Tanjung Balai, duhai Indonesia ku, seharusnya aniaya jangan dibalas aniaya, muslim tahu itu. Pak Kiai pak Ustad bila merasa dianiaya, arahkan jamaahnya , buat suasana sejuk di jamaahnya. Pastilah tidak enak orang dianiaya, pasti kesel, bawaannya pasti mau marah. Suasana yang demikian pasti ada yang ngompori, terutama musuh yang tidak kelihatan, iblis syaitan. Pasti iblis itu mempengaruhi jamaah pak Kiai, jamaah yang lemah, terutama kepahaman agamanya baru sepotong, akhirnya anarki. Pak Kiai terperangkap berdosa dan mendosakan orang lain. Akhirnya muslim dilemahkan, dicap orang yang anarkis, akhirnya agamanya disebut agama anarkis lebih sakit lagi disebut agama teroris. Seharusnya pemuka agama disitu, pak kiai, pak ustad dinginkan dulu jamaahnya, arahkan dengan baik, jangan boleh bertindak sendiri. Kemudian adakan pendekatan dengan disaksikan pejabat pemerintah setempat bicara kepada yang menganiaya muslim. Kalau yang menganiaya tidak mau mengerti, umpama mentang mentang merasa paling kaya, ada yang lebih berhak mengurusi ya aparat pemerintah. Kita bangsa Indonesia ditakdirkan banyak suku, banyak agama dan kepercayaan, banyak kultur , juga banyak kultur, yang kadang kultur menyentuh syariat agama. Itu semua saudara sebangsa. Mau di apakan. Kita tidak bisa memberi hidayah, supaya orang paham kita. Hanya Allah yang memberi hidayah. Tugas kita dari Allah adalah amar makruf, mengajak pada kebaikan bukan pada kemungkaran. Hati hati jangan terpancing dan terperangkap, rugi. Yang bagus pendekatan, bila mereka tidak mau, tak usah marah. Serahkan urusannya pada pemerintah setempat. Pejabat Indonesia dari bawah sampai atas mayoritas muslim, gampang mengerti persoalannya. Yang tidak muslim juga mengerti kok. Ada urusan yang kita bisa selesaikan, tapi adakalanya pemerintah yang menyelesaikannya.
Sekarang saatnya berbuat kesatria saja , terlanjur salah. Pak Kiai tidak salah tapi jamaahnya salah kenaan salah juga secara agama, jamaahnya sudah anarkis. Minta maaf saja secara gentleman, bawa jamaah minta maaf. Disini minta maaf dalam urusan berbangsa dan bernegara, ingin jadi warga negara yang baik, begitu.
Keyakinan urusan masing masing lah, jangan diekspose kelemahan masing masing. Hai medya, anda berperan mendinginkan suasana dan ditengah, ok! Semoga jadi bahan renungan dan pertimbangan untuk yang akan datang. Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Pengasihnya Allah di dunia untuk seluruh makhluk, Penyayang Allah terhadap orang yang Allah cintai, yaitu orang yang mau beriman dan beramal sholih, orang yang diberi agama dengan cara benar. Dan itu pasti terjadi dan sekian banyak makhluk, Allah tidak sulit mengumpulkan manusia yang pernah ada dan memilahnya, jangan takut ketuker. Yang baik ukuran Allah, pasti dimasukkan ke surga, yang berbuat salah pasti dimasukkan ke neraka. Bertaubat setip kali berbuat salah. Semua informasi ini ada dalilnya sa abreg dalam Alquran dan Sunnah Rasul SAW. Sabar, Tenang dan Damailah.
Tambahan :
JawaPos.com - Aksi
pengrusakan sejumlah tempat ibadah terjadi di Kota Tanjung Balai,
Sumatera Utara. Aksi ini dilakukan sejumlah pemuda pada Jumat (29/7)
malam sekitar pukul 23.00 WIB.
Kabid Humas Polda Sumatera Utara Kombes Rina Sari Ginting mengatakan, aksi pengrusakan ini terjadi begitu saja.
"Awalnya ada seorang warga Tionghoa
bernama Meliana (41) meminta untuk menegur Nazir Almakshum yang ada di
Jalan Karya dengan maksud agar mengecilkan volume mikrofon yang ada di
masjid. Menurut Nazir, teguran itu disampaikan beberapa kali," beber
Rina kepada JawaPos.com, Sabtu (30/7).
Lalu sekitar pukul 20.00 WIB, Nazir menemui Meliana di kediamannya. Ketika itu terjadi cek-cok mulut sehingga suasana memanas.
"Saat itu sudah memanas, Nazir
diamankan ke kantor lurah setempat dan Meliana dan suaminya dibawa ke
Polsek Tanjung Balai Selatan," tutur dia.
Setibanya di Polsek Tanjung Balai
Selatan dilakukan pertemuan yang melibatkan Ketua Majelis Ulama
Indonesia Tanjung Balai, Ketua FPI Tanjung Balai, Camat dan sejumlah
tokoh masyarakat
"Ketika pertemuan itu massa mulai
menumpuk dari berbagai elemen dan melakukan orasi. Tapi sudah diminta
untuk membubarkan diri," lanjut dia.
Bukannya membubarkan diri, jumlah
massa semakin banyak. Rina menyebutkan hal itu dikarenakan adanya
pancingan dari media sosial Facebook.
"Usai bertambah banyak, massa
kemudian bergerak ke rumah Meliana yang ada di Jalan Karya untuk
membakar. Tapi itu dilarang oleh warga sekitar," sambung perwira
menengah ini.
Tapi tanpa diduga, massa yang sudah
marah ini kemudian bergerak ke Biara Juanda yang berjarak sekitar 500
meter dari Jalang Karya. Di sana massa berupaya untuk membakar namun
dihadang oleh personel Polres Tanjung Balai.
Tapi massa melakukan pelemparan dengan menggunakan batu sehingga Biara mengalami kerusakan," kata dia lagi.
Belum selesai meluapkan emosinya,
massa yang begitu banyak itu kemudian melakukan tindakan anarkis di luar
kendali polisi. Mereka merusak dan membakar sejumlah tempat ibadah yang
ada di kota itu.
Polisi yang jumlahnya saat itu tidak
seberapa tak mampu berbuat banyak karena massa begitu brutal dan
anarkis di sejumlah titik kota. (elf/JPG)
JAKARTA, KOMPAS.com
- Mantan Panglima TNI Jenderal Moeldoko menilai, aksi perusakan hingga
pembakaran rumah ibadah umat Buddha di Tanjungbalai, Sumatera Utara,
harus ditanggapi serius.
"Ini atensi serius, tidak boleh pandang sebelah mata, ini serius,"
ujar Moeldoko seusai menghadiri acara perayaan 40 tahun pernikahan SBY
dan Ani yang diselenggarakan di Djakarta Theater, Sarinah, Jakarta
Pusat, Sabtu (30/7/2016).
Menurut Moeldoko, peristiwa seperti itu tidak boleh kembali terjadi. Aparat berwajib harus siap dan bertindak ketika melihat tanda-tanda akan ada situasi yang tidak terkendali.
"Oh ini akan ada api baru muncul, mereka harus tahu harus (melakukan) apa. Jangan api muncul (tapi) baru bergerak," kata dia.
Menurut dia, sikap pengertian untuk saling memahami lingkungan sekitar dan saling memahami kondisi menjadi hal yang terpenting agar tidak terjadi kejadian serupa.
Sabtu (30/7/2016) dini hari sekelompok massa merusak sejumlah rumah ibadah umat Buddha di Tanjungbalai. Peristiwa itu dipicu oleh perbedaan pendapat antarkelompok.
TEMPO.CO,
Jakarta - Dua wihara dan
lima kelenteng yang terletak di Tanjung Balai, Medan, Sumatera Utara,
dibakar massa. Peristiwa itu yang dipicu permasalahan etnis akibat salah
paham yang terjadi di antara mereka dan seorang penduduk keturunan
Tionghoa.
Pembakaran tempat ibadah dan kerusuhan itu baru dapat
diredakan sekitar pukul 03.30 WIB dini hari tadi setelah polisi
melakukan mediasi dan terus mengimbau warga setempat kembali ke rumah
masing-masing.
Menurut Kepala Kepolisian Resor Tanjung Balai
Ajun Komisaris Besar Ayep Wahyu Gunawan, permasalahan itu bermula pada
Jumat, 29 Juli 2016, sekitar pukul 17.55 WIB. Saat itu seorang warga
keturunan Tionghoa, M, merasa terganggu dan komplain soal suara adzan
maghrib dari pengeras suara di masjid yang berada tepat di depan
rumahnya.
Sempat terjadi perselisihan antara M dan jemaah
masjid tersebut. Anggota kepolisian setempat pun telah berusaha
melakukan mediasi bersama pihak kelurahan.
Saat mediasi, Ayep menuturkan, beredar informasi yang
salah melalui pesan berantai. Pesan lewat media sosial itu menyebutkan
bahwa masjid tadi dilarang memperdengarkan adzan. Pesan berantai itulah
yang akhirnya menyulut kemarahan umat Islam di Tanjung Balai.
“Awalnya, mereka mendatangi rumah M, sempat mau merusak, lalu bergerak,
bertambah, karena informasi itu cepat sekali. Isunya sudah berubah,
melenceng dari fakta,” ucap Ayep saat dihubungi
Tempo, Sabtu,
30 Juli 2016. Saat ini M, menurut Ayep, masih berada di kantor polisi
setempat untuk menghindari kemungkinan diamuk massa.
Akibat
peristiwa tersebut, tak hanya tempat ibadah umat Buddha yang terbakar,
tapi juga 3 mobil, 3 sepeda motor, dan 1 becak motor. Tidak ada korban
jiwa dalam peristiwa tersebut. “Yang terbakar hanya sebagian bangunan,
karena ada peralatan sembahyang seperti kertas dupa yang mudah sekali
terbakar. Tapi sejumlah kendaraan ikut terbakar,” ujar Ayep.
chaocaaa.wordpress.com :
Tanjung Balai Karimun atau yang lebih dikenal dengan “Karimun” ini
adalah tempat dimana aku berasal. Kabupaten kecil ini merupakan salah
satu dari 4 kabupaten yang ada di Kepulauan Riau (Kepri). Ketika aku
berada di luar Kepualaun Riau, aku sering susah menjelaskan tempat
asalku. “Dari mana kamu?”, “Aku dari Karimun”. Oh Karimun Jawa?…Hening…
Karena sering terjadi missunderstanding seperti itu, jawaban yang paling
logis adalah “Batam”. Kabupaten ini termasuk kabupaten baru di Kepri.
Kepri. Kabupaten yang dijuluki bumi berazam ini berdiri tanggal 12
oktober 1999. Kota Tanjung Balai ini berada di bagian tenggara dari
pulau Karimun dan secara keseluruhan merupakan bagian dari wilayah
perdagangan bebas (
free trade zone) BBK (Batam-Bintan-Karimun)
yang cukup strategis karena terletak di jalur pelayaran internasional di
sebelah barat Singapura. Kota ini juga berada dekat dengan pulau
Sumatera daratan (provinsi Riau) serta dengan negara Malaysia. Kabupaten
nan kecil dan tidak terlalu terjangkau awam ini, memiliki potensi
wisata yang besar dengan pulau-pulau kecil disekitarnya. Budaya
melayunya masih sangat kental terasa. Baiklah untuk lebih mengenal
daerah tempatku berasal beriku ini informasinya.
1. WILAYAH
Kabupaten Karimun terdiri dari 3 (tiga) kecamatan yakni Kecamatan Karimun, Kecamatan Moro dan Kecamatan Kundur. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan :
-
Utara : Selat Malaka dan Singapura.
-
Selatan : Kecamatan Kateman Kabupaten Indragiri Hilir.
-
Barat : Kec-Rangsang, Kab-Bengkalis dan Kec-Kuala Kampar Kab-Pelalawan.
-
Timur : Kota Batam dan Kepulauan Riau.
Sebagai
daerah kepulauan, Kabupaten Karimun memiliki 245 pulau dimana 3 (tiga)
diantaranya merupakan pulau-pulau yang besar, yakni: Pulau Karimun,
Pulau Kundur, Pulau Sugi. Laporan TPING menyebutkan bahwa dari hasil
Inventarisasi 245 pulau di wilayah Kabupaten Karimun terdiri dari 73
pulau berpenghuni, 172 pulau tidak berpenghuni, 200 pulau benama, 45
pulau tidak bernama. Moto dari Kabupaten Karimun sendiri adalah Kerja
Amanah, Kerja Keras, Kerja Cerdas.
2. WISATA
Karimun pada saat ini merupakan daerah tujuan wisata dari negara –
negara lain khususnya bagi masyarakat singapura dan Malaysia. Jumlah
turis yang cukup besar ini memberikan peluang untuk dikembangkannya
objek-objek wisata serta fasilitas wisata lainnya.
Sebagai daerah
sebagai daerah tujuan wisata maka pariwisata merupakan peluang bisnis /
usaha yang sangat baik untuk dikembangkan. Pemda Karimun akan menata
sarana kepariwisataan yang dialokasikan diwilayah pantai sehingga
menjadi zona pariwisata laut beserta sarana penunjang lainnya.
Obyek pariwisata yang potensial untuk dikembangkan adalah:
o PANTAI PONGKAR
o PANTAI PELAWAN
o AIR TERJUN
o SUMBER AIR PANAS
o PANTAI LUBUK
o PANTAI TELUNAS
o PANTAI SAWANG
o KAWASAN WISATA BUKIT GADING
Pantai Telunas adalah salah satu jagoan yang
diandalkan Kabupaten Karimun untuk menarik wisatawan lokal maupun asing.
Pantai yang etrletak di Pulau Sugi Kecamatan Moro ini, erupakan surga
bagi turis mancanegara, termasuk dari Amerika dan Eropa. Pantai Telunas
berpasir putih dengan panorama yang indah merupakan surga bagi turis
mancanegara. Untuk memasuki pantai ini, kita bahkan harus membayar
dengan mata uang asing, setara dengan pantai-pantai yang ada di Bali.
Menurut saya, Telunas adalah salah satu pantai yang
perlu diperhatikan sebagai tujuan wisata Indonesia, menimbang pantai ini
masih relatif (didirikan tahun 2004), tetapi memiliki kualitas, dan
eco-friendly serta berpotensi tinggi untuk lebih maju. Berkat adanya
pantai ini, masyarakat sekitar juga dapat mengembangkan kehidupan yang
lebih baik. Telunas juga tak kalah menyenangkan dengan jimbaran di Blai
atau Pantai Kuta di Lombok
.
Selain itu, kita juga bisa menikmati permainan air yang di sediakan. Seperti cano yang dimainkan dibawah ini.asikkk ya
Dan banyak juga resort-resort yang menampilkan panorama yang indah, jika anda berminat memanjakan diri.
Dikarimun juga banyak sekali terdapat kebiasaan
unik yang masih dilakukan sampai sekarang. Adat ini menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat Karimun. Comtohnya adalah mandi syafar. Mandi
Syafar merupakan suatu kegiatan tradisonal penduduk di Kabupaten Karimun
pada bulan syafar (penanggalan muslim). mereka mandi syafar untuk
membersihkan dan melindungi dari marabahaya.