(Renungan untuk Jiwa yang Gelisah dan Pencari Ketenangan)
Di tengah dunia yang penuh kecemasan ini, banyak hati yang gelisah. Ada yang gelisah karena takut akan murka Tuhannya. Ada pula yang gelisah karena kemiskinan, karena perut anak-anak yang belum terisi. Ada yang gelisah karena tamak tak bertepi, dan ada yang terjerembab dalam rasa bersalah yang berlebihan, merasa dosanya terlalu besar untuk diampuni.
Namun wahai jiwa, tidakkah engkau dengar panggilan Allah untukmu?
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً
فَادْخُلِي فِي عِبَادِي
وَادْخُلِي جَنَّتِي
(QS. Al-Fajr: 27-30)
"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dalam keadaan ridha dan diridhai. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku."
Inilah seruan bagi setiap jiwa yang kembali. Allah menyebutnya "nafsun mutmainnah" — jiwa yang tenang. Jiwa yang tak lagi gelisah karena dunia, tak lagi takut karena dosa, sebab ia tahu ke mana ia harus kembali: kepada Rabb yang Maha Pengampun dan Maha Mengasihi.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan doa yang indah:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ نَفْسًا مُطْمَئِنَّةً، تُؤْمِنُ بِلِقَائِكَ، وَتَقْنَعُ بِعَطَائِكَ، وَتَرْضَى بِقَضَائِكَ
"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu jiwa yang tenang, yang beriman kepada pertemuan dengan-Mu, yang ridha dengan pemberian-Mu, dan pasrah terhadap takdir-Mu."
(HR. Ahmad, no. 17815)
Betapa mulianya permintaan ini: bukan minta harta, bukan minta kekuasaan, tapi minta ketenangan jiwa.
Sementara itu, ada yang gelisah karena dosa-dosanya. Ia menangis setiap malam, merasa tak layak lagi di hadapan Allah. Tapi Allah berfirman dengan kasih-Nya:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ
"Katakanlah (wahai Muhammad): Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sungguh, Allah mengampuni dosa-dosa semuanya."
(QS. Az-Zumar: 53)
Maka wahai jiwa yang cemas, jangan engkau tolak rahmat Tuhanmu. Tak ada dosa yang lebih besar dari kasih-Nya.
Allah juga mengingatkan dalam Surat Al-Insyiqaq ayat 6-8 tentang arah pulang kita:
يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَىٰ رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ
فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ
فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا
"Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya. Maka adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah."
Setiap kita sedang berjalan menuju-Nya. Lelahmu, gelisahmu, ujianmu, semuanya bukan sia-sia. Ada pertemuan yang pasti dengan-Nya. Maka tenangkanlah hatimu, dempe-dempe (melekat eratlah) pada Allah. Jangan lepas. Jangan tergoda dunia. Jangan tertipu hawa nafsu. Pegang erat Allah, dan engkau akan temukan kedamaian itu.
Penutup:
Wahai jiwa yang letih, semoga kau dengar panggilan Rabbmu. Jangan menjauh. Jangan ragu. Allah tidak akan pernah menolakmu. Kembalilah dengan hati yang tenang. Dekap Allah dalam sujudmu, dalam dzikirmu, dalam air matamu. Karena hanya dengan mengingat-Nya, hati bisa tenang:
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang." (QS. Ar-Ra'd: 28)
Tag:
No comments:
Post a Comment