat dikerjakan tanpa hati, tanpa ketenangan, tanpa mengikuti petunjuk Nabi, mungkinkah ia diterima?


Rasulullah ﷺ bersabda, bahwa amalan yang pertama kali dihisab di hari kiamat adalah salat.

Kalau hisaban salatnya dihukumi benar, amalan lain akan menyusul dengan hisaban yang mudah, itu artinya kecenderungan masuk surga tanpa mampir ke neraka itu besar. 


Tapi jika salatnya hisaban nya dihukumi salah, maka seluruh amal lainnya pun hisaban nya akan berat, itu artinya potensi mampir neraka besar.

Bayangkan, seumur hidup kita salat… tetapi ternyata tidak diterima!


Pernah kah Anda berpikir tentang kelanjutan nya. Mengapa begitu penting. 

Celakalah orang yang mencuri dari salatnya—kata Nabi ﷺ. Siapa mereka? Mereka yang rukuk dan sujudnya tidak sempurna, tergesa-gesa, tidak tumakninah.

Berapa banyak di antara kita yang seperti itu?


Salat adalah tiang agama. Jika tiang ini patah, bagaimana kita berharap bangunan Islam dalam diri kita tetap berdiri?


Inilah mengapa kita harus belajar kembali bagaimana salat yang benar.

Salat yang sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya.

Salat yang tenang.

Salat yang khusyuk.

Salat yang dimengerti maknanya.

Salat yang bukan hanya dikerjakan oleh badan, tapi juga oleh hati yang hadir.


Karena jika hisaban salat diterima, semua urusan hisaban yang lain kita akan dipermudah oleh Allah. Tapi bila salat ditolak, maka apa lagi yang bisa kita andalkan?


Mari perbaiki salat, sebelum ajal menjemput.


Masalah nya Saudara, potensi masuk neraka atau masuk surga, adalah kebenaran yang hakiki sama sekali, yang harus jadi pikiran utama satu satu nya ummat. 


Maka itu pahami solat mengapa harus dilakukan dengan benar. 

Kalau boleh saya saran, biarlah kita meributkan diri kita sendiri dalam rangka mencari kebenaran ilmu ibadah solat sekarang, selagi masih hidup, selagi masih di dunia. 

Kalau ternyata salah masih bisa diperbaiki, kita bertaubat, kemudian kita perbaiki kita jaga sampai ajal kita masing-masing. 

Tapi kalau kita tunda, sementara ajal datang tiba-tiba, tak seorang pun tau kapan ajal dan dimana, tak ada yang tau, resiko tinggi, karena musuh abadi orang orang yang beriman adalah syaiton,

yang mengangan angan manusia urusan dunia lebih utama untuk dipikirkan ketimbang akhirat. 

 Sementara orang tidak bisa melihat syaiton dan bagaimana dia mempengaruhi manusia, bahkan masuk melalui aliran darah manusia. Jangan jangan anda tak tahu tentang ini. 


Salat adalah tiang agama. Itu maksudnya, kalau solat nya saja tidak di urus dengan baik, maka amalan lainnya akan juga diremehkan  manusia, alamat keimanannya akan tidak terjaga

Dia tidak akan merasa sudah keluar dari agama nya. Ketika ajal yang tiba-tiba menghampiri nya, dia tidak tertolong. Orang seperti ini, bukan saja mampir tapi bahkan kekal di neraka dalam keadaan hina. 


Jadi solat, Ia, bukan sekadar kewajiban lima waktu yang dikerjakan karena kebiasaan atau dikerjakan asal asalan. Padahal Salat adalah penghubung langsung antara hamba dan Tuhannya. Tapi salat hanya akan diterima bila dilakukan dengan benar — sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.


Rasulullah ﷺ bersabda:


«رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلَامُ، وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ»

“Pokok segala urusan adalah Islam, dan tiangnya adalah salat.”

(HR. Tirmidzi)


Bila tiangnya roboh, maka bangunan agama pun tidak akan berdiri tegak. Agama sudah tidak ada pada orang itu, tanpa sadar. 

 Inilah sebabnya, mengapa hisab pertama di hari kiamat adalah salat. Rasulullah ﷺ bersabda:


«إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ»

“Amalan pertama yang akan dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah salatnya.”

(HR. Abu Dawud)


Jika salatnya hisaban baik, maka seluruh amal yang lain di hisab dengan mudah akan baik. Jika dihukumi rusak, maka semua amal lainnya akan dihisab dengan teliti, potensi mampir neraka besar sekali. Secara dalil sangat mengerikan. Kalau kita melupakan pada Allah, Allah pun akan membiarkan kita nanti disana tidak akan ditolong. Berbekallah dengan taqwa. 


Salat Harus Sesuai Tuntunan Rasulullah ﷺ

Banyak orang mengira sudah cukup dengan sekadar "niat baik" dan gerakan salat. Padahal, yang menentukan diterima tidaknya ibadah adalah ketaatan pada perintah, bukan sekadar niat.


Rasulullah ﷺ bersabda:


«صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي»

“Salatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku salat.”

(HR. Bukhari)


Artinya, salat yang sah adalah yang mengikuti tuntunan Rasulullah, mulai dari takbiratul ihram, bacaan, rukuk, sujud, duduk di antara dua sujud, sampai salam. Semua harus sesuai sunnah.


Dimana anda dapat kan hanya di kitab kitab al hadis, seperti yang terkenal Bukhori, Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, Nasa'i, Ibnu Majah, ya kitabussitta, yang sebenarnya masih ada lagi beberapa yang lain. 


Disitu lah sumber ilmu disamping Alquran , untuk ibadah pada Allah, dalam hal ini yang kita bicarakan bab urusan solat. 


Bagaimana anda mendapatkan nya, Anda harus berguru, tidak boleh anda baca sendiri umpama anda bisa berbahasa Arab. 

Cari Guru yang bersanad. Kalau ingin keterangan lebih jauh lebih dalam bisa ikuti pada "Nasihat Islami untuk kesehatan jiwa dan raga" disini, atau bisa mengisi di kolom komentar tempat kita dengan niat berbagi pikiran untuk kemashlahatan ummat. 


Bahaya, bila dihukumi, Mencuri Dalam Salat

Rasulullah ﷺ memperingatkan kita:


«أَسْوَأُ النَّاسِ سَرِقَةً الَّذِي يَسْرِقُ مِنْ صَلَاتِهِ»

“Sejahat-jahat pencuri adalah orang yang mencuri dari salatnya.”

(HR. Ahmad)


Sahabat bertanya, “Bagaimana ia mencuri dari salatnya?” Rasul menjawab:


«لَا يُتِمُّ رُكُوعَهَا وَلَا سُجُودَهَا»

“Dia tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya.”


Sering kita lihat orang salat seperti dikejar waktu. Belum sempurna sujud, sudah bangkit. Belum tenang dalam duduk, sudah berdiri. Ini bukan salat, tapi gerakan yang kosong dari ruh ibadah. Salat Harus Khusyuk dan Tumakninah

Allah berfirman:


قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ ۝ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ

“Sungguh beruntung orang-orang beriman, yaitu yang khusyuk dalam salatnya.”

(QS. Al-Mu’minun: 1–2)


Dan firman-Nya pula:


وَيِلٌ لِّلْمُصَلِّينَ ۝ الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ

“Celakalah orang-orang yang salat, yaitu yang lalai dari salatnya.”

(QS. Al-Ma’un: 4–5)


Khusyuk adalah hadirnya hati, bukan sekadar lambat gerakan. Tumakninah adalah tenangnya anggota tubuh saat rukuk, sujud, dan duduk. Dua hal inilah yang sering dilupakan orang zaman sekarang.


Padahal, Nabi ﷺ bersabda kepada orang yang salat terburu-buru:


«ارْجِعْ فَصَلِّ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ»

“Kembalilah dan ulangi salatmu, karena engkau belum salat.”

(HR. Bukhari dan Muslim)


Berulang kali diucapkan oleh Rasulullah ﷺ, karena salat orang tersebut tidak memenuhi syarat sah secara syariat.


Salat yang Benar Akan Mencegah Dosa

Allah berfirman:


إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ

“Sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.”

(QS. Al-‘Ankabut: 45)


Jika seseorang masih melakukan dosa padahal rajin salat, maka perlu muhasabah (introspeksi): apakah salatnya benar-benar sesuai tuntunan? Apakah hatinya hadir ketika ia berdiri di hadapan Allah?


Mari Kita Menjaga dan men cek Salat Kita

Saudara... Salat bukan main-main. Ia bukan formalitas. Ia adalah penghubung antara kita dan Allah. Maka itu manfaatkan waktu itu. 

Disitu juga Salah satu jalan untuk sampai ke surga dan selamat dari Siksa neraka. 


 Jika penghubung itu rusak, bagaimana kita bisa berharap ridha dan pertolongan dari-Nya?


Mari belajar kembali cara salat Rasulullah ﷺ.

Mari khusyuk, tumakninah, pahami makna bacaan, hadirkan hati.

Karena bila salat diterima, seluruh amal akan lebih mudah diterima.

“Jadikan salatmu perjumpaan dengan Allah, bukan sekadar rutinitas.”

Solat adalah waktu yang senantiasa dinantikan oleh Ummat yang beriman pada Allah SWT. 

Barakallahu fiikum. 

Friday, August 15, 2025

Tiga Ilmu di Sisi Allah dan Hikmah Allah Tidak Mewajibkan Semua Ilmu Dunia

 





Tiga Ilmu di Sisi Allah dan Hikmah Allah Tidak Mewajibkan Semua Ilmu Dunia

Pengantar

Di antara sekian banyak bidang ilmu yang tersebar di muka bumi, Allah ﷻ dengan rahmat dan hikmah-Nya hanya menjadikan tiga jenis ilmu sebagai inti yang wajib dipelajari setiap Muslim. Rasulullah ﷺ menegaskan dalam sabdanya bahwa selain tiga ilmu itu, semua hanyalah tambahan keutamaan.

Makna dari sabda ini sangat dalam: Allah hanya akan menanyakan tiga ilmu itu saja di akhirat. Ilmu-ilmu lain, meskipun bermanfaat, tidak akan menjadi pertanyaan wajib di hadapan-Nya.

Ini adalah karunia yang sangat besar. Mengapa?
Karena seandainya Allah mewajibkan semua ilmu dunia untuk dikuasai setiap orang — ilmu kedokteran, teknik, astronomi, hukum, ekonomi, seni, pertanian, dan ratusan bidang lainnya — maka tidak ada satu pun manusia yang akan mampu memenuhinya.
Jika semua itu diwajibkan dan akan ditanya di akhirat, dapat dipastikan seluruh manusia akan gagal dan masuk neraka, karena keterbatasan akal dan waktu kita untuk mempelajari segalanya.

Allah ﷻ berfirman:

لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
(QS. Al-Baqarah: 286)

Ayat ini menegaskan bahwa kewajiban mempelajari ilmu dibatasi pada hal-hal yang manusia sanggup memikulnya. Dan tiga ilmu yang disebutkan Rasulullah ﷺ adalah kewajiban yang pasti mampu dipelajari oleh setiap Muslim, dengan kadar yang dibutuhkan untuk menjalankan agamanya.


Realita yang Memprihatinkan

Namun kenyataan di kehidupan kita saat ini begitu memprihatinkan. Banyak orang yang mengejar ilmu dunia mati-matian, hingga di rumahnya terdapat perpustakaan besar, rak-rak penuh buku filsafat, ekonomi, teknologi, sejarah, bahkan novel tebal berjilid-jilid. Tetapi Al-Qur’an yang hanya satu mushaf, 30 juz itu nyaris tidak dibaca dan tidak dipahami.

Kitab-kitab hadis yang menjadi sumber hukum Islam, seperti Kutubus Sittah (enam kitab hadis utama), untuk ukuran Indonesia yang mayoritas Muslim, hampir tidak disentuh, apalagi dipahami secara mendalam.

Mengapa bisa demikian?
Apakah mereka tidak takut akan datangnya hari ketika Allah bertanya:

“Apa yang kamu ketahui tentang kitab-Ku? Apa yang kamu ketahui dari sabda Nabi-Ku?”

Apakah mereka tidak yakin bahwa hari hisaban itu pasti datang dan tidak seorang pun akan bisa mengelak?

Allah ﷻ berfirman:

وَقِفُوهُمْ إِنَّهُم مَّسْـُٔولُونَ
"Tahanlah mereka (di Mahsyar), sesungguhnya mereka akan ditanya."
(QS. As-Saffat: 24)


Tiga Ilmu Utama yang Wajib Dipelajari

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan lainnya, Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ الْعِلْمَ ثَلَاثَةٌ، وَمَا سِوَى ذَلِكَ فَهُوَ فَضْلٌ: آيَةٌ مُحْكَمَةٌ، أَوْ سُنَّةٌ قَائِمَةٌ، أَوْ فَرِيضَةٌ عَادِلَةٌ
"Sesungguhnya ilmu itu ada tiga, selain itu hanyalah keutamaan: Ayat yang muhkam (Al-Qur'an), Sunnah yang tegak, atau faraidh yang adil."
(HR. Abu Dawud, Ibnu Majah)

Tiga ilmu itu dapat dirinci sebagai:

  1. Ilmu Al-Qur’an — mempelajari, memahami, dan mengamalkan isi kitab Allah.
  2. Ilmu Sunnah Nabi ﷺ — memahami hadis-hadis shahih yang menjadi penjelas Al-Qur’an.
  3. Ilmu Faraidh — hukum-hukum syariat yang mengatur hak dan kewajiban, terutama dalam pembagian waris, dan hukum-hukum praktis lainnya yang dibutuhkan dalam kehidupan.


Gunakan Sisa Waktu untuk Ilmu yang Ditanya Allah

Ilmu-ilmu dunia tetap penting dan dianjurkan bagi sebagian umat (fardhu kifayah) demi kemaslahatan bersama. Tetapi jangan sampai kita mengorbankan ilmu yang akan ditanya Allah di akhirat demi mengejar ilmu yang tidak akan ditanya sama sekali.

Orang beriman yang cerdas adalah yang mempersiapkan jawaban sebelum ditanya, dan mempelajari ilmu yang pasti akan menjadi bahan hisab, sebelum waktunya habis.

Tuesday, August 12, 2025

Perjanjian Hudaibiyah: Jalan Damai Menuju Kemenangan

 




Dalam sejarah perjuangan Nabi Muhammad ﷺ, Perjanjian Hudaibiyah merupakan salah satu titik balik yang sangat penting. Ia bukan hanya kesepakatan damai antara kaum Muslimin dan Quraisy, tetapi juga menjadi siasat jangka panjang Rasulullah ﷺ untuk memperkuat posisi Islam tanpa pertumpahan darah. Namun untuk memahami pentingnya perjanjian ini, kita perlu melihatnya dalam rangkaian peristiwa besar sebelumnya: Perang Badar, Perang Uhud, dan Perang Khaibar.



1. Latar Belakang Terjadinya Perjanjian Hudaibiyah

Tahun ke-6 Hijriah, Nabi Muhammad ﷺ dan sekitar 1.400 sahabat berniat menunaikan umrah ke Makkah. Mereka tak membawa senjata perang, hanya perlengkapan musafir dan hewan sembelihan, sebagai bukti niat damai.

Namun, kaum Quraisy melarang masuknya kaum Muslimin ke Makkah dan mengirim pasukan untuk menghadang. Maka Rasulullah ﷺ dan para sahabat berhenti di sebuah tempat bernama Hudaibiyah, sekitar 20 km dari Makkah. Setelah proses diplomasi panjang, akhirnya kaum Quraisy mengirim Suhail bin Amr untuk berunding.

           Reaksi Para Sahabat: Emosi Membara

Umar bin Khattab bahkan berkata:

"Bukankah kita di atas kebenaran? Bukankah mereka orang-orang musyrik? Mengapa kita harus merendah kepada mereka?!"

Sahabat lainnya juga resah, seakan ingin berontak…

Namun…      Sikap Rasulullah ﷺ yang Luar Biasa

Nabi Muhammad ﷺ tetap tenang. Beliau melihat jauh ke depan.

Beliau bersabda:

"Aku adalah utusan Allah, dan Dia ( Allah)  tidak akan menyia-nyiakan aku."

(HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan kelembutan dan kesabaran, Nabi ﷺ meminta Ali r.a. untuk menghapus tulisan "Rasulullah" dan menggantinya dengan "bin Abdullah".

Ketika Ali enggan, Rasulullah ﷺ sendiri yang menunjuk tulisan itu dan memintanya dihapus.

Inilah wujud pengendalian diri tertinggi. Tidak membalas dengan emosi, tapi dengan visi dan hikmah dari Allah.


Benar saja, turunlah Wahyu Allah SWT, sebagai Penyejuk Jiwa (QS Al-Fath: 26)

﴿ إِذْ جَعَلَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ ٱلْجَٰهِلِيَّةِ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ وَعَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ ٱلتَّقْوَىٰ وَكَانُوٓا۟ أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًۭا ﴾

“(Yaitu) ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan, yaitu kesombongan Jahiliah, maka Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang mukmin...(QS Al-Fath: 26)

Keadaan berbalik suasana yang tadinya hampir tidak bisa dikendalikan,  dengan kuasa Allah, Allah  menurunkan ketenangan dalam jiwa Rasulullah SAW beserta para Sahabat.


2. Isi Perjanjian Hudaibiyah

Meskipun tampak merugikan kaum Muslimin, Nabi ﷺ menerima perjanjian itu karena melihat hikmah besar di baliknya. Beberapa isi pokok perjanjian:


1. Gencatan senjata antara Quraisy dan kaum Muslimin selama 10 tahun.



2. Siapa pun yang datang dari Quraisy ke Madinah tanpa izin walinya, harus dikembalikan ke Makkah.

3. Sebaliknya, siapa pun dari Madinah yang lari ke kafir Quraisy  di Mekah, tidak dikembalikan.

4. Kaum Muslimin harus pulang ke Madinah dan baru boleh menunaikan umrah tahun depan selama 3 hari saja.

5. Suku-suku Arab bebas memilih bergabung ke pihak Quraisy atau Muslimin.

6. Makkah tak lagi mengganggu. Umat Islam bebas berdakwah ke seluruh jazirah. 

(Sehingga kesempatan ini dipergunakan untuk amar makruf. Islam pun tumbuh pesat, bahkan di luar dugaan. Memicu rasa ingin tahu bangsa Arab akan Islam, yang akhirnya membawa banyak orang masuk Islam).

 



3. Strategi dan Siasat Rasulullah ﷺ

  • Sikap Rasulullah ﷺ menerima isi perjanjian yang tampaknya berat itu membuat para sahabat gelisah. Namun, beliau memahami bahwa perjanjian ini membuka ruang strategis yang luar biasa:
  • Menunjukkan kepada bangsa Arab bahwa Islam adalah agama damai.
  • Memberi kesempatan untuk berdakwah tanpa tekanan perang.
  • Membebaskan umat Islam dari tekanan Quraisy agar bisa fokus menghadapi musuh lain, seperti Yahudi Khaibar.
  • Makkah tak lagi mengganggu. Umat Islam bebas berdakwah ke seluruh jazirah. (Sehingga kesempatan ini dipergunakan untuk amar makruf. Islam pun tumbuh pesat, bahkan di luar dugaan. Memicu rasa ingin tahu bangsa Arab akan Islam, yang akhirnya membawa banyak orang masuk Islam).

Allah SWT pun menyebut perjanjian ini sebagai “kemenangan yang nyata” (fath mubīn):

> إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِينًا

"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata."

(QS. Al-Fath: 1)



4. Hubungan dengan Perang Badar, Uhud, dan Khaibar


🔸 Perang Badar (Tahun 2 H)

Perang besar pertama antara Islam dan Quraisy. Walau pasukan Muslimin jauh lebih kecil (313 orang), mereka menang besar. Hal ini mengangkat wibawa Rasulullah ﷺ dan membuat Quraisy merasa terhina.

📌 Perang Badar adalah fondasi kekuatan Islam yang membuat Quraisy mulai merasa gentar.

🔸 Perang Uhud (Tahun 3 H)

Kafir Quraisy menyerang balik dan kaum Muslimin menderita kekalahan karena ketidakdisiplinan pasukan pemanah. Namun kekalahan ini tidak menghancurkan semangat Islam.


📌 Uhud menjadi pelajaran penting bahwa kemenangan butuh kedisiplinan dan ketaatan penuh.

🔸 Perjanjian Hudaibiyah (Tahun 6 H)

Setelah Badar dan Uhud, hubungan dua pihak sangat tegang. Hudaibiyah adalah momen menurunkan ketegangan itu. Quraisy memilih jalan damai karena melihat kekuatan Islam tak bisa diremehkan.

📌 Hudaibiyah bukan akhir konflik, tapi jembatan menuju kemenangan besar.

🔸 Perang Khaibar (Tahun 7 H)

Dengan adanya perjanjian damai dengan Kafir Quraisy, Rasulullah ﷺ bebas menghadapi suku Yahudi di Khaibar yang sering berkhianat. Perang ini berakhir dengan kemenangan Islam.

📌 Perjanjian Hudaibiyah membuka ruang strategis untuk membersihkan ancaman lain.


5. Perjanjian Hudaibiyah dan Fathu Makkah

Perjanjian Hudaibiyah dilanggar oleh Quraisy ketika sekutu mereka (Bani Bakr) menyerang Bani Khuza’ah (sekutu kaum Muslimin). Maka Nabi ﷺ menyiapkan pasukan besar dan menaklukkan Makkah secara damai (Fathu Makkah) pada tahun ke-8 H.

Tanpa perjanjian Hudaibiyah, kemenangan seperti ini tidak akan mungkin terjadi dengan cara damai.


6. Pelajaran Besar dari Perjanjian Hudaibiyah

Jangan terburu-buru menilai kekalahan atau kerugian. Di baliknya bisa jadi tersimpan kemenangan yang besar.

Kemenangan sejati adalah ketika kita bisa menahan diri demi tujuan yang lebih besar.

Strategi, kesabaran, dan visi jangka panjang adalah senjata utama perjuangan.

Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa tidak semua kemenangan diraih dengan pedang; sebagian diraih dengan akal dan kesabaran.


Penutup

Perjanjian Hudaibiyah mengajarkan kepada kita bahwa dalam perjuangan dakwah dan hidup, ada kalanya kita harus berhenti sejenak bukan untuk menyerah, tetapi untuk menang lebih besar. Apa yang tampak sebagai “kemunduran” bisa jadi adalah langkah awal menuju pembebasan yang hakiki — seperti yang terjadi pada Fathu Makkah.

> "Dan Dia-lah yang menahan tangan mereka dari kalian, dan tangan kalian dari mereka di tengah Kota Makkah, setelah Dia memberi kemenangan kepada kalian atas mereka…”

                                        (QS. Al-Fath: 24)


Thursday, July 31, 2025

Pelajaran dari Pangeran Kecil: Menyambut Hari Anak Nasional dengan Hati yang Tulus




🌟 Pelajaran dari Pangeran Kecil: Menyambut Hari Anak Nasional dengan Hati yang Tulus

Tanggal: 23 Juli – Hari Anak Nasional


“Semua orang dewasa dulu pernah menjadi anak-anak. Tapi hanya sedikit yang mengingatnya.”
Antoine de Saint-Exupéry, The Little Prince

Setiap tanggal 23 Juli, bangsa Indonesia memperingati Hari Anak Nasional. Sebuah momen untuk mengingat bahwa anak-anak bukan sekadar penonton dunia, tetapi bagian penting dari masa depan dan guru kehidupan hari ini. Dalam rangka hari istimewa ini, mari kita renungkan pesan-pesan abadi dari sebuah buku klasik yang sederhana tapi menyentuh hati: The Little Prince, atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Pangeran Kecil.


📖 Sekilas tentang The Little Prince

Buku ini ditulis oleh Antoine de Saint-Exupéry, seorang penulis dan pilot asal Prancis. Meskipun terlihat seperti cerita anak-anak, sesungguhnya buku ini lebih banyak ditujukan untuk orang dewasa—sebagai cermin tentang bagaimana kita telah berubah, dan apa yang telah hilang dari hati kita.

The Little Prince bercerita tentang seorang anak dari planet kecil bernama B-612. Ia meninggalkan planetnya dan melakukan perjalanan ke berbagai tempat, bertemu dengan tokoh-tokoh yang menggambarkan dunia orang dewasa yang aneh: raja yang ingin berkuasa atas segalanya, pebisnis yang sibuk menghitung bintang, dan seorang pemabuk yang minum karena malu.

Namun, pelajaran paling menyentuh datang dari pertemuannya dengan seekor rubah yang mengajarinya tentang cinta dan tanggung jawab:

“Kau akan bertanggung jawab selamanya atas apa yang telah kau jinakkan.”


💡 Anak-anak Mengajarkan Kita Arti Kehidupan

Salah satu kutipan paling terkenal dari buku ini adalah:

“Hanya dengan hati kita bisa melihat dengan benar. Yang esensial tidak terlihat oleh mata.”

Dalam dunia yang semakin sibuk dan penuh tekanan, banyak dari kita sebagai orang dewasa lupa bagaimana rasanya menjadi anak-anak. Kita mengejar prestasi, uang, popularitas—tapi sering lupa bagaimana caranya mencintai tanpa pamrih, memercayai tanpa curiga, dan bertanya tanpa takut dihakimi.

Sementara itu, anak-anak mengajarkan kita kejujuran yang polos, rasa ingin tahu yang tulus, dan semangat hidup yang sederhana namun bermakna.


🌍 Relevansi dengan Hari Anak Nasional

Hari Anak Nasional bukan hanya perayaan, tapi juga pengingat.
Pengingat bahwa anak-anak adalah amanah yang harus dijaga—bukan hanya secara fisik, tapi juga jiwanya, harga dirinya, dan masa depannya.

Anak-anak bukan benda mati yang bisa diatur sesuka hati.
Mereka adalah makhluk yang hidup, berpikir, merasa, dan menyerap apa yang mereka lihat dan dengar.
Apa yang mereka alami hari ini, akan membentuk siapa mereka nanti.

Karena itu, tugas kita bukan hanya memberi makan dan pakaian, tapi juga memberi teladan, memberi ruang untuk tumbuh, dan mendengarkan mereka dengan hati.


🌱 Penutup: Kembali Menjadi Anak

Pangeran Kecil mengajarkan kepada kita, bahwa menjadi dewasa tak harus kehilangan kehangatan seorang anak.

Mari di Hari Anak Nasional ini, kita renungkan:

  • Sudahkah kita memahami dunia dari sudut pandang mereka?
  • Sudahkah kita menjadi orang dewasa yang layak diteladani?
  • Sudahkah kita menjaga “anak kecil” yang masih ada di dalam hati kita sendiri?

“Semua orang dewasa dulu pernah menjadi anak-anak. Tapi hanya sedikit yang mengingatnya.”

Semoga kita menjadi bagian dari yang sedikit itu—yang masih mampu mengingat, merasakan, dan hidup dengan hati yang tulus.

Selamat Hari Anak Nasional.
Semoga anak-anak Indonesia tumbuh bahagia, cerdas, dan penuh kasih sayang.

Tuesday, July 29, 2025

United for the Nation: A Hope Behind the Names Prabowo and Anies




United for the Nation: A Hope Behind the Names Prabowo and Anies

“It's not about who wins, but about who is willing to embrace the nation with sincerity.”

Indonesia is a great country with immense potential. But behind its richness and the spirit of its people, we are often caught in divisions — especially in politics.

Just imagine for a moment...
What if two of the most prominent figures, Prabowo Subianto and Anies Baswedan, chose not to compete — but to collaborate?

Not to defeat one another, but to reinforce.
Not to claim victory, but to unite visions and work together for a stronger and fairer Indonesia.


🧭 A Vision That Can Be Combined

Prabowo is known for his strong nationalism, discipline, and emphasis on sovereignty.
Anies is recognized for his intellect, eloquence, and sense of justice.

They are not rivals by nature. They are complementary leaders:

  • Strength and empathy,
  • Patriotism and diplomacy,
  • Sovereignty and fairness.

Together, they could create a leadership that is respected and loved, both at home and abroad.


📚 Education and Future Generations

Anies has proven capability in education reform and empowering future thinkers.
Prabowo emphasizes character-building and love for the homeland.

If combined:

Indonesia would raise not just smart people, but moral and patriotic citizens.


⚖️ Social Justice and Equal Growth

Anies advocates for social equity and inclusion.
Prabowo pushes for self-sufficiency in food, energy, and water.

Together:

Policies could be executed powerfully while ensuring no one is left behind.


🛡️ Defense and Global Standing

Prabowo has a strong military background and wants Indonesia to be respected and sovereign.
Anies has the diplomatic skills to represent Indonesia with moderation and dignity.

Combined:

Indonesia could be strong within, and diplomatically influential globally.


🕌 Religious Harmony and Unity

Anies communicates well with religious scholars and communities.
Prabowo respects religious values across the board.

Together:

They can foster a climate of peaceful religious life and eliminate polarization.


🌟 A Hope, Not Just a Dream

Of course, such unity is difficult.
Political egos, party interests, and public pressure are real challenges.

But as ordinary citizens, we can hope. We can voice ideas that invite reflection.

“Indeed, Allah will not change the condition of a people until they change what is in themselves.”
(Qur’an, Ar-Ra’d: 11)

Let’s plant the seed of hope.
Who knows? One day, Prabowo and Anies may actually join hands — not for power, but for the people.


📌 Closing Thought

This article is not about taking sides. It’s about inviting both leaders — and their supporters — to dream of something greater than victory:

The unity of Indonesia through the unity of its leaders

Bukan Sekadar Mimpi: Andai Prabowo dan Anies Bersatu untuk Indonesia




Bu
kan Sekadar Mimpi: Andai Prabowo dan Anies Bersatu untuk Indonesia

“Bukan soal siapa yang menang, tapi siapa yang bersedia memeluk negeri ini dengan keikhlasan.”

Indonesia adalah negeri besar dengan potensi luar biasa. Namun, di balik kekayaan dan semangat rakyatnya, sering kali kita terjebak dalam konflik yang sebenarnya bisa dihindari—terutama konflik politik yang memecah belah.

Bayangkan sejenak.
Bagaimana jika dua tokoh besar yang sama-sama punya cinta untuk negeri ini—Prabowo Subianto dan Anies Baswedan—memutuskan untuk bersatu?

Bukan untuk saling mengalahkan, tapi menguatkan.
Bukan untuk mengklaim siapa paling benar, tapi merangkul kebaikan satu sama lain demi Indonesia yang lebih adil, kuat, dan makmur.

🌱 Visi Besar yang Bisa Disatukan

Prabowo dikenal sebagai sosok dengan semangat nasionalisme tinggi, kedisiplinan, dan orientasi pada kedaulatan bangsa.
Anies tampil sebagai pemimpin cerdas, komunikatif, dan berpihak pada keadilan sosial.

Keduanya bukan lawan. Mereka adalah dua sisi dari kekuatan yang saling melengkapi:

  • Ketegasan dan empati,
  • Nasionalisme dan diplomasi,
  • Kedaulatan dan keadilan.

🧭 Dari Sudut Pandang Kepemimpinan

  • Prabowo memberikan teladan tentang pentingnya kemandirian bangsa dan kekuatan pertahanan nasional.
  • Anies mengangkat pentingnya partisipasi rakyat, akhlak pemimpin, dan nilai-nilai keadilan dalam pemerintahan.

Jika dua pendekatan ini bersatu:

Muncul kepemimpinan yang kuat secara visi dan luas secara pandangan, tegas namun tetap manusiawi.

📚 Dari Perspektif Pendidikan dan Generasi Muda

  • Anies punya rekam jejak dalam reformasi pendidikan dan mencetak generasi literat.
  • Prabowo menekankan pentingnya pembentukan karakter dan bela negara.

Bersatunya keduanya berarti:

Pendidikan Indonesia tidak hanya mencetak orang pintar, tetapi juga orang yang bermoral dan siap membela tanah air.

⚖️ Dari Sisi Sosial dan Pemerataan

  • Anies membawa semangat keadilan sosial dan akses yang merata bagi seluruh rakyat.
  • Prabowo ingin Indonesia kuat dari desa dan mandiri secara pangan dan energi.

Gabungan keduanya bisa:

Menghapus ketimpangan dan menghadirkan negara di tengah rakyat kecil secara nyata.

🛡️ Dari Kacamata Pertahanan dan Dunia Internasional

  • Prabowo, dengan pengalaman militernya, ingin Indonesia disiplin, tangguh, dan disegani.
  • Anies, dengan kecakapannya, bisa membawa wajah Indonesia yang moderat, intelektual, dan bermartabat di dunia internasional.

Kombinasi ini:

Menjadikan Indonesia kuat di dalam, dan berwibawa di luar.

🕌 Dari Perspektif Umat dan Agama

  • Anies mampu membangun komunikasi yang harmonis dengan ulama dan umat.
  • Prabowo memiliki penghormatan terhadap nilai-nilai agama dan tokoh agama dari berbagai kalangan.

Bila bersatu:

Muncul kehidupan beragama yang damai, saling menghormati, dan tidak lagi dipolitisasi.

💬 Sebuah Harapan, Bukan Sekadar Imajinasi

Tentu, ini bukan hal mudah. Ego politik, tekanan partai, dan kepentingan kelompok sering menjadi penghalang.

Namun sebagai rakyat, kita punya hak untuk berharap dan menyuarakan gagasan baik, agar para pemimpin membuka hati.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)

Mungkin kita tidak bisa memaksa, tapi kita bisa menanam benih harapan.
Siapa tahu, suatu hari nanti, Prabowo dan Anies benar-benar bersatu, memimpin negeri ini bukan dengan ambisi, tapi dengan cinta dan kesadaran bahwa Indonesia jauh lebih penting daripada kemenangan siapa pun.


📌 Catatan Penutup

Jika Anda pun merasakan harapan ini, sebarkanlah. Bukan untuk memihak kubu mana pun, tapi untuk mempersatukan kekuatan.
Karena kita percaya, masa depan Indonesia terletak pada persatuan para pemimpinnya dan keikhlasan rakyatnya.



Sunday, June 22, 2025

Menjaga Kekuatan di Usia Senja




🕌 Menjaga Kekuatan di Usia Senja: Cengkeh dan Sunnah Menjaga Vitalitas

بسم الله الرحمن الرحيم

“Al-mu’minul qawiyy khayrun wa ahabbu ilallāhi minal mu’minidh-dha‘īf, wa fī kullin khayr.”
Artinya: “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah. Dan pada masing-masing ada kebaikan.”
(HR. Muslim)


🌿 Usia Boleh Tua, Tapi Semangat Jangan Pudar

Ketika usia mulai menua, seringkali tubuh mulai menunjukkan tanda-tanda kelemahan. Sendi terasa kaku, perut tak lagi sekuat dulu, dan rasa lelah lebih cepat datang. Namun dalam Islam, usia tua bukan alasan untuk menyerah. Justru di usia senja, seorang mukmin seharusnya lebih bersungguh-sungguh menjaga raga, agar mampu melanjutkan ibadah dengan khusyuk dan istiqamah.

Rasulullah ﷺ dan para sahabat adalah contoh bahwa usia bukan penghalang untuk beramal. Mereka tetap berjuang dan berdakwah hingga akhir hayat.


🌱 Cengkeh: Karunia Kecil yang Penuh Khasiat

Dalam dunia pengobatan herbal, cengkeh (Syzygium aromaticum) dikenal sebagai rempah yang kuat, beraroma khas, dan kaya manfaat. Tidak hanya digunakan sebagai bumbu masak, cengkeh juga telah terbukti bermanfaat untuk:

  • Meredakan nyeri sendi dan otot.
  • Menjaga kesehatan pencernaan.
  • Meningkatkan kekebalan tubuh.
  • Menyegarkan napas dan menjaga kesehatan mulut.
  • Dan bahkan… membantu memperbaiki kekuatan vitalitas pria.

🧠 Vitalitas Pria dalam Pandangan Islam

Sebagian orang merasa risih membicarakan vitalitas di usia tua. Padahal, Islam tidak melarang kekuatan fisik dan hubungan suami istri selama dilakukan dalam koridor syariat. Bahkan, dalam banyak hadis, Rasulullah ﷺ mendoakan keberkahan bagi orang yang masih mampu menikah dan memenuhi hak-hak pasangannya di usia tua.

Maka menjaga vitalitas bukanlah semata demi urusan duniawi, tapi agar jiwa tetap tenang, rumah tangga tetap harmonis, dan ibadah tetap kuat.


🧪 Mengapa Cengkeh Bisa Membantu?

Menurut para ahli, cengkeh mengandung zat bernama eugenol yang berfungsi:

  • Melancarkan aliran darah, termasuk ke organ vital.
  • Meningkatkan hormon testosteron secara alami.
  • Mengurangi stres oksidatif, penyebab utama lemahnya fungsi seksual pada lansia.

Seorang dokter dalam channel YouTube KuatnSehat menyarankan agar lansia mengunyah cengkeh secara perlahan, karena zat aktifnya akan terserap lebih sempurna melalui air liur dan mukosa mulut.


Cara Konsumsi yang Disarankan

  • Ambil 1 butir cengkeh per hari, dikunyah perlahan setelah makan malam.
  • Rasakan sensasi hangat yang menyebar ke tubuh.
  • Bila sulit dikunyah, cengkeh bisa direndam dalam air hangat dan diminum airnya.

Hindari konsumsi berlebihan agar tidak menyebabkan panas dalam atau iritasi lambung.


📿 Kesehatan untuk Ibadah, Bukan Sekadar Dunia

Segala ikhtiar menjaga tubuh bukanlah karena takut tua. Tapi karena kita ingin menua dalam keadaan kuat, agar sujud tetap tegak, dzikir tetap panjang, dan amal tetap mengalir.

Menjaga kekuatan bukanlah kesombongan, tapi tanda syukur atas tubuh yang Allah titipkan. Maka dari itu, mari rawat tubuh ini dengan penuh niat lillah.

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan…”
(QS. Al-Baqarah: 195)


🔚 Penutup

Mari kita jadikan usia tua sebagai ladang amal, bukan keluh kesah. Dan salah satu bentuk ikhtiar kita adalah dengan menjaga kekuatan tubuh melalui cara yang halal, alami, dan berpahala — seperti memanfaatkan karunia Allah berupa cengkeh.

Semoga tulisan ini menjadi pengingat, bahwa kesehatan raga adalah wasilah menuju kesehatan jiwa, dan keduanya mengantar kita pulang kepada Allah dalam keadaan terbaik. 

Thursday, May 22, 2025

Hari Jumat: Kesempatan Bertaubat dan Memulai Hal Baru

 



Hari Jumat: Kesempatan Bertaubat dan Memulai Hal Baru

 – Cara menjadikan hari ini sebagai awal perubahan hidup.

Hari Jumat bukan sekadar hari terakhir dalam pekan, tetapi hari di mana langit dibuka, rahmat Allah melimpah, dan doa tak ditolak. Bagi jiwa-jiwa yang merasa jauh, lelah, dan ingin pulang kepada Rabb-nya, Jumat adalah panggilan lembut dari langit untuk memulai kembali.

 Bukankah kita semua pernah tersesat dalam dosa dan kelalaian? Namun Allah tidak pernah menutup pintu taubat-Nya.

Mari kita renungkan kembali hari ini: apakah sudah menjadi pintu perubahan atau hanya rutinitas kosong yang berlalu?


Jumat: Hari yang Diberkahi dan Mulia

Hari Jumat bukan hanya "hari libur" atau hari bersantai, melainkan hari yang Allah pilih sendiri sebagai hari terbaik bagi umat ini. Dalam hadis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ..."

 "Sebaik-baik hari yang matahari terbit padanya adalah hari Jumat..."

 (HR. Muslim)

Pernahkah kita merenung: mengapa Allah memilih hari Jumat sebagai hari terbaik? Karena pada hari inilah Adam diciptakan, diturunkan ke bumi, diterima taubatnya, bahkan hari Kiamat pun akan terjadi pada hari ini. Maka, bagaimana mungkin kita menganggap remeh hari sebesar ini?

Jumat adalah momen untuk menata kembali hati yang kacau, untuk mengambil jeda dari hiruk-pikuk dunia, dan kembali menegakkan tujuan hidup: mengabdi kepada Allah.


2. Pintu Taubat Terbuka Lebar di Hari Ini

Allah tidak hanya menyuruh kita kembali, tapi juga menjanjikan ampunan. Dalam Al-Qur’an:

وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ

 "Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan..."

 (QS. Asy-Syura: 25)

Namun banyak dari kita merasa terlalu kotor untuk kembali, merasa terlalu terlambat. Padahal, Allah tidak peduli seberapa besar dosa kita, selama kita benar-benar ingin kembali.

Hari Jumat mengajarkan bahwa tidak ada kata terlambat untuk memulai kembali. Ambil waktu hari ini untuk berwudu dengan hati yang tunduk, bersujud dengan dada yang hancur, dan ucapkan:

 "Ya Allah, aku kembali. Aku lelah menjauh."

 Itu sudah cukup untuk membuat malaikat menuliskan awal baru.


3. Waktu Mustajab untuk Doa: Jangan Sia-siakan!

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"فِيهِ سَاعَةٌ لا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللَّهَ شَيْئًا، إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ"

 "Pada hari Jumat terdapat suatu waktu, bila seorang Muslim berdoa saat itu, maka Allah pasti mengabulkannya..."

 (HR. Bukhari dan Muslim)

Bayangkan: satu waktu, satu doa, satu permintaan—dan Allah menjanjikan 'pasti dikabulkan'. Tapi banyak dari kita tidak tahu kapan waktu itu, atau bahkan lupa berdoa sama sekali.

Ulama menyebut waktu tersebut ada kemungkinan antara duduknya imam sampai selesainya salat Jumat, atau menjelang magrib saat menjelang berakhirnya hari. Maka, mengapa tidak kita sempatkan sejenak untuk memanjatkan doa terbaik?

Cobalah hari ini. Ambil wudu, temukan tempat yang tenang, dan bisikkan doa yang selama ini hanya tersimpan di dada. Minta ampun, minta hidayah, minta kemudahan… karena tidak ada yang bisa memberi selain Dia.


4. Awali Perubahan dengan Langkah Sederhana

Perubahan tidak harus dimulai dengan langkah besar. Islam mengajarkan perubahan dengan langkah yang konsisten dan tulus. Hari Jumat adalah tempat terbaik memulainya.

Berikut beberapa amalan ringan tapi penuh makna:

Mandi Jumat, mengenakan pakaian terbaik, dan memakai wangi-wangian. Ini bukan hanya sunnah, tapi cara menyiapkan diri lahir dan batin untuk bertemu Allah dalam shalat Jumat.

Shalat Jumat tepat waktu dan dengarkan khutbah dengan hati hadir. Jangan sibuk dengan HP. Duduklah seolah itu khutbah terakhir yang akan kau dengar.

Membaca Surat Al-Kahfi.

 Rasulullah bersabda:

 "مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الجُمُعَتَيْنِ"

 "Barangsiapa membaca Surat Al-Kahfi pada hari Jumat, akan diberikan cahaya antara dua Jumat."

 (HR. Al-Hakim)

 Jika belum bisa membaca seluruh surat, bacalah 10 ayat pertama dan terakhirnya—itu pun sudah menjadi cahaya.

Bershalawat sebanyak-banyaknya.

 Ini adalah cara kita menyambut kasih sayang Allah. Rasulullah bersabda:

 "أَكْثِرُوا الصَّلاَةَ عَلَيَّ يَوْمَ الجُمُعَةِ"

 "Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari Jumat."

 (HR. Abu Dawud)

Konsistenlah, walau satu langkah kecil. Karena Allah melihat keikhlasan, bukan hanya jumlah.


Penutup:

Wahai jiwa yang merasa letih dan terluka, Jumat ini bukan hanya hari biasa. Ini adalah panggilan dari langit untuk pulang.

 Pintu-pintu rahmat terbuka lebar. Doamu sedang dinanti. Taubatmu sedang ditunggu. Perubahanmu sedang dituliskan.

 Jadikan Jumat sebagai momentum untuk memulai kembali, dengan iman yang lebih dalam, amal yang lebih tulus, dan hati yang lebih lapang.


Popular Posts