Kesombongan yang Membinasakan – Pelajaran dari Walid bin al-Mughirah untuk Umat Hari Ini”
“Kesombongan yang Membinasakan – Pelajaran dari Walid bin al-Mughirah untuk Umat Hari Ini”
Pengantar
Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, umat Islam sedang menghadapi sebuah penyakit yang lebih berbahaya daripada wabah fisik: kesombongan hati. Banyak orang shalat, puasa, berzakat, namun hati mereka tidak pernah tunduk. Ada yang merasa ibadahnya paling benar, ada yang merasa derajatnya lebih tinggi dari orang lain, ada yang merasa bisa selamat hanya dengan amal dahulu… seolah dirinya memiliki jaminan.
Umat semakin pintar, tetapi tidak semakin beradab.
Semakin banyak ilmu, namun semakin sedikit kerendahan hati.
Semakin banyak dakwah, tetapi semakin sedikit kesadaran diri.
Padahal, musuh terbesar manusia bukanlah orang lain, melainkan kesombongan dalam dadanya sendiri.
Kesombongan inilah yang membuat iblis terkutuk.
Kesombongan pula yang membuat banyak kaum sebelum kita dibinasakan.
Dan dalam Al-Qur’an, Allah menghadirkan contoh yang sangat tajam melalui seorang tokoh Quraisy:
Walid bin al-Mughirah—tokoh berpengaruh, pintar, kuat, dan dihormati… tetapi hatinya hancur oleh kesombongan.
Kisah Walid bin al-Mughirah: Ketika Kesombongan Menjadi Bencana
Ketika Rasulullah ﷺ membacakan wahyu tentang penjaga neraka yang berjumlah 19 malaikat, Walid tidak gentar. Ia malah tertawa sinis dan berkata:
"Biarkan 10 malaikat untukku, dan kalian hadapi sisanya!"
Ucapan yang menunjukkan kesombongan tanpa akal.
Satu malaikat saja mampu membalik bumi, sementara ia dengan pongah menantang sepuluh.
Namun di balik kesombongan itu, Walid sesungguhnya tahu bahwa Al-Qur’an itu benar. Allah sendiri mengabadikan pengakuan batinnya:
إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ
“Sungguh dia memikirkan dan menimbang-nimbang.”
(QS. Al-Muddatsir: 18)
Dia tahu kebenaran… tetapi menolaknya karena takut kehilangan kedudukan.
Allah mengecamnya dengan ayat-ayat yang keras:
ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا
“Biarkan Aku (yang mengurus) orang yang Aku ciptakan sendirian…”
(Al-Muddatsir: 11)
Hingga Allah menjelaskan sifat jahatnya:
ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ، ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ
“Lalu ia bermuka masam dan cemberut, kemudian berpaling dan menyombongkan diri.”
(Al-Muddatsir: 22–23)
Ia berpaling dari kebenaran bukan karena tidak mengerti, tetapi karena kesombongan lebih ia cintai daripada ketundukan kepada Allah.
Hadis yang Berkaitan dengan Kesombongan
✦ Rasulullah ﷺ bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari kesombongan.”
(HR. Muslim)
✦ Dan Allah mencela orang yang sombong menolak ayat:
سَأُصْلِيهِ سَقَرَ
“Aku akan memasukkannya ke dalam Saqar (neraka).”
(Al-Muddatsir: 26)
Hadis dan ayat-ayat ini menjadi gambaran tepat sifat Walid.
Apa Pelajaran untuk Umat Hari Ini?
1. Jangan merasa lebih hebat dari orang lain
Karena Allah tidak melihat amal sebesar apa, tetapi hati seperti apa.
2. Jangan bangga dengan ibadah sampai meremehkan orang lain
Seorang ahli ibadah pun bisa binasa bila ia sombong, sementara pendosa bisa diampuni jika ia rendah hati.
3. Jangan menolak nasihat karena gengsi
Walid bin al-Mughirah tahu kebenaran, namun harga dirinya lebih tinggi daripada hidayah.
Berapa banyak orang hari ini yang menolak kebenaran bukan karena tak paham, tapi karena ego?
4. Bangunlah dengan jiwa yang tunduk
Jangan merasa kuat, karena manusia bukan apa-apa tanpa rahmat Allah.
Nasihat Penutup
Saudaraku,
Kesombongan itu seperti api kecil yang dibiarkan menyala dalam dada.
Ia pelan-pelan membakar iman… tanpa disadari.
Betapa banyak orang yang terlihat baik, tetapi rusak dari dalam.
Betapa banyak orang yang berilmu, tetapi tidak tersentuh kebenaran.
Betapa banyak orang yang tahu jalan Allah, tetapi memilih jalan lain… seperti Walid.
Karena itu, marilah kita meluruskan hati.
Lembutkan diri.
Berhentilah merasa paling benar, paling ibadah, paling berjuang.
Allah tidak menilai dari banyaknya amal, tapi dari tulus dan tunduknya hati.
Semoga kita dijauhkan dari sifat Walid bin al-Mughirah,
dan diberikan hati yang bersih, rendah hati, serta selalu siap menerima kebenaran.
اللهم طهر قلوبنا من الكبر والرياء، وارزقنا صدق التوبة وحسن الخاتمة.
Aamiin ya Rabbal ‘alamin.



Comments
Post a Comment