Paket Wajah AMA Korean Skincare Cream Pemutih Wajah Permanen Krim Whitening Glowing Korea Jepang

Menjaga Lisan: Jalan Menuju Cinta Allah dan Rasul-Nya

 



Temukan Setelan olahraga muslimah tunik wanita/setelan senam tunik/setelan olahraga muslim wanita



Menjaga Lisan: Jalan Menuju Cinta Allah dan Rasul-Nya

Pengantar

Dalam perjalanan hidup, manusia sering datang kepada Allah dengan doa-doa yang penuh harap. Kita memohon dengan sungguh-sungguh, bahkan terkadang dengan air mata. Namun tidak jarang, apa yang kita pinta tidak juga terwujud, atau terwujud dengan cara yang tidak kita kehendaki.

Di saat seperti itulah, hati mulai diuji. Lisan pun ikut diuji.

Sebagian orang tetap menjaga ucapannya, memilih diam dan bersabar. Namun sebagian yang lain—tanpa sadar—mulai mengeluh, membandingkan takdirnya dengan orang lain, bahkan mempertanyakan kebijaksanaan Allah.

Padahal, di balik setiap doa yang belum terkabul, ada pelajaran besar tentang iman, adab, dan lisan yang terjaga. Dan dari situlah, jalan menuju cinta Allah dan Rasul-Nya terbuka bagi hamba yang mau memahami.

Isi Utama

Islam mengajarkan bahwa lisan adalah cermin hati. Apa yang keluar dari mulut kita sering kali menggambarkan seberapa dalam keyakinan kita kepada Allah.

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Ketika doa belum dikabulkan, lisan bisa menjadi sumber pahala besar—atau justru sebab menjauhnya rahmat Allah. Mengeluh berlebihan, menyalahkan keadaan, apalagi menuduh Allah tidak adil, adalah tanda bahwa hati sedang lelah dan iman sedang diuji.

Padahal Allah sendiri telah menenangkan hati hamba-Nya dengan firman-Nya:

وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu.”

(QS. Al-Baqarah: 216)

Tidak semua doa dikabulkan sesuai dengan apa yang kita mau, bukan karena Allah tidak sayang, tetapi justru karena Allah lebih tahu apa yang kita butuhkan. Ada doa yang ditunda agar iman kita matang. Ada doa yang diganti dengan keselamatan. Ada pula doa yang disimpan sebagai pahala di akhirat.

Orang yang menjaga lisannya di saat seperti ini adalah orang yang memahami hakikat iman. Ia memilih berkata baik, berprasangka baik kepada Allah, dan menyerahkan urusan hatinya dengan penuh tawakal. Sikap inilah yang mendekatkannya pada cinta Allah dan Rasul-Nya.

Rasulullah ﷺ sendiri adalah teladan dalam menjaga lisan, bahkan dalam penderitaan. Beliau tidak membalas keburukan dengan caci maki, tidak mengeluh pada takdir, dan tidak pernah putus berharap kepada Allah.

Penutup dan Doa

Menjaga lisan bukan perkara ringan. Ia menuntut kesabaran, keikhlasan, dan keyakinan bahwa Allah tidak pernah salah dalam menetapkan sesuatu. Namun justru dari lisan yang terjaga itulah, ketenangan hati lahir dan cinta Allah mengalir.

Jika hari ini doa kita belum dikabulkan, mari bertanya pada diri sendiri:

Apakah lisan kita masih terjaga dalam ridha? Ataukah mulai goyah oleh keluhan?

Mari kita tutup dengan doa:

اللَّهُمَّ اهْدِ قُلُوبَنَا، وَاحْفَظْ أَلْسِنَتَنَا، وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاضِينَ بِقَضَائِكَ، الْمُحِبِّينَ لَكَ وَلِرَسُولِكَ

Ya Allah, luruskanlah hati kami, jagalah lisan kami, jadikan kami hamba-hamba yang ridha atas ketetapan-Mu, dan anugerahkan kepada kami cinta-Mu serta cinta Rasul-Mu.

Aamiin ya Rabbal ‘alamin.







Comments

Popular posts from this blog

Tidak ada yang abadi di dunia ini

Mencari tahu tentang Promol12

"Fa aina tadzhabun", Maka mau kemana engkau pergi?